BERSAMBUNG
“Ray, kakekmu yang bernama Ali Akbar Razak aslinya keturunan Arab di Samudera Pasai, kakekmu itu seorang turunan ulama dan juga punya trah dengan kerajaan di Aceh sono.“Waduhhh…ulama, buyutnya malah kelakuan kayak setan, suka maksiat,” batin Raymond kontan malu hati.Nenek Iyang lanjutkan kisahnya…Saat remaja Ali Akbar suka merantau dan berdagang, akhirnya menetap di Bandung lalu kenal dengan pejabat-pejabat penting di republik ini di jaman itu, itulah yang jadi cikal bakal Ali Akbar Razak bikin sebuah perusahaan perminyakan.Makin berkibar lagi setelah kenal dengan bos plat merah bernama Ibnu Sutowo, yang memang sedang jaya-jayanya di jaman tersebut, setelah booming minyak dan gas, hingga bikin negeri penghasil minyak kaya raya, macam kerajaan di Timteng sono.Namun sukses di usaha, tak di imbangi dengan keluarga, 2X menikah, ke dua istrinya tersebut tak juga peroleh keturunan seperti yang diinginkan Ali Akbar Razak.Hingga suatu hari Ali Akbar meninjau sebuah SPBU miliknya dan saa
Perjalanan menuju ke rumah nenek Iyang atau nenek Dayang lumayan jauh, bedanya jalan menuju ke tempat ini sudah nyaman dan beraspal.Tempat ini sudah masuk ke kecamatan Daha, sebuah daerah yang terletak di pinggir sungai besar, yang penuh sejarah panjang dan di namakan Sungai Negara, yang di ambil dari nama kerajaan tersebut, yakni Kerajaan Negara, sebuah kerajaan Hindu kuno sebelum akhirnya berubah jadi kerajaan Islam.Sebab di sinilah cikal bakal adanya Kerajaan Banjar di Kalsel yang di bubarkan Hindia Belanda, saking alot dan nekatnya perjuangan kerajaan ini, dengan motto ‘Haram Manyarah, Waja Sampai Ka Puting”Atau ‘pantang menyerah dalam memperjuangkan tujuan hingga akhir, dengan tekad yang kuat seperti baja, tanpa kenal lelah sampai titik penghabisan’. Semboyan ini juga mencakup nilai-nilai kerja keras, ketekunan, dan semangat kebangsaan.“Padat juga yaa kota kecil ini,” puji Loli sambil asyik menatap aktivias warga lokal di daerah ini dan puji kepala daerahnya yang terdahulu, ya
“Tak apa kan Bang sesekali tidur di hotel kelas melati,” Loli menatap Raymond yang kini melepas jaket dan kaosnya, lalu sepatu ketsnya.Loli sadar, pria di depannya ini seorang CEO yang berharta lebih dari 50 triliunan dan kini terus bertambah besar, seiring mengguritanya perusahaan miliknya.Sehingga dai rada khawatir, kalau Raymond kurang nyaman tidur di hotel kelas melati ini. “Tak apa, yang penting kita tidur nyaman malam ini,” sahut Raymond sambil lepas jeansnya dan menuju ke toilet untuk cuci muka sekalian sikat gigi, kebiasaan sejak masih mahasiswa yang jadi rutitasnya hingga kini.Loli juga ikut masuk, toilet ini lumayan luas dan ada juga air panas dinginnya.“Bagus hotelnya, ini sudah masuk kok kategori bintang 2 kok,” cetus Raymond sambil sikat gigi lalu melirik Loli dengan gaun tidurnya yang tipis, hingga dalemennya terlihat jelas.Mendengar ini Loli lega, tapi berbalik senyum kecil melihat mata biawak Raymond yang menatap dalemannya dan terlihat rumput tebal miliknya yang
“Loli bangun, kita sudah sampai di depan rumah Acil-nya si Maskur, yang bernama Acil Nurbaya."Raymond towel bahu Loli yang nyenyak sekali tidurnya, sampai leleran segala dan bikin si cantik ini gelagapan membersihkannya dengan tissue, sekaligus malu jadinya.Tapi setelahnya tertawa dan bilang justru dengan Raymond di sisinya, dia malah tenang hingga sangat lelap tidurnya.Loli sesaat mengeliat sambil angkat kedua tangannya, hingga ketiak mulusnya terlihat dan bikin pikiran Raymond sesaat melalang buana.“Udah yuks, cuci tu muka dengan air mineral, biar segar,” tegur Raymond lagi senyum sendiri dan sempat mengumpat dalam hati, di saat banyak masalah, terutama dengan Rahma dan musuh-musuhnya, otaknya sempat - sempatnya piknik ke sana kemari.Keluarganya yang bisa ‘mempagar’ atau melindungi dari pengaruh jahat ini menatap Loli, tapi justru paling lama menatap wajah Raymond yang terlihat tenang – tenang saja, seolah tak ada beban.Si Acil Nurbaya terlihat asyik mengemil daun sirih dengan
Raymond menatap Loli yang terlihat agak pucat. “Jadi…Rahma yang ada di rumah kami itu...bukan Rahma yang asli...jadi paaal..?” Raymond menahan kalimatnya.“Aku sih tak yakin 100 persen, tapi apakah kamu melihat perubahan dari istrimu itu?” Loli malah balik bertanya, sambil ambil sebatang rokok, untuk redakan hatinya yang tak karuan.“Iya sih…aku merasa…perutnya itu tidak ada tanda-tanda bekas melahirkan, juga…maaf perabotannya juga masih?” lagi-lagi Raymond menahan kalimatnya.“Masih sempit kan? Seolah tak pernah melahirkan?” sambung Loli tanpa basa basi lagi.Mendengar kalimat Loli ini, tanpa ragu Raymond mengangguk.“Aku hanya ingin sampaikan, agar mulai sekarang kamu harus berhati-hati, agaknya lawan yang kini kamu hadapi sangat lihai, jahat dan licik,” kata Loli lagi, yang juga bilang sudah sejak 5 bulan yang lalu berhenti sebagai sekretaris Clara, dengan alasan ingin menikah dengan tunangannya.“Aku tak sanggup lagi ikuti gaya hidup mereka yang tak lazim itu, aku ingin hidup norma
Kita tinggalkan sejenak Raymond yang bersiap akan ke Kalsel, untuk menemui kerabat neneknya dan akan di jemput sepupunnya Ambar…!Di sebuah kamar mewah di Jakarta!Seorang wanita kecewa berat, baru satu kali mengocek, milik pria di bawah tubuhnya sudah muncrat, padahal dia belum apa-apa, jangankan klimak, menikmati pun dia tidak.Plupp…dia cabut miliknya dan singkong pria setengah tua ini langsung mengkerut, bak terong unggu kena api unggun...lemas.“Masih belum sembuh juga ternyata milikmu Bang Sanusi?” kata si wanita ini sambil rebahkan tubuhnya di sisi laki-laki ini, sambil ambil tisue dan ngelap kewanitaan yang terlanjur basah.“Punyaku hanya berdiri kokoh dan perkasa kalau dengan Rahma,” sahut laki-laki ini tanpa tedeng aling-aling.“Huhh wanita itu lagi, jampi-jampi apa sih dia itu, hingga bisa bikin kamu perkasa?” sungut wanita cantik ini.Sanusi hanya terdiam, sulit dia menjelaskan, kenapa dengan Rahma nafsunya sangat terbangkit, bahkan mampu bertahan lama, tapi dengan istrinya