Home / Romansa / Membuatmu Menjadi Milikku / 108. Datangnya Beban Hidup Clara

Share

108. Datangnya Beban Hidup Clara

Author: CacaCici
last update Huling Na-update: 2025-07-23 23:57:28
"Konyol." komentar Zeeshan pelan, lagi-lagi senyum tipis saat mengingat kegilaannya waktu remaja dulu.

Dari dulu dia diam-diam suka pada Nindi, si makhluk berponi yang selalu ia cari keberadaannya. Namun, dia tak berani mendekat, bahkan sekadar menyapa pun tidak. Alasannya, Zeeshan takut perasaannya semakin besar pada perempuan itu dan tujuannya menjadi terhambat. Zeeshan tidak boleh berpacaran, dan karena pendidikannya sudah terlambat karena pernah harus menjaga kakaknya, daddy-nya benar-benar sangat ketat padanya. Dan Zeeshan harus bisa mengejar keterlambatannya tersebut.

Senyuman Zeeshan langsung pudar, wajahnya yang penuh rasa senang langsung berganti dengan wajah dingin–menatap ke arah Leonard yang baru pulang.

"Tunggu."

Leonard berhenti melangkah, menoleh ke arah Zeeshan dengan raut muka datar. "Ada apa, Heh?"

"Apa rumah kekasihmu berada di ujung dunia sampai kau pulang lama?" tanya Zeeshan dengan nada tegas.

"Oh, Hell!" Leonard langsung mengusap wajah dengan kasa
CacaCici

Selamat membaca dan semoga suka dengan 3 bab kita hari ini, MyRe. Dukung terus novel kita dengan cara vote gems, hadiah, dan ulasan manis. Sehat selalu untuk kalian semua. Papai ... IG:@deasta18

| 43
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (16)
goodnovel comment avatar
CacaCici
Betul, Kak. Semoga bukan Clara yah, Kak, yang dijadiin tuh singa sebagai sarapan. (⁠≧⁠▽⁠≦⁠)(⁠≧⁠▽⁠≦⁠)
goodnovel comment avatar
CacaCici
Huhuhu ... betul tuh, Kak. Kalau di dunia nyata, pastinya Clara udah trauma. (⁠≧⁠▽⁠≦⁠)(⁠≧⁠▽⁠≦⁠)(⁠≧⁠▽⁠≦⁠).⁠·⁠´⁠¯⁠`⁠(⁠>⁠▂⁠<⁠)⁠´⁠¯⁠`⁠·⁠.
goodnovel comment avatar
CacaCici
(⁠≧⁠▽⁠≦⁠)(⁠≧⁠▽⁠≦⁠)(⁠≧⁠▽⁠≦⁠) Clara-nya belum move on dari Kaze, Kak. .⁠·⁠´⁠¯⁠`⁠(⁠>⁠▂⁠<⁠)⁠´⁠¯⁠`⁠·⁠.
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Membuatmu Menjadi Milikku   116. Berita Palsu Yang Tersebar

    "Kakanda," panggil Nindi, menghampiri suaminya–berlari kecil ke arah lift. "Jangan lari-lari, Sweetheart," peringat Zeeshan yang sudah ada dalam lift. Nindi menunjukkan cengiran lalu masuk ke dalam lift. "Mas Ze, kenapa pergi? Mas tidak senang yah kalau Kak Leo menikah dengan Clara?" tanya Nindi, memeluk lengan suaminya dengan erat–sambil mendongak pada suaminya. "Senang," jawab Zeeshan singkat. "Jadi? Kenapa Mas langsung pergi?" tanya Nindi lagi."Kau tidak berbicara denganku," jawab pria itu lagi dengan nada datar, tak menoleh sama sekali pada Nindi.Saat pintu lift terbuka, Zeeshan segera keluar dan Nindi otomatis juga ikut keluar karena masih memeluk lengan suaminya. "Yaudah, mari kita berbicara, Mas Ze," ucap Nindi, di mana dia dan Zeeshan berjalan ke arah kamar. "Berdua saja dalam kamar. Bagaimana?"Zeeshan menoleh ke arah isrtinya lalu senyum tipis pada Nindi. "Humm." Zeeshan berdehem singkat, "aku suka mendengar suaramu yang berbicara padaku, Sweetheart," lanjutnya yang s

  • Membuatmu Menjadi Milikku   115. Kabar Bahagia

    Clara menganggukkan kepala secara malas. Memangnya pria ini pikir apa? Om-om kurang belaian? Sugar daddynya Clara?Ya ampun! Padahal dia se mirip itu dengan papanya. Bahkan karena mirip dengan sang papa, keluarga ibunya sampai membencinya."Ouh." Leonard langsung melepas pelukannya pada pinggang Clara, dia segera mendekati papa Clara dan langsung menyalam tangan pria tua itu. "Salam, Ayah mertua," ucapnya, seketika bersikap ramah, manis, dan sopan. "Huh." Marchel mendengus pelan, menatap tak suka pada Leonard, "punya hubungan apa kau dengan putriku?"Leonard tak langsung menjawab, dia memegang kursi tempat Marchel sebelumnya duduk, lalu mempersilahkan Marchel untuk duduk. "Silahkan duduk, Ayah mertua," ucapnya manis. Marchel kembali mendengus akan tetapi bersedia kembali. "Darling, kau juga duduklah," ucap Leonard pada Clara. Perempuan itu kembali duduk, menatap muram ke arah Leonard. 'Seketika aku berkeringat dingin.' batin Clara, melirik papanya lalu menatap Leonard dengan raut

