Tiba-tiba Clara memanggil sekretarisnya yang tadi membawa Raymond dan dua staf pemasaran ke ruangan ini.
“Agnes, panggil Anton dan Sony, bilang pada keduanya siapkan draf kontrak, kita akan beli 100 buah mobil dari dealer mobil ini dan kelak kita akan pesan 150 mobil lagi di tahap kedua,” ceplos Clara, hingga Raymond dan dua stafnya melongo dan saling pandang.
Padahal Raymond sudah dapat info, Clara adalah klien yang terkenal sulit diajak kompromi dan orangnya saklak serta terkenal angkuh.
"Bu Clara seorang CEO perusahaan travel besar dan punya ego keras, kalian harus bujuk agar dia mau teken kontrak," itulah ucapan si Pincab ke Raymond, yang di ingat betul pria ini.
Kini, betapa terkejutnya ia ketika menyadari klien ini adalah Clara dan wanita yang sama yang ia tolong beberapa jam sebelumnya.
Bahkan belum juga Raymond mulai berbicara, tanpa basa-basi Clara langsung menerima tawaran sekaligus meng ACC dan memesan 100 buah mobil, ini di luar prediksinya.
Sibuklah Raymond kini bersama dua staf Clara, Anton dan Sony mematangkan pemesanan jumbo ini.
Tanpa Raymond sadari, Clara sejak tadi selalu senyum manis menatap dirinya. Tak sampai 1 jam, bereslah semua.
Disepakati pesanan ini akan di kirim secara bertahap di mulai minggu depan saat depe mobil mulai di transfer ke rekening dealer mereka.
“Raymond, aku tahunya sama kamu yaa, tidak perlu berhubungan dengan sang pimpinan cabang.”
Clara secara eksplisit meminta hanya Raymond yang menjadi penghubung komunikasinya mulai saat ini.
“Si-siap bu Clara, ini nomor pribadi saya, kapanpun ada masalah, ibu jangan segan-segan kontak saya, ponsel saya aktif 24 jam!” kata Raymond sambil sodorkan ponselnya dan langsung di scan Clara ke ponsel-nya.
Atasannya di kantor bengong, saat Raymond dan dua staf pemasaran sebut kontrak jumbo dari Bu Clara beres! Sambil serahkan dokumennya.
Si Pincab hanya bisa melongo tak percaya melihat kejadian yang di luar dugaan ini.
Namun setelahnya buru-buru telpon pimpinan kantor besar dan minta segera prioritaskan klien kakap mereka ini.
“Selamat Raymond, siap-siap bonus besar menanti,” kata Bingo ini sumringah sambil salami Raymond. Tapi senyum si Pincab Bingo ini berubah saat Raymond membalikan tubuhnya.
“Hmmm…!” dengusnya, wajahnya menyiratkan rasa iri dan dengki dengan pencapaian Raymond yang fantastis ini. Sebab…bisa-bisa posisi dia yang kini terancam!
Raymond pun pulang dengan wajah sumringah, hatinya hari ini plong tak terkira, ancaman pemecatan sirna, bonus besar segera menanti dirinya.
Saat masuk ke rumanya, Raymond kembali kaget, Indri sambil rebahan di sofa hanya kenakan celana pendek ketat, dengan baju kaos agak longgar, sedang asyik nonton siaran infotaiment di TV.
“Hei Ray, baru pulang yaa?” sapa Indri, tanpa merubah posisinya yang bikin Ray sedapat mungkin tidak menatap godaan ‘besar’ ini.
Namun apes baginya, saat duduk di sofa sambil melepas sepatunya, kursinya persis menatap kedua kaki Indri, otomatis pemandangan aduhai ini tak bisa di hindarkan.
“I-iya ka Indri, eh Tante Melly di mana, kok nggak kelihatan?” Raymond menjawab sambil berbasa-basi...dan sengaja berlama-lama, tujuannya jelas, diam-diam ingin lebih lama melihat pemandangan aduhai ini.
“Mami sejak sore tadi jalan di jemput teman lamanya, katanya sih malam baru pulang,” sahut Indri dan kini duduk sambil senyum manis ke Raymond, seakan paham mata Raymond nemplok ke pahanya, Indri sengaja lebarkan pahanya, hingga sesuatu terlihat ngintip di sela-sela pahanya.
Apalagi bagian atas tubuh Indri memiliki ukuran yang membuat Raymond sulit berpaling. Celakanya, bentuk tubuh yang dimiliki Indri maupun Tante Melly merupakan kriteria yang diidam-idamkan Raymond, yang bahkan melebihi milik Rahma, istrinya!
