“Hei, Natasha, kenapa kau seperti orang bodoh? Jangan kau pikir aku kasihan dan memberimu tempat di rumahku!” Zoe mengoceh lagi, melihat Natasha yang masih termenung bagaikan orang bodoh.
“Itu... apakah itu Freya?” tanya Natasha, matanya masih terarah ke pintu di mana Freya menghilang tadi.
Alena yang mendengarnya pun berbalik, menatap Natasha dan sedikit penasaran. Apakah Natasha mengenalnya?
“Natasha, mari kami antar ke hotel.” Dixon membujuk adik angkatnya, tetapi Natasha menepis tangan Dixon.
“Yang tadi... apakah dia Freya?” ulang Natasha sekali lagi.
“Kau mengenalnya?” Kini Alena mendekat ke tempat Natasha, penasaran bagaimana ceritanya dia mengenal Natasha.
Keluarga Stewart itu tinggal di Australi, sedangkan Freya berkata dirinya hanya pernah tinggal di panti. Hanya Jakarta lah satu-satunya kota yang pernah Freya datangi setelah meninggalkan panti asuhan yang ada di pinggir ko
“Kenapa Anda terdiam, Tuan Raves? Apakah ucapanku mengejutkan Anda?” kata Freya lagi, matanya tajam menatap sang papa yang mulai goyah. “Dia sangat menyedihkan, sungguh menyedihkan.”“Apa maksudnya?” tanya Ezra, pikirannya terlalu kalut untuk memahami kalimat yang baru diucapkan oleh putrinya. “Kau bercanda? Tidak, itu tidak mungkin.”“Tapi nyatanya, aku sudah melihat segalanya. Aku melihat ibuku yang gila memanggil bayinya yang dia sangka gila, aku melihat betapa dia merindukan bayi itu. Aku menyanksikan sendiri bagaimana Felisha menderita oleh rasa bersalah karena tak bisa membesarkan bayinya!” Suara Freya semakin keras, menggema di seluruh ruangan.Ezra yang sudah tak mampu mendengarkan semua itu, kali ini hampir terjatuh. Tangannya memegangi tembok untuk tidak benar-benar tersungkur di atas lantai.“Kenapa Anda terkejut? Kenapa Anda terlihat sangat lemah, seakan-akan Anda merasa bersala
Esau terduduk lemah. Sekarang semua orang berkumpul di ruang keluarga dan semua mata menatap padanya, menunggu penjelasan atas pertanyaan yang sudah berkecamuk di dalam kepala semua orang.“Dia bukan gadis yang berasal dari panti asuhan,” kata Esau, memulai pmbicaraan. “Natasha benar, Freya memang berasal dari Inggris.”“Apa maksudmu, Esau?” tanya Alena seraya memegang lembut bahu Esau. Bisa dirasakannya putra kesayangannya itu memang benar-benar dipenuhi kesedihan. Dan dia sendiri seakan tidak ingin mempercayai fakta yang dikatakan oleh putranya.Bagaimana dia akan menerima Freya sebagai menantu yang selama ini dicintai, tiba-tiba harus dikenal sebagai menantu pembohong? Itu sangat tidak bisa diterima kepalanya. Alena tidak ingin rasa sayang yang sudah terjalin untuk Freya, berubah menjadi was-was dan tidak percaya.“Katakan itu tidak benar, Esau. Freya berasal dari panti asuhan, dan dia... dia hanya gadis
Freya sudah pergi. Entah ke mana anak itu setelah meninggalkan papanya yang menahan sakit di jantungnya. Ezra terduduk lemas di atas lantai keramik yang dingin, memutar kembali setiap kata yang tadi diucapkan oleh Freya. Kalimat-kalimat mematikan yang tak mampu dia terima begitu saja. Sungguh sakit, bahkan bisa membunuhnya.Bell di luar berbunyi, Ezra bangkit terburu berharap itu adalah putrinya. Bahkan pelayan tua yang tergopoh dari dapur pun melongo melihat betapa cepat Ezra melesat membuka pintu.“Fre—“ kata Ezra tertahan. Dia termenung melihat orang yang berdiri di depannya, itu bukan Freya. “Kau?”“Benar, aku Timothy. Aku diminta mencari Nona Freya di sini, apakah dia ada?”Timothy adalah orang suruhan Esau yang datang bersama Esau saat di Inggri, lalu apa hubungannya dengan Freya? Ezra berpikir extra keras, kenapa orang ini datang mencari putrinya.Ezra mengatur ekspresinya, jangan sampa
Alena dan Harry bersiap-siap untuk segera menemui Ezra perihal keberangkatan mereka menuju rumah sakit demi Felisha. Alena tak begitu fokus masalah kepergian Freya dari rumah mereka, karena dia yakin putera kesayangannya mampu menyelesaikan masalahnya sendiri.“Harry, kau yakin kau siap bertemu dengan Ezra dan mengesampingkan emosimu padanya?” tanya Alena sembari mengusap dada Harry. Dia tak mau sampai ada ketegangan di antara Ezra dan Harry nantinya. Apalagi mengingat keterkaitan hubungan masa lalu antara ketiganya.Lagian, Alena adalah istri yang jujur. Segala perkataan Ezra Raves padanya saat mereka bertemu berapa hari yang lalu, semua itu Alena sampaikan pada Harry sebab tak ingin menyembunyikan apa pun padanya. Meski saat itu Alena sudah berkata dia menolak tegas ucapan Ezra, rasa khawatir masih tetap terasa di dadanya.“Demi kau, aku akan berusaha bersikap sebaik mungkin pada mantan kekasihmu yang sangat menjengkelkan itu,” ja
