Home / Romansa / Membawa Lari Anak Kembar CEO / Bab 2 - Perempuan Idaman

Share

Bab 2 - Perempuan Idaman

Author: Almiftiafay
last update Last Updated: 2023-07-14 13:21:07

Lara menatap makanan yang sudah selesai dihidangkan di atas meja. Dia tersenyum puas menatap hasil kerja kerasnya sepanjang pagi ini.

Sudah beberapa minggu semenjak Alex pergi dari rumah, tidak pulang sekali pun sehingga mereka tidak pernah bertemu lagi sejak malam panas itu. Karena itu Lara memutuskan untuk menyambut kepulangan Alex. Meski ia tahu, hubungan mereka tidak sebaik itu. Tapi Lara tidak ingin memperkeruh keadaan. 

"Apa ini?"

Suara itu sontak membuat Lara menoleh. Alex datang dengan kedua alis yang hampir bertemu saat dia mendekat dan memindai ke atas meja makan, pada makanan yang tertata cantik di piring.

"Aku membuat sarapan."

"Apa aku memintamu melakukan itu?"

"Tidak. Aku pikir—"

Belum sempat Lara selesai bicara, Alex lebih dulu mengambil piring di depannya dan membuangnya ke lantai, jatuh dan pecah berserakan.

"Tidak perlu membuatnya lain kali. Aku tidak akan makan apa yang kamu siapkan. Berhentilah membuatku muak!"

Setelah mengatakan itu, Alex pergi begitu saja. Tidak menoleh sedikit pun pada Lara atau piring yang dia lempar. 

Sedangkan Lara hanya bisa menatap makanan yang berserakan di lantai dengan hati perih. Berhenti membuat muak, katanya? Lara hanya ingin menjalankan tugasnya sebagai istri, terlepas dari kenyataan bahwa dia hanyalah istri pengganti untuk Alex. Apakah sesulit itu menghargai keberadaannya?

Terlintas di pikiran Lara agar sebaiknya dia kabur saja. Lagi pula untuk apa tinggal di sini jika pernikahan ini tidak dianggap?

Namun, banyak pertimbangan yang dia pikirkan. Bagaimana seandainya jika dia kabur malah membuat keluarga Alex marah? Bukankah itu akan membuat bisnis ayahnya akan kembali diseret ke titik nol?

Lara hampir larut dalam rasa kecewa sebelum dia merasa ada yang tidak beres dengan perutnya. Lara berlari masuk ke dalam kamar mandi. Dia mual dan memuntahkan seluruh isi perutnya.

Kakinya terasa lemas saat berkumur dan keluar kamar mandi. Lara mendengar ponselnya berdering dan dia melihat panggilan masuk dari Roy, ayahnya.

'Kenapa papa menelponku?' Meski enggan, tapi Lara akhirnya memilih untuk menerima panggilan itu. 

"Lara?"

Suara yang datang dari seberang ponsel menimbulkan bebagai macam perasaan bagi Lara. Seberkas rasa benci, kecewa, dan marah. 

"Iya, Papa?"

Lara meremas ponsel yang sedang ada di samping telinga sebelah kanannya lebih erat.

"Kamu baik-baik saja?"

Lara tidak langsung menjawab. Ia menahan suaranya agar tidak gemetar meski sebenarnya ingin menjerit meluapkan sesak dalam dadanya. "Ya," ujarnya singkat.

"Maaf Papa baru bisa menghubungimu sekarang. Banyak hal yang harus Papa lakukan untuk memulihkan keadaan bisnis yang memburuk. Syukurlah kalau kamu baik-baik saja. Papa mau bilang terima kasih."

Alis berkerut Lara perlahan memudar mendengar terima kasih yang disampaikan oleh ayahnya itu.

"Terima kasih?" ulangnya sembari menyandarkan punggungnya ke dinding, tak jauh dari jendela.

"Iya. Terima kasih karena kamu mau menggantikan Nala. Jefri sudah menepati janjinya, Lara."