“Ee…maaf ka Indri, aku mau mandi dulu, silahkan santai dulu,” cetus Raymond dan berusaha alihkan pandangan.
Di kamar mandi, sambil mengguyur kepalanya dengan shower yang airnya sengaja di setel dingin, Raymond ingat ucapan Tante Melly.
“Jangan kaget Ray, si Indri ini lahir saat aku masih berusia 17 tahun dengan suami pertama, makanya dia kini sudah berusia 26 tahunan dan aku kini sudah 43 tahun. Sayangnya dia udah janda tanpa anak di usia muda…!” cerita Tante Melly.
Raymond dan Rahma sendiri juga sama-sama berusia 26 tahunan, tapi bulannya duluan Indri yang lahir.
“Duehh…apakah aku harus khianati kepercayaan Rahma, tapi…bagaimana dengan foto dan video itu…benarkah itu dia dan diam-diam berselingkuh?” kembali perang batin melanda Raymond.
Setelah selesaikan mandinya, Raymond kaget saat ponselnya berbunyi dan kembali wajahnya seketika keruh.
Kembali nomor tak di kenal mengiriminya sebuah chat singkat.
“Istrimu bukan hanya urus kerjaan, tapi bersama sepuasnya dengan si pria tua bos besar pemilik salah satu mal di indonesia”
Saat Raymond ingin menelpon, ponsel pengirim ini tak aktif, hingga Raymond kesal bukan kepalang.
“Sialan…apa maksudnya mengirimi aku chat begini, apakah dia sengaja ingin rusak rumah tanggaku dengan Rahma?” batin Raymond, yang sampai detik ini masih percaya Rahma tetap setia dengannya.
Tiba-tiba terdengar ada benda jatuh dan teriakan aduh sekaligus minta tolong.
“Loh apa itu yang jatuh, itu kan suara Indri…!” Raymond pun bergegas keluar dan menuju asal suara Indri yang mengarah ke dapur…!
**
BERSAMBUNG
Kini Raymond duduk termangu di ruang kerja kecilnya, ucapan terakhir Clara membuatnya antara tak percaya dan bingung.Clara mengajaknya ke Jogjakarta, 2 mingguan lagi. Dengan alasan melihat langsung penyerahan mobil-mobil pesanannya ke perusahaannya yang ada di Jogja dan Semarang.Yang membuat Raymond termangu, tatapan ‘aneh’ Clara itulah yang membuatnya merasa ada sesuatu.“Ahh paling perasaanku saja,” batinnya, membantah tatapan ‘mesra’ Clara tadi. Sebagai pria yang tak pernah berselingkuh, Raymond tak pernah berpikir aneh-aneh.Apalagi Clara adalah klien kakap perusahaannya dan sebentar lagi dia akan dapat anuerah, yakni bonus besar dari perusahaanya.Kecantikan wanita pebisnis ini memang tak beda jauh dari Tante Melly dan Indri, tak selisih jauh pula dengan Rahma istrinya. Biarpun usia Clara sudah 30 tahun, tapi berkat perawatan mehong, Clara bak masih berusia 20 tahunan.Sebagai pria normal dan jarang dapat belaian dari istrinya, pikiran kotor Raymond pun mulai menari-nari di otak
Pukul 11.30 Raymond izin dengan Bingo sang Pincab, untuk bertemu klien.Entah kenapa kali ini Raymond tak beri tahu siapa klienya itu, Bingo sampai penasaran, tapi gengsi bertanya, lagian yang namanya klien, saat ini cabang mereka meminta semua pemasaran jemput bola.Dan ini masih dalam koridor pekerjaan..!Raymond sudah terbiasa keluar dan melobi langsung klien-kliennya, baik dengan sales lain, ataupun sendiri, sehingga Bingo tak mau perlihatkan jiwa keponya.Raymond langsung menuju ke restoran yang di boking Clara, seorang pelayan tunjukan ruangannya.Ternyata ini sebuah ruangan private dan Raymond lega, di sini boleh nge-rokok, masih ada waktu kurang dari 1 jam, sehingga dia tak bete menunggu kelamaan.“Mending aku yang menunggu, kalau dia yang menunggu bisa amsiong aku, kalau Bu Clara batalin kontrak jumbo, hancur karirku!” batin Raymond dan nikmati kopi panasnya dan cicipi buah segar yang di sediakan sang pelayan ini.Raymond lepas jaketnya dan dengan him di tubuhnya, badan kokohn