“Kau benar-benar ingin mati, Ezra Raves sialan?” Harry maraih pergelangan pria itu untuk melepaskan tangan Alena. “Apakah kau sudah bosan memiliki tangan ini?”Ezra menaikkan sebelah alisnya, dan menjawab dengan enteng, “Aku rela tidak memiliki tangan, asalkan bisa bersama dengan Alena.”“Brengsek!” umpat Harry dan bersiap untuk memelintir tangan Ezra.“Sabar, Bung. Baik, aku tidak menyentuh istrimu lagi. Tapi jika dia yang meminta, tentua saja aku akan melakukannya.”“Kau!”Alena menarik napas, berusaha menstabilkan emosinya. Rasanya dia benar-benar tak bisa tahan melihat kelakuan dua orang laki-laki dewasa yang sudah umur tapi terlihat seperti anak kecil berusia 10 tahun yang sedang berebut mainan.“Kalau sudah bisa tenang, aku akan masuk ke dalam. Tapi jika kalian masih akan ribut, maka aku akan menonton dengan tenang,” kata Alena, memutar tubuhnya untuk m
Harry mengeluarkan ponselnya. Buru-buru dia cari nomor putranya untuk melakukan hal yang dikatakan oleh Alena. Felisha orang yang menakutkan, itu yang mereka ingat kenangan yang diberikan oleh wanita itu.Tapi, Ezra tertawa kecil melihat suami istri yang ketakutan setengah mati. “Apakah kalian pikir Freya akan membunuhnya? Tampaknya, kalian tidak mempercayai kemampuan putra sendiri.”Harry menghentikan niatnya lantas menatap Ezra tajam. “Sebenarnya apa ingin kau bicarakan, Brengsek? Jangan membuatku benar-benar marah.”“Ayo lah, putriku mungkin gila sudah masuk ke dalam keluarga kalian, tapi Freya tidak semenakutkan itu. Freya-ku hanya korban, sudah kukatakan itu sejak tadi. Dia marah padaku.”Harry memasukkan ponselnya kembali ke dalam saku, dia harus memastikan apa saja sebenarnya yang membuat Freya menjadi nekad datang meminta pertanggung jawaban dari putranya.“Katakan yang jelas, aku tidak akan melepas
“Ma....” Freya duduk di belakang wanita yang baru saja dia panggil sebagai mama. Wanita itu berbalik, menatap Freya dengan alis yang mengerut dan bingung. Bibirnya bergetar, sedang matanya memindai Freya dari atas sampai ke bawah. “Ka-kau... si- siapa kau?” tanya Felisha, wanita yang tidak sehat pikirannya. Freya tak kuasa menahan air mata yang sudah merambat di kedua belah pipinya. Bahkan mama yang dia temui beberapa hari yang lalu, sepertinya sudah tidak mengingat dirinya lagi. Hatinya teriris perih, tanpa banyak bicara dia menghambur ke dalam pelukan Felisha. “Ka- kau siapa? Kau siapa, heh?” Feli kelabakan menghindari Freya yang tengah memeluknya. “Jangan menangkapku! Aku harus menemukan bayiku, jangan tangkap aku!” teriaknya, meminta Freya melepaskannya. Seperti ini kah dia setiap harinya? Ketika ingatan tentang bayi yang dia pikir sudah tiada datang ke pikirannya, dia akan menjadi histeris. Freya mempererat pelukannya, mengabaikan tubuh s
Dia mungkin gila, dan wajah Ezra Raves pun terlihat tidak semuda yang Feli ingat terakhir kalinya. Tapi wajah itu tidak akan pernah Felisha lupakan, wajah lelaki yang dulu membuatnya tergila-gila mencintai, wajah yang juga membuatnya menjadi gila sebenarnya dan mendekam di rumah sakit jiwa, mana mungkin dia melupakan itu? Feli tersadar dari keterpakuannya, lantas mengalihkan mata menatap Alena lagi.Alena masih tersenyum. Lalu dia mengangguk mengiyakan pertanyaan Felisha. “Aku membawakan Ezra untukmu. Apa kau merasa senang?”Tak ada raut bahagia di wajah Feli saat Alena mengatakan dia membawa Ezra untuk menemuinya. Feli justru beringsut mundur, dia takut dengan sosok yang berdiri sembari menenggelamkan tangan ke dalam saku celana. Meski terlihat tenang, tapi bagi Feli sosok Ezra benar-benar menakutkan.Bagaikan iblis yang berisap menarik nyawanya sekali lagi, begitu lah Ezra di mata Felisha.“Ti-tidak, bawa dia pergi,