Apa mungkin Leonard mencoba menjatuhkan Harvey?Harvey pun makin waspada karena Leonard juga meminta Ziko untuk ikut serta dalam kelas privat Jojo.Ucapan Harvey itu ditujukan kepada Juan, Pak Hansen dan para tetua keluarga Ferdian.Leonard memunggungi Harvey dan bertanya dengan dingin, "Kamu lagi mengajariku?"Leonard bahkan tidak melihat ke arah Harvey. Namun, pembawaannya yang seperti dewata itu membuat orang takut bahkan hanya dengan melihat punggungnya.Ekspresi Harvey berubah menjadi lebih suram. Dia menggerakkan bibirnya dan bisa merasakan adanya tekanan yang menekannya dari luar sehingga membuatnya sulit bernapas.Tekanan yang berat itu membuat leher Harvey tertekuk dan dia refleks tunduk pada Leonard. Harvey pun menjawab, "Aku … aku nggak mungkin berani."Kursi roda Leonard berputar 180 derajat dengan mulus, dia menghadap Harvey dan Bu Mitha.Dahi Harvey langsung berkeringat deras. Saking derasnya, keringatnya sampai menetes dari wajahnya yang tampan paripurna itu.Jojo sontak
Begitu melihat Leonard, Jojo langsung mengerutkan tubuhnya dalam pelukan Bu Mitha. Anak itu seperti tikus yang melihat kucing.Bu Mitha pun menoleh dan ikut terkejut.Sambil menggendong Jojo, dia refleks tersenyum kepada sosok paman Harvey yang sangat berbakat dan luar biasa itu."Leonard, kapan kamu datang? Kamu bahkan nggak bersuara."Bu Mitha tertawa dengan datar karena merasa bersalah. Jantungnya berdebar kencang. Dia sedang bertanya-tanya apa mungkin Leonard mendengarnya mencaci-maki pria itu dan Ziko barusan?Jojo bersembunyi dalam pelukan Bu Mitha dan menyandarkan kepalanya di lengan Bu Mitha.Lalu, Jojo melihat Ziko yang berdiri di samping Leonard dan refleks berkata, "Kamu masih hidup!"Ziko berdiri tegak dengan kedua tangan di belakang punggungnya. Ekspresinya tampak agak dingin karena dia fokus menatap papan nama leluhur keluarga Ferdian. Anak itu bahkan tidak melirik Jojo.Aula leluhur tampak remang-remang. Jojo mengamati Ziko dengan saksama, tetapi tidak melihat ada yang a
Leonard awalnya ingin tetap tinggal di ruang perawatan untuk menemani Wanda, menunggu hingga wanita itu tersadar.Namun, ketika menyadari Wanda yang belum sadar justru membuatnya melakukan tindakan yang sulit ditahan, Leonard dengan panik menekan tombol di sandaran tangan kursi roda.Kursi roda listrik yang dia tumpangi menggabungkan teknologi terbaru saat ini.Kursi roda listrik itu berputar arah, membawanya meninggalkan ruang perawatan.Leonard membuka pintu kamar, sementara kursi rodanya berhenti di pintu ruang perawatan. Leonard menoleh, menatap wanita yang berbaring di ranjang rumah sakit.Sekali menoleh, dia seakan merasakan keabadian.Biasanya Leonard seperti terkunci dalam wadah kaca, seperti dewa yang kehilangan emosi dan keinginan. Dia seakan hanya datang ke dunia fana sekali, lalu kembali ke surga.Namun, pada saat ini, ketika Wanda muncul di hadapannya, tetapi belum juga terbangun, barulah Leonard mengeluarkan emosi yang sudah lama ditekan di dalam hatinya. Semuanya seakan
Sinar matahari sore menembus tirai tipis, menimbulkan bayangan bercak-bercak di lantai.Wanda berbaring diam di ranjang rumah sakit, sementara wajahnya mengenakan masker oksigen.Helaian rambutnya yang lembut terbentang di atas bantal. Kedua matanya tertutup, bulu mata panjangnya membentuk bayangan samar di bawah kelopak matanya.Di dalam ruang perawatan yang tenang, hanya terdengar suara mesin oksigen yang beroperasi.Leonard duduk di kursi roda, pandangannya yang tenang menatap wajah Wanda yang sedikit pucat.Dokter mengatakan kondisi Wanda sudah tidak dalam bahaya. Wanita itu juga akan segera tersadar.Ketika Wanda baru dibawa ke rumah sakit, dia masih bertahan dengan sisa napas terakhirnya. Begitu melihat asisten mendorong kursi roda Leonard, Wanda berpikir bahwa dia bisa dengan tenang menyerahkan Ziko pada Leonard. Wanda menghela napas lega, lalu benar-benar pingsan.Senyuman yang ditunjukkan Wanda padanya sebelum pingsan masih tercetak di pikiran Leonard, tidak pernah memudar.Ke
Namun, sekarang jelas bahwa berita Harvey masuk ke kantor polisi sudah diketahui oleh publik.Harvey menatap Andre yang bersikap santai. Dia menggertakkan giginya dengan keras, sementara pipinya juga ikut mengencang.Pasti Andre yang sudah menyebarkan berita dia masuk ke kantor polisi!Sekarang, Andre juga mengumumkan di depan publik bahwa Harvey adalah wali dari pihak tergugat.Dia ingin mendorong Harvey ke panggangan untuk dipanggang!Harvey menarik napas dalam beberapa kali, menyesuaikan emosi yang berkobar seperti api di dadanya.Dia melihat Andre memiringkan kepalanya ke belakang. Amari yang mengenakan borgol perak tampak berjalan keluar dengan wajah penuh darah.Ketika Amari menghadapi begitu banyak orang seperti ini, ada ketakutan yang muncul di matanya.Namun, mengingat bahwa dia harus masuk penjara karena Jojo, sementara Harvey sama sekali tidak berencana membantunya mengurangi hukuman, Amari hanya bisa mempertaruhkan segalanya di sini."Aku asisten yang bertanggung jawab atas
Dalam sekejap mata, sosok Harvey sudah menghilang di pintu ruang interogasi."Pak Harvey! Pak Harvey!"Tidak peduli bagaimanapun asisten itu berteriak, dia tidak bisa menghentikan kepergian Harvey.Dia ditekan polisi ke kursi, sementara ekspresinya tampak putus asa.Andre menarik kursi untuk duduk di hadapannya. "Pak Amari, kamu disuruh orang untuk menyalakan api. Kalau kamu ingin mengurangi hukuman, aku juga bisa membantumu."Pada saat Harvey keluar dari kantor polisi, ponselnya berdering.Sebelum dia sempat menjawab telepon dari sekretarisnya, dia sudah berhadapan dengan ratusan kamera.Sekarang perkembangan internet sudah maju. Yang datang bukan hanya wartawan, tetapi juga ratusan blogger TikTok. Mereka mengarahkan kamera ponsel ke wajah tampan Harvey."Semuanya, Presdir Perusahaan Ferdian, Harvey Ferdian sudah keluar! Aku dengar kebakaran di aula Sekolah Swasta Genta Raya ada hubungannya dengan dia.""Pak Harvey, kenapa asistenmu membakar aula? Apakah kamu yang menyuruhnya?""Pak H