Selamat membaca, MyRe.
Raela sangat senang karena hari ini dibawa jalan-jalan oleh Harvey. Mereka tak berdua saja, ada Sheena, Axel dan juga Xenon. Sekarang Raela dan Harvey hanya berdua, saat ini mereka dalam perjalanan menuju rumah Harvey. Seperti yang Raela katakan, dia dan suaminya akan tinggal berdua. Akhirnya mereka sampai ke depan sebuah bagunan besar, membuat Raela meneguk saliva secara kasar. Rumah ini sangat besar untuk dia dan Harvey tinggali. "Suami, kita akan tinggal di sini?" tanya Raela dengan nada ragu, menatap bangunan besar tersebut dengan ekspresi ngeri-ngeri sedap. "Humm." Harvey berdehem singkat, menggenggam tangan Raela–membawa istrinya untuk masuk ke dalam rumah. "Kau tak suka?" tanya Harvey, saat mereka akan masuk dalam rumah. Raela mengerjap beberapa kali, "siapa yang akan membersihkannya? Kalau rumah sebesar ini, aku tidak akan sanggup setiap hari membersihkannya.""Jangan khawatir, aku tidak akan mengizinkanmu menyentuh alat pembersih rumah," ucap Harvey dengan nada datar, "
"Te-terima kasih, Suami," ucap Raela dengan nada gugup setengah mati, di mana seluruh wajahnya langsung merah setelah mengatakan itu. Harvey senyum tipis ketika Raela memanggilnya suami, dia kembali mengacak surai di pucuk kepala istrinya–gemas karena melihat wajah istrinya yang memerah bagai buah persik kematangan. Harvey menarik Raela dalam pelukannya, membuat perempuan itu cukup terkejut karena pria ini memeluknya di depan banyak orang. Dia ingin menolak karena risih dan tak nyaman, akan tetapi Raela memilih membiarkan. Akan entah kenapa hatinya merasa tenang saat dipeluk oleh suaminya, Raela terdiam dan memilih menikmati dekapan hangat Harvey. Tak sampai di sana, tiba-tiba pria itu melepas pelukannya lalu mencium kening Raela dengan khidmat. Di sisi lain, Sheena menahan tawa, selalu merasa geli saat mendengar Raela memanggil kakaknya dengan sebutan 'suami. Aih, pasti kakaknya yang menyuruh Raela memanggil suaminya padanya. Terlihat! Kakaknya menikmati saat dipanggil suami, dan
Beberapa hari berlalu. Raela dan Sheena pergi ke kampus dengan pakaian yang sangat rapi, mengenakan almamater dan docmart khusus wanita yang berwarna hitam. Sebab hari ini mereka sidang skripsi. Akhirnya! Selain itu, hari ini Raela juga akan berpisah dengan Sheena karena dia akan pindah bersama Harvey, ke rumah pribadi pria itu. Sejujurnya, hari ini yang membuat Raela deg deg kan, bulan perihal dia akan berhadapan dengan dosen penguji yang terkenal menyeramkan. Namun, dia deg deg kan karena akan hidup berdua dengan Harvey. Di rumah orang tua Harvey, dia sangat senang. Mama mertuanya sangat baik, mereka sering memasak kue bersama. Ayah mertuanya juga sangat sopan, baik, dan mengayomi. Sosok berwibawa itu adalah seorang pemimpin atau penguasa yang sesungguhnya. Dia memiliki segalanya akan tetapi tidak pernah menatap rendah pada orang lain. Raela bisa katakan kalau dia fans pada mertuanya. Bukan hanya pada ayah mertuanya, akan tetapi juga pada mama mertuanya. Ditambah lagi di sana
"Jadi kamu lihatin HP karena apa?" tanya Sheena kembali. Raela reflek menoleh ke arah layar HP, dia buru-buru keluar dari room chatnya dengan Harvey kemudian segera membuka pesan dari seseorang yang membuatnya tak mood. Tak lain adalah Jihan. "Ini." Raela memperlihatkan pesan Jihan tersebut pada Sheena. Sheena meraih HP Raela kemudian membaca pesan dari Jihan. [Hari ini aku dan Morgan sudah pulang ke Tanah Air. Besok akan mulai ke kampus. Jangan sampai aku melihatmu cari perhatian di depan Morgan yah. Kalau bisa jangan datang ke kampus! Lagipula orang miskin sepertimu tak cocok kuliah. Mending cari makan sana!] Sheena yang membaca pesan teresebut, seketika panas dan marah. Namun, tak sampai di sana, dia juga men-scroll pesan ke atas dan menemukan kalau Jihan juga sempat mengirim foto berupa dirinya dan Morgan sedang berciuman. "Iuhh." Sheena menatap jijik pada foto tersebut, dia juga reflek menyerahkan HP pada Raela, "untung kamu lepas dari Morgan, Lala. Di depan kamu,
"Selamat datang di rumah, Raela Sayang. Yeiii …," seru Sheena dengan antusias, begitu senang menyambut kedatangan Raela di rumahnya. Sebenarnya dia cukup kecewa setelah mengetahui kalau kakaknya ingin membawa Raela pindah ke rumah mereka sendiri. Akan tetapi Sheena tetap senang karena setidaknya beberapa hari ini dia bisa tinggal dengan sang sahabat. "Selamat datang di rumah, Sayang," ucap Nindi secara hangat dan lembut pada Raela. Sekarang gadis cantik dan manis ini telah menjadi menantunya dan dia sangat senang untuk hal itu. Sejujurnya di keluarga besar Azam, ada beberapa dari mereka yang mempertimbangkan ataupun menolak Raela menjadi menantu Azam. Yah, karena status sosial, di mana Raela hanya perempuan biasa yang terlahir dari keluarga sederhana. Sejujurnya yang sangat dipermasalahkan adalah karena Harvey seorang ahli waris keluarga Azam. Tidak masalah Raela menikah dengan salah satu keluarga Azam, asal bukan Harvey. Mereka menyebut Raela tidak layak sebab dia terlalu
"Jangan menodai malam pernikahan kita dengan memikirkan mantanmu," dingin Harvey, mematikan handphone Raela lalu meletakannya di atas nakas dengan cukup kasar. "Bukan!" Raela menjawab dengan cepat, "itu-- fotonya dikirim oleh Jihan. Itu bukan fotoku," jelasnya, takut Harvey mengira kalau foto tersebut adalah fotonya dengan Morgan. "Kau tahu, Ela, saat kau menjadi milikku, kau dilarang memikirkan pria manapun," ucap Harvey, melepas handuk yang masih ada di atas kepala istrinya lalu mendorong cukup kuat pundak perempuan itu sehingga Raela berakhir berbaring di atas ranjang. "Kau milikku dan kau tidak kuizinkan dekat dengan pria selain aku." "I-iya, tidak akan," jawab Raela cepat-cepat. Dia mengira jika dia patuh, pria ini akan berhenti mengancam dan dia akan selamat dari bahaya Harvey. Namun, sepertinya dia salah. Harvey berada tepat di atas tubuhnya, dimana pria itu hanya mengenakan handuk yang melilit di pinggang. Itu membuat Raela sangat panik dan takut. "Sebenarnya aku tid