POV Author“Apa sudah benar-benar tidak bisa? Demi anak kita?” Dafri berlutut di hadapan Elea.Elea malah ikut berlutut membuat Dafri terperangah.“Apa maknanya berlutut? Aku juga bisa melakukannya. Lihat 'kan?”Lelaki itu menunduk dalam, mungkin tidak bisa lagi berkata-kata.Elea menghampiri ibu mertuanya dan menuntun wanita paruh baya itu untuk duduk di sofa..“Maafkan aku, Bu. Mungkin berakhirnya pernikahan ini membuat Ibu kecewa.”Bu Lia menggelengkan kepalanya, “Tidak, Nak. Kamu tidak perlu minta maaf, kamu tidak salah apapun. Semua ini kesalahan Dafri.”“Semoga menantu Ibu berikutnya bisa lebih baik dariku.”“Tidak akan ada yang sebaik dirimu, El.”“Aku pamit dulu ke kamar, Bu.”Jika terus melihat Bu Lia, bisa saja Elea luluh. Pertahanannya bisa runtuh, ia lemah jika berhadapan dengan orang yang disayangi. Bahkan untuk bisa melawan perasaan cinta yang masih besar pada Dafri itu sangat sulit hingga sekarang Elea mencoba untuk melepaskannya meski harus tertatih saat meninggalkan.
POV Author“Jangan gila kau, David!” Luna tidak habis pikir, jika sampai melakukan itu ia bahkan tidak bisa membayangkan apa yang akan diperbuat Elea padanya.“Kalau tidak mau ya sudah. Sudah jatuh tertimpa tangga. Kau ditinggalkan Dafri dan tidak akan bisa kembali padaku.” David menyeringai menatap Luna.David tahu Luna akan mudah diprovokasi, ia tahu betul seperti apa Luna. Akan melakukan apapun demi uang, demi keuntungannya. Tidak akan peduli jika orang lain dirugikan.Luna gamang. Diam rugi bergerak pun bisa jadi celaka, dalam hal ini ia harus hati-hati mengambil keputusan. Tapi untuk saat ini ia hanya bisa bergantung pada David karena jika ia mendapatkan masalah atau butuh sesuatu tidak akan mungkin datang pada Elea yang jelas tidak akan peduli lagi seperti sebelumnya.“Datangi aku besok jika sudah memutuskan.” David meninggalkan Luna begitu saja.Ini tidak mudah bagi Luna tapi untuk memastikan semuanya Luna akan mencoba mencari keberadaan Dafri, setidaknya ia mendapatkan kepasti
POV AuthorSetelah tidak mendengar teriakan Elea, Jordi kembali duduk di samping wanita itu dengan tampang santainya.“Dia sudah tidak disini?” Jordi bertanya dengan hati-hati.“Cari saja kalau ada.” Elea menyahut tanpa menoleh pada Jordi.Dari jawaban Elea sudah jelas jika Dafri tidak ada disana. Jordi datang hanya untuk memastikan jika Elea baik-baik saja, bagaimanapun ia tidak mungkin mengabaikan Elea yang butuh didampingi apalagi mengingat jika kedua orang tua Elea sedang berada di luar negeri dan tidak tahu soal masalah ini.Mungkin Elea terlihat tegar tapi tetap saja ia juga butuh sandaran dan sebagai seorang teman yang baik Jordi akan selalu ada di samping Elea.“Tidak ada untungnya aku mencari dia,” celetuk Jordi lalu bersandar, menaikan kakinya ke atas meja. Ia memang selalu seperti ini karena menganggap rumah Elea adalah rumahnya juga.“Kau juga ada masalah 'kan?” tebak Elea.Meski niat Jordi datang memang untuk menghibur Elea tapi tidak bisa dipungkiri dari sorot matanya te
POV Author“Melihatnya saja sudah membuatku jijik,” gumam Luna, ia bahkan dari tadi tidak bergerak hanya memandangi ikan-ikan kecil itu.“Ayo mulai. Harus selesai sebelum Non El bangun.”“Apa? Mana mungkin sebanyak ini selesai dalam sekejap. Gila kali!” Luna bersungut-sungut.“Tidak mau tahu. Pokoknya harus selesai.” Siti menatap tidak suka pada Luna, ia berpikir ia adalah pembalasannya karena perbuatan tidak baik Luna padanya dulu. Sudah lama sekali Siti menunggu ini meski berpikir itu tidak mungkin. Tapi kenyataannya malah bisa.“Kau jangan berlagak seperti Nyonya di rumah ini!” bentak Luna dengan mata melotot.Sii melipat tangan di dada, “Ya sudah kalau tidak mau tinggal saya bil-”“Aish! Menyebalkan!” Luna mengacak rambutnya frustasi.Jika ingatannya soal rencana David tidak muncul mungkin yang ada ia sudah hilang kendali karena merasa dipermainkan. Tidak tahu saja jika memang tugas-tugasnya kedepan akan membuat Luna semakin geram karena memang itu tujuan Elea. Ia ingin membuat Lu