Kebingungan masih memenuhi Lara saat mendengar nama ayah mertuanya itu. "Janji apa, Papa?"

"Janji yang dia bilang kalau dia akan jadi backing kuat bisnis kita, berkat kamu, kita bisa bertahan. Terima kasih banyak. Maaf karena harus membuatmu menikah dengan Alex."

Suaranya terdengar tulus, Lara tidak tahu harus menjawab bagaimana. Dia hanya memberi keheningan pada ayahnya. Bibirnya mengatup rapat.

"Mungkin, pernikahan kalian akan terasa sedikit canggung karena perjodohan. Tapi tolong jadilah istri dan menantu yang baik, Lara. Biar keluarga kita bisa seterusnya seperti ini."

Lara diam-diam meneteskan air mata, dia tahu bahwa Roy mempertaruhkan segalanya untuk membangun bisnis yang sedang dia kembangkan. Menyadari itu, Lara menahan diri untuk tidak mengatakan bagaimana perlakuan Alex kepadanya.

Jeritannya tertahan di tengorokan. Serak, jejak basah air mata melewati bibirnya yang tersenyum pahit saat dia menjawab Roy dengan sekilas anggukan.

"Iya, Lara akan coba lakukan itu, Papa."

"Terima kasih."

Panggilan mereka mati setelah saling menukar salam perpisahan.

Lara duduk merosot ke lantai yang dingin. Dengan kepala yang menunduk dalam, menengelamkan tangis di balik kedua tangan yang menutupi wajahnya. Dadanya sesak oleh pertanyaan, 'Sampai kapan ini akan berlangsung? Apa seperti ini rasanya menikah dengan lelaki yang tidak mencintainya?'

Dengan berbekal janji pada ayahnya untuk menjadi istri dan menantu yang baik, Lara akan bertahan di rumah ini. Sebisanya, sekuatnya, mengabaikan kebencian Alex. 

Tidak terhitung berapa banyak kalimat kasar yang keluar dari bibir lelaki itu untuknya. Hinaan itu hampir setiap hari terjadi.

Lara masih giat mencoba membuatkan sarapan atau sekadar kudapan ringan untuknya, meski akhirnya ditolak mentah-mentah. Tapi Lara tidak menyerah. Dia tetap menyiapkan semua kebutuhan Alex tanpa lelaki itu sadari. 

Namun ketika Alex menyadari semua tindakan Lara, ia malah menuduh Lara sedang mencari perhatian. Alih-alih kata terima kasih, semua yang dilakukan Lara akan salah di mata Alex.

Tapi Lara tidak peduli, dia lakukan sebisanya untuk menjadi istri yang baik. Taat, tidak membantah. Dengan begitu, mungkin suatu hari nanti Alex akan sedikit melunak... hanya itu yang Lara harapkan.

***

Namun, harap tinggal harap.

Pagi itu saat hendak menyiapkan sarapan untuk suaminya, Lara terkejut menjumpai seorang perempuan yang berjalan mendekat ke arahnya. 

Gema stilettonya memenuhi setiap sisi penjuru ruangan, rok yang jatuh di atas lututnya melambai sebelum dia berhenti dan berhadapan dengan Lara.

"Wah ...."

Bibir merahnya menggumam menatap Lara dari bawah hingga ke atas. Tapi itu bukan untuk mengungkapkan rasa kagum melainkan lebih pada ejekan karena Lara melihat salah satu sudut bibirnya terangkat.

"Jadi ini perempuan murahan yang dinikahi Alex?"

Kedua tangan Lara sontak terkepal mendengar tanya yang dia lontarkan. 

"Kamu perempuan panggilan yang dijual papamu ke keluarga Alex, kan?" Wanita itu mendecih, seolah jijik melihat Lara. Matanya masih memindai Lara dengan tatapan merendahkan. "Akhirnya aku punya kesempatan untuk melihat wanita murahan seperti—"

"Lebih murahan mana dengan perempuan yang pagi-pagi datang ke rumah lelaki yang sudah menikah dan bicara tidak sopan?"