  • Membuatmu Menjadi Milikku   114. Calon Suami VS Cinta Pertama

    "Apa Apartemenmu yang sekarang nyaman, Clara?" tanya seorang pria paruh baya pada Clara. Pria dengan pakaian formal dan berpenampilan rapi tersebut memotong grilled salmon di depannya kemudian memindahkan beberapa potong ke piring Clara. Dia perhatikan Clara terlihat lebih kurus dari yang sebelumnya, dan dia sedikit mengkhawatirkan perempuan cantik miliknya ini. "Aku kurang suka ikan," ujar Clara, mengabaikan pertanyaan ayahnya dan memilih fokus pada potongan daging salmon yang di letakkan di atas piringnya. Pria tua yang masih tampan itu, senyum manis pada Clara. "Tapi salmon kesukaan putriku," jawab pria itu lembut. "Ck." Clara berdecak pelan, memutar bola mata jengah dan terlihat kesal. Akan tetapi, dalam hati dia sangat gembira, bahkan sejujurnya dia menahan senyum karena senang ayahnya masih ingat kalau dia suka pada salmon. "Atau … Clara ingin pindah apartemen, Sayang?" tanya Marchel, ayah Clara. Clara menatap berang pada ayahnya. "Ngapain sih Papa panggil sayang sayang ke

  • Membuatmu Menjadi Milikku   113. Kencan dengan Pria Tua

    "A-astaga? Ke-kenapa bajuku berganti?" gumam Clara, panik saat sadar kalau pakaiannya telah berganti. Seingatnya dia ketiduran di sofa. Belum berganti pakaian, masih mengenakan sebuah kemeja warna navy yang ia padu dengan celana bahan–panjang, berwarna putih. Namun, sekarang dia mengenakan piyama. "Pa-Pak Leonard!" pekik Clara pelan, mengingat kalau pria itu sempat datang ke apartemennya. Clara buru-buru bangkit lalu berdiri di depan cermin. Dia memperhatikan setiap detail tubuhnya, mencari-cari apakah ada jejak sentuhan yang ia temukan di tubuhnya. Untungnya tidak! Bibirnya memang sedikit bengkak. Akan tetapi itu wajar. Dia baru bangun tidur dan sebelumnya juga habis menangis. Jadi wajar bibir dan wajahnya sedikit bengkak. Clara menatap jam, ternyata masih jam sembilan malam. Dia segera mencuci muka lalu setelahnya meraih handphone untuk memesan makanan. Akan tetapi baru saja dia menyalakan handphone, panggilan dari ibunya langsung menghias layar. Clara menghela napas pelan u

  • Membuatmu Menjadi Milikku   112. Temani Aku

    "Suli!" peringat Faren pada istrinya, "jaga bicaramu! Jangan mengatakan hal omong kosong!" Suli menatap takut pada suaminya lalu menatap berang ke arah Nindi. Sedangkan Nindi, dia tetap tenang. Saat paman suaminya menatapnya, Nindi melempar senyum tipis padanya. "Nindi, jangan dengarkan ucapan Tante dan sekali lagi Paman meminta maaf padamu," ucap Faren dengan nada penuh perasaan bersalah. "Iya, Paman." Nindi menganggukkan kepala secara pelan. "Untuk masalah Adrea dikirim ke luar negeri, mohon maaf, Paman, untuk hal itu aku tidak bisa ikut campur. Itu keputusan Mas Zeeshan, Kak Razie dan yang lainnya.""Tidak apa-apa, Nak. Adrea memang lebih baik di luar negeri, dan Paman juga sering ke luar negri. Jadi tidak masalah," ucap Faren, menanggapi perkataan Nindi dengan positif dan sama sekali tidak tersinggung ataupun marah. Suli sejujurnya ingin membantah perkataan suaminya dan kembali ingin menyerang Nindi, akan tetapi Zeeshan tiba-tiba datang. Suli memilih diam, senyum manis dan men

  • Membuatmu Menjadi Milikku   111. Wanita Hebat

    Ceklek' Ketika pintu terbuka, Clara sama sekali tak menyadari. Dia terus tertawa dan menangis secara bersamaan. Leonard mengerutkan kening kala mendengar suara tawa yang cukup kencang. Dia menoleh ke arah sofa, mendapati Clara sedang duduk di sofa–menatap lurus ke arah televisi, menangis. Leonard terkejut melihat kondisi Clara. Perempuan itu jelas-jelas tertawa, tetapi kenapa air matanya mengalir deras? Dan tatapan perempuan itu-- sangat menyedihkan. Leonard mendekat ke arah perempuan itu. Tanpa menegur ataupun menyapa seperti biasa, Leonard langsung menarik lengan perempuan itu, menyentaknya cukup kuat sehingga perempuan itu berakhir dalam pelukannya. Clara langsung berhenti tertawa, memberontak dan buru-buru menghapus air mata. Jantungnya berdebar kencang karena ketahuan menangis. Dia malu memperlihatkan sisi lemahnya pada pria ini. "Ck, Pak Leonard ngapain sih?! Dan cepat pergi dari sini!" ketus Clara, mendorong Leonard supaya menjauh dari sini. "Ini sudah malam, a

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status