POV AuthorJantung Luna hampir copot, untuk yang mendengar ia bicara itu Siti bukan Elea. Jika Elea yang mendengar bisa bahaya.“Dasar babu kepo!” sungut Luna lalu memungut ponselnya.“Situ juga babu, kok menghina?”“Lanjutkan! Aku mau ke toilet.” Tanpa mendengar jawaban Siti, Luna melengos pergi.Siti geleng-geleng kepala, “Wajib dicurigai ini. Jangan sampai Non El dicelakai oleh nenek sihir itu.”Elea memang tidak meminta Siti untuk mengawasi pergerakan Luna hanya mendampingi saja tapi jika ada hal yang mencurigakan seperti ini sudah seharusnya Siti waspada. Tidak tega jika harus melihat majikannya kembali adi korban Luna.Takut lupa jika dinanti-nanti, Siti langsung memberitahu Elea.“Terima kasih infonya. Sekarang kamu bisa kembali.” Elea tersenyum pada Siti.“Sama-sama, Non. Saya permisi.”Pencurian dokumen tidak ada dalam rencananya dan David. Ya, keduanya mendapatkan keuntungan dengan mengerjai Luna. Elea merasa puas dan David bisa lepas dari masalah yang dibuatnya dengan bantu
POV Author“Aku tidak salah apa-apa, kenapa harus bawa-bawa polisi segala?” Luna menggelengkan kepala tidak terima.“Kau memang tidak bersalah tapi berniat untuk melakukan kesalahan. Merencanakan sebuah pembunuhan. Kau ingin meracuni aku bukan?”“Ini tidak seperti apa yang kau pikirkan.” Luna terus saja membela diri, tidak ingin sampai disalahkan karena jika semua itu terjadi bisa saja David malah lepas tangan. Itu akan sangat merugikan bagi Luna.“Benarkah? Apa aku harus percaya kata-katamu?”“Aku bersedia melakukan apapun jadi tolong percaya padaku.”Elea menyeringai, “Terakhir kali kau juga mengatakan itu padaku dan untuk kedua kalinya berkhianat dariku, apa kau akan melakukan untuk kali ketiga?”“Aku lelah mengurus hal yang tidak penting seperti ini. Cukup selama beberapa bulan ini kau sudah menjadi babu di rumahku, aku tidak akan menyimpan dendam untukmu jadi kau boleh pergi.”“Apa?” Luna terperangah, ia benar-benar akan diusir dan rencananya gagal total.“Perlu kuulangi lagi ata
POV AuthorDalam keadaan darurat seperti ini, saat tidak ada yang bisa dimintai tolong biasanya hanya Elea yang menjadi tujuan Luna tapi kali ini jelas itu tidak akan mungkin. Luna tidak mau menjatuhkan harga dirinya dengan datang pada Elea dan meminta bantuan. Ia akan berusaha sendiri mencari pekerjaan, ia bukan orang bodoh yang tidak bisa bekerja. Hanya saja Luna lebih suka memanfaatkan uang orang lain. Ada gunanya juga memiliki keterampilan disaat genting seperti ini.“Aku harus dapat pekerjaan sebelum uangku benar-benar habis,” gumam Luna.Ia akan menggunakan koneksi untuk mencari pekerjaan. Luna memiliki banyak kenalan yang bekerja di perusahaan-perusahaan besar, banyak dari mereka adalah lelaki yang pernah bersamanya.“Namamu di blacklist dari kantor ini, Luna.”Mata Luna membulat sempurna mendengar perkataan salah satu temannya.“Apa? Jangan bercanda, Romi!” Luna menatap Romi dengan serius.Baru Romi yang ditemui Luna karena berpikir ia akan mudah bekerja di tempat Romi.“Untuk
POV AuthorDafri hanya bisa melihat rumah penuh kenangan itu dari kejauhan. Ia sangat merindukan Elea namun tidak berani untuk datang langsung. Jika Elea tidak mengizinkan maka Dafri tidak akan melakukannya.Ia merasa sudah mendapatkan balasan dari apa yang sudah diperbuat. Luna yang menjadi alasannya mendua dari Elea ternyata menipunya, sekarang Dafri tidak akan lagi berhubungan dengan Luna. Awalnya mereka berhubungan karena masalah anak tapi ternyata anak yang dikandung Luna bukankah anak Dafri, jadi Dafri tidak memiliki alasan menjalin komunikasi apapun dengan Luna.Senyum di bibir lelaki itu tersungging saat melihat Elea keluar. Betapa bahagianya ia meski hanya melihat Elea dari jauh. Tidak ingin mengusik Elea, Dafri tetap berada di tempatnya. Hanya mengikuti Elea berjalan dari seberang. Tidak menyangka jika akan melihat Elea secara langsung. Rasa rindunya bisa sedikit terobati.“Aku bersyukur kamu terlihat baik-baik saja,” gumam Dafri.Pandangan Dafri beralih pada perut Elea yang