Lara melihat matanya yang berubah marah saat dia memotong pembicaraan sebelum sempat menyelesaikan apa yang ingin dia katakan.

"Sopan kamu bilang? Perempuan murahan sepertimu masih membicarakan harga diri?!"

Lara mengangkat dagu dan balas menatap wanita itu. "Sebaiknya jangan menilaiku sesuka hatimu karena kita bahkan tidak saling kenal."

"Aku tahu siapa kamu! Perempuan panggilan murahan yang terpaksa dinikahi Alex!" sentak wanita cantik itu dengan wajah marah.

"Jaga mulutmu!"

Wanita itu melangkah semakin dekat hingga hanya berjarak beberapa sentimeter dari Lara. "Masih mau membela diri? Dasar jalang sial—"

"Bukannya kamu yang murahan? Datang seenaknya ke rumah pria yang sudah menikah—"

PLAK!

Tangan perempuan itu melayang menampar pipi sebelah kiri Lara dengan sangat kerasnya. Membuat Lara berpaling karena gaya dorong yang timbul dari telapak tangannya.

Dengung asing memenuhi telinga Lara saat pipinya memanas. 

"Tutup mulutmu!"

PLAK!

Lara kembali merasakan tamparannya untuk kali ke dua. Kepalanya pusing, perutnya mual saat dia terhuyung ke belakang dan mencari pegangan di sandaran kursi. Tiba-tiba, dia ingin muntah. 

"Aku yang lebih berhak atas Alex, bukan kamu! Kamu itu hanya menjual diri!"

"Akh!"

Lara kesakitan saat rambut panjangnya ditarik dengan kuat, membuatnya hampir kehilangan keseimbangan. Lara berusaha melepaskan diri. Ia balas menarik rambut perempuan asing itu sama kuatnya, membuat mereka saling beradu dan mengaduh kesakitan. 

"Apa yang kau lakukan?!"

Tarikan pada rambut Lara seketika terlepas. Dia menoleh pada Alex yang berjalan menuruni tangga, menghampiri mereka. Lara pun melepas tangannya dari rambut wanita itu. 

"Berani-beraninya melakukan keributan di rumahku?" kata Alex dengan rahang mengeras. Ia menatap Lara dengan kemarahan yang jelas-jelas terpancar dari raut wajahnya. Namun, ekspresi itu berubah khawatir saat menatap si wanita asing. "Kamu baik-baik saja, Shiera?"

Wanita bernama Shiera itu langsung memeluk lengan Alex dan berkata dengan manja. "Dia menjambak rambutku." 

Alex menatap Lara sengit.

"Dia yang mulai," Lara membela diri. Ia memegang perutnya yang bergejolak, sementara Alex menggertakkan rahangnya sambil mengambil satu langkah maju.

"Aku tidak peduli siapa yang mulai tapi aku tidak suka kamu menyakiti Shiera."

Alex menyembunyikan Shiera di belakang punggungnya seolah dia adalah mahakarya yang harus dilindungi sementara di mata Alex, Lara adalah iblis yang bisa melukai wanitanya.

Manik mata mereka bertemu pandang di udara, iris gelap Alex menciutkan nyali Lara yang memilih untuk diam.

"Jangan melakukan hal yang membuatku marah, Lara. Kamu tidak lupa dengan apa yang pernah aku bilang, 'kan?"

Lara tidak punya kesempatan untuk mengucapkan sesuatu karena Alex lebih dulu berujar dengan nada dingin. "Pernikahan kita hanya sebatas status. Jangan berharap lebih!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (6)
goodnovel comment avatar
Tri Wahyuni
Lara lebih baik kmu pergi dr rmh iyu sejauh mungkin .jangan k.u pikirkan itu ayah mu yg menjual kmu karena bisnis .bener itu kaka kembar mu dia g mau d jual oleh orang tua nya karena orang tua g akan peduli dgn penderitaan anak nya
goodnovel comment avatar
Bocah Ingusan
cerita yg tokohnya utamanya begitu bodoh dan terlalu lugu, bahkan saat di manfaatkan dan ditindas pun masih percaya, adalah cerita yg ga layak baca buatku
goodnovel comment avatar
Susan Zahra
dateng dia mak lampir
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Membawa Lari Anak Kembar CEO   Bab 362 - Selamat Ulang Tahun, Mama