“Loh kok kok buru-buru ngantor, masih pagi lohh?” Tante Melly menegur Raymond yang pukul 6.30 sudah rapi dan harum.Tante Melly punya kebiasaan suka minum air putih kalau pagi dan dia ke dapur nyari air putih kesukaannya itu.Tak di sangka pagi ini bertemu Raymond yang sudah siap ke garasi samping untuk ambil motor matic bongsornya ke kantor.“Hindari macet saja Mi, maklumlah Jakarta,” sahut Raymond dan matanya sampai nyalang menatap gaun tidur Tante Melly yang transparan yang lagi-lagi menampilkan pemandangn aduhai.Matanya makin membulat, Tante Melly lagi-lagi tak kenakan beha dan CD di balik baju tidur warna krim-nya ini, gaun span-nya ini malah di atas lutut.Sehingga kaki jenjang si tante ini bikin kalamenjing Raymond naik turun, mana sore kemarin sudah sempat cicipi kacang kedelai Indri lagi, makin senewen dan konslet-lah otaknya di pagi ini.“Ehemm…matanya kemana,” tegur Tante Melly senyum nakal, nyadar sang ‘menantu’ tiri ini menjelajahi tubuh denok dan aduhainya ini.“Ahh…a-nu
“Indri…!” Raymond yang masih pakai handukan bergegas ke dapur dan dia kaget melihat wanita denok ini terjatuh di dapur sambil memegang kakinya.“Ray tolong bantu aku, tadi aku ke asyikan terima telpon, nggak tahu ada turunan,” keluh Indri sambil memegang tangan kokoh Raymond yang sigap menarik badannya.Walaupun tubuh Indri semok dan dikit gemoy, tanpa kesulitan Raymond bisa mengangkatnya dan membawanya ke sofa di ruangan tengah.Raymond lalu periksa kaki Indri yang meringis menahan sakit.“Sebentar ya ka Indri, aku mau ambil es, ini agaknya memar,” tanpa menunggu jawaban Indri, Raymond bergegas ke kulkas dan ambil es, lalu dia cari handuk kecil dan membungkusnya.Raymond pun kini terus memegang es ini sambi jongkok, sial baginya atau ini malah keberuntungan, karena posisinya jongkok, wajahnya persis berada di hadapan kedua paha milik Indri.Bahkan garis halus di antara pahanya ikut terlihat, karena celana yang dia pakai sangat pendek. Apalagi kedua paha Indri yang warnanya putih keku
Tiba-tiba Clara memanggil sekretarisnya yang tadi membawa Raymond dan dua staf pemasaran ke ruangan ini.“Agnes, panggil Anton dan Sony, bilang pada keduanya siapkan draf kontrak, kita akan beli 100 buah mobil dari dealer mobil ini dan kelak kita akan pesan 150 mobil lagi di tahap kedua,” ceplos Clara, hingga Raymond dan dua stafnya melongo dan saling pandang.Padahal Raymond sudah dapat info, Clara adalah klien yang terkenal sulit diajak kompromi dan orangnya saklak serta terkenal angkuh."Bu Clara seorang CEO perusahaan travel besar dan punya ego keras, kalian harus bujuk agar dia mau teken kontrak," itulah ucapan si Pincab ke Raymond, yang di ingat betul pria ini.Kini, betapa terkejutnya ia ketika menyadari klien ini adalah Clara dan wanita yang sama yang ia tolong beberapa jam sebelumnya.Bahkan belum juga Raymond mulai berbicara, tanpa basa-basi Clara langsung menerima tawaran sekaligus meng ACC dan memesan 100 buah mobil, ini di luar prediksinya.Sibuklah Raymond kini bersama d
Rumah terasa sepi, ruang makan kosong, dan pintu kamar ibu mertua serta iparnya tertutup rapat, tanda belum bangun pagi.Raymond hela nafas, ia bersyukur pikiran warasnya masih jalan, ia masih bisa menjaga attitudenya. Tidak nekad masuk ke kamar kakak ipar dan ibu mertuanya itu untuk tuntaskan godaan maha dahsyat yng terjadi kemarin, di tambah Rahma bikin hasratnya harus nambah daftar hari puasanya.“Berangkat kerja Ray? Kenapa nggak bawa mobil,” tiba-tiba terdenger suara Tante Melly, kagetkan Raymond, saat dirinya akan starter motornya.Sial atau malah keberuntungan…!Raymond melongo melihat penampilan mami mertua tirinya yang masih pakai baju tidur transparan dan sama sekali tak mengenakan pakaian dalam!Hal itu membuat bagian pribadinya tersingkap samar!“I-iya Mi, aku ngantor, bawa motor saja, takut kejebak macet Mi,” sahut Raymond bikin alasan dan buru-buru pasang helmnya, karena tak sanggup melihat pemandangan yang menyambutnya di pagi hari yang mendung ini.Lalu buru-buru ke ke