    Lara tidak bisa menahan haru melihat api yang meliuk di atas lilin kecil pada kue black forest yang dibawa oleh Neo. “Selamat ulang tahun, Mama,” kata Shenina pertama-tama. “Ayo buat permohonan dan tiup lilinnya.” Lara dengan segera melakukan itu. Ia merapatkan tangannya dan berdoa agar kebahagiaan ini tidak pernah putus. Untuknya, untuk keluarganya. Agar mereka diberkati dalam kebahagiaan yang sempurna. Barulah setelah itu Lara menunduk, merendahkan tinggi tubuhnya untuk meniup lilinnya. Lara menerima kue dari Neo yang mengatakan, “Selamat ulang tahun untuk Mama,” katanya manis. “Tidak banyak yang Neo minta selain Mama menjadi Mama yang bahagia.” “Selamat ulang tahun, Mama,” kali ini Shenina yang berujar. “Shen juga memiliki harapan yang sama, semoga Mama tetap bahagia. Dan tetap menjadi Mama cantiknya Shen.” Lara lebih dulu meletakkan kue ulang tahun dari para kesayangannya ke atas meja makan kemudian ia memeluk si kembar yang dengan senang hati membalasnya. “Terima kasih unt

  • Membawa Lari Anak Kembar CEO   Bab 361 - Demam

    *** Merasakan dingin yang memeluknya, Lara membuka matanya dengan cepat. Napasnya tersengal bahkan setelah ia membuka matanya. Ia baru saja berpikir dirinya sedang tidur di lantai seperti lima tahun silam agar anak-anaknya bisa tidur dengan nyaman di atas ranjang. Ia menggigil, kenangan akan sulitnya masa lalu sekali lagi membuatnya terjaga dengan keadaan yang berbeda. Dulu, Lara terbangun karena dingin dan tidak nyaman, tidak ada selimut untuknya selain ia menggunakan apapun untuk menutupi tubuhnya. Tetapi sekarang ia terbangun di tempat yang nyaman dan bahkan tidak sendirian. Tangisan Sky itulah yang pasti membuat intuisi seorang ibu dalam dirinya membuka mata. Dan saat hal itu ia lakukan, Lara telah menjumpai Alex yang berdiri dan menggendong Sky. Ia tampak memandang Lara dengan hanya bibirnya saja yang bergerak seolah bertanya, ‘Kenapa kamu bangun?’ “Sky baik-baik saja?” tanya Lara lirih. Alex mengangguk, menunjukkan Sky yang kembali terlelap saat Alex menepuk lem

  • Membawa Lari Anak Kembar CEO   Bab 360 - Edinburgh After Rain

    .... Dari tempat bulan madu Karel dan Sunny. Seperti yang sebelumnya dikatakan oleh Lara bahwa ada kemungkinan mereka memang sedang berbulan madu ... hal itu memang benar! Mereka pergi berbulan madu setelah penantian yang cukup panjang dan lama mengurus izin cuti Karel yang notabene adalah seorang dokter yang bisa dikatakan ... hm ... masih baru di tempat ia bekerja. Udara sejuk Edinburgh membelai wajah Sunny begitu ia membuka pintu geser di sebuah hotel tempat mereka menghabiskan waktu selama mereka di sini. Ia memandang ke luar dan berdiri di balkon. Pandangannya ia jatuhkan paada jalan yang tampak lengang pada hari MInggu pagi ini yang sebagian besarnya basah oleh sisa hujan. Semalam memang Edinburgh diguyur hujan. Bukan hujan deras tetapi itu cukup untuk membuat bunga kecil dan dahan pepohonan kedinginan pagi ini. “Cantik sekali pemandangan setelah hujan,” gumamnya. Meski ia sebenarnya juga suka pemandangan sebelum hujan, tetapi setelah curahan air turun dari langit ... ia

  • Membawa Lari Anak Kembar CEO   Bab 359 - Waktu Yang Kita Lewati

    .... “Apakah Neo dan Shenina suka dengan sekolah baru mereka, Lara?” tanya Alex pada Lara yang saat ini tengah menatapnya setelah mengalihkan wajahnya dari layar ponsel yang ada di tangannya. “Aku rasa mereka senang,” jawab Lara. Memandang sekilas pada jam digital yang ada di atas meja kemudian pada Sky yang terlelap di dalam box bayi miliknya. “Karena mereka bisa bertemu dengan si kembar Zio dan Asha juga, ‘kan? Kamu ‘kan tahu kalau mereka itu bestie.” Alex tak bisa menahan senyumnya. Ia menutup laptop yang ada di pangkuannya dan meletakkannya di atas nakas yang tak jauh dari ranjang sebelum meraih ponsel Lara. “Jangan main ponsel terus! Peluk aku sekarang, hm?” Alex merengkuh pinggang Lara, membuatnya berbaring dengan nyaman saat mereka merasakan hangat di bawah satu selimut yang sama. Mereka saling memagut untuk beberapa lama sebelum Alex mengecup pipinya. “Cantik sekali ....” “Bukankah aku memang selalu cantik?” tanya Lara, menyentuh garis dagu Alex, tersenyum saat merasaka

  • Membawa Lari Anak Kembar CEO   Bab 358 - Apakah Tuhan Mempercayakannya?

    *** . . Berhasilkah? Tidak! Tapi mungkin saja, 'kan? Pertentangan batin sedang bergejolak di dalam benak Kalisha. Ia berdiri bersandar di pintu kamar mandi di dalam kamarnya. Menggenggam sebuah test pack yang ada di tangannya. Yang baru saja ia gunakan untuk mengetes, apakah ia benar hamil ataukah tidak. Ia memang sering terlambat datang bulan. Tapi tak seperti kali ini. Ini sangat jauh dari hari biasanya. Jadi ia ingin melakukan tes. Sejak pernikahannya dengan Ibra, lebih dari satu tahun lamanya, lebih dari berbulan-bulan pula ia selalu terlambat datang bulan dan hasilnya selalu satu garis setiap ia ingin melihatnya. Dan ia tak pernah mengharap lebih soal itu. Tapi sekarang, dadanya berdebar lebih dari biasanya. Sebagai seorang perawat yang tahu betul seperti apa detak jantung normal dan detak jantung yang tidak normal, maka Kalisha akan menggolongkan ini sebagai detak jantung yang tidak normal. Berisik sekali. Berdentum. Seolah tak mau diam setiap kali tanya muncul m

  • Membawa Lari Anak Kembar CEO   Bab 357 - Menutup Kisah

    Yang dilihat oleh Lara itu adalah Roy, ayahnya. Ia tak berdiri di sana sendirian melainkan bersama dengan ibunya Lara, Laras. Tak ia ketahuai berapa lama waku berjalan hingga membawa Roy ke hadapannya. Sudah tahun demi tahun berlalu, bukan? Lara memang mendengar jika hukuman untuk ayahnya itu mendapatkan keringanan karena ia berperilaku baik selama menjadi tahanan. Dan ternyata, kepulangannya itu adalah hari ini. Atau mungkin beberapa saat lebih awal dari hari ini karena setidaknya ia membutuhkan waktu untuk bersiap ke sini. Barangkali dengan meneguhkan hatinya untuk bisa menghadapi Lara. Sebab beberapa kali Lara mengunjunginya di tahanan, Roy selalu mengatakan hal yang sama. ‘Mungkin nanti Papa tidak bisa langsung menemuimu karena merasa sangat bersalah, Lara.’ Tapi sekarang dia di sini. Di hadapan Lara. Berdiri dengan tampak canggung dan air matanya mengembun membasahi pipi saat ia tersenyum dan membiarkan Lara datang guna memeluknya. “Papa ....” Lara mengulanginya sekali

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status