Selamat membaca, MyRe.
Tok tok tok' Sza yang sedang melukis seketika berhenti melukis, dia menutupi lukisan dengan kain khusus lalu segera membuka pintu. "Baby?" gumam Sza spontan, menatap mendongak pada sosok tampan yang mengetuk pintu kamarnya. "Temani aku mengantar Lora," datar Xenon. "Hah? Malas ah," jawab Sza dengan tampang muka sebal dan pipi menggembung. "Ice cream semangka dan Novel 'I'm Yours My Husband, karya terbaru penulis favoritmu," tawar Xenon, seketika berhasil membuat mata Sza penuh binar. "Ck, jadi enggak enak." Sza berkata malu-malu, "aku sebenarnya anti sogok. Hanya saja karena My baby adalah Calon suamiku, jadi okelah." "Tunggu bentar, Baby." Sza masuk dalam kamar lalu segera mengganti pakaian. Tadi dia hanya mengenakan celana pendek, jadi dia ingin mengganti celana dulu. "Dor!" Sza membuka pintu kamar mandi lalu mengagetkan Aluna yang sedang mandi. "Huaaa … bangke!" syok Aluna. "Pengintip!" Lanjutnya. Sza menaik turunkan alis, menatap tengil ke arah Aluna yan
"Szaaaa!" Aluna memekik tertahan, buru-buru menarik Sza supaya kembali duduk. Melihat tingkah Sza, Nindi reflek mengucapkan syukur dan mengelus dada. Hampir saja calon menantunya oleng! Syukurlah putranya punya pesona yang sangat kuat. Sedangkan yang lainnya, menahan tawa karena geli pada tingkah lucu Sza. "Aluna, ayo pulang. Daddy sudah menunggumu," ucap Raigen pada adiknya. "Aku tidak mau pulang. Aku masih ingin di sini dengan Sza, Kak," jawab Aluna, langsung memeluk Sza, di mana Sza reflek membalas pelukannya dan mengusap pucuk kepalanya. "Kau tidak rindu pada Daddy?" tanya Raigen lembut, supaya adiknya luluh. "Daddy saja tidak rindu padaku." Aluna menjawab cemberut. "Lagipula aku sudah berjanji pada Sza akan menemaninya di sini sampai Sza menikah dengan Uncle kecil." "Kalau begitu ajak temanmu pulang ke rumah," usul Raigen. Aluna dan Sza langsung bersitatap. "Tidak bisa, Raigen. Calon Aunty harus di sini," ucap Nindi cepat. Gawat jika Sza tinggal dengan Alun
"Permisi," ucap seorang pria secara tiba-tiba dengan nada halus, sopan, dan ramah. Hak itu membuat semua orang menoleh ke arah sosok yang baru datang. Mata Sza langsung melebar, begitu juga dengan mulutnya yang menganga. 'OMG! Peri peri tampan!!' batinnya, terdiam sambil menatap sosok itu penuh dengan keterpesonaan. "Kakak," gumam Aluna dengan nada lesu, menatap muram pada sang kakak. Pasti pria ini datang untuk menjemput dan membawanya pulang. "Ouh, Raigen. Silahkan duduk, Nak," ucap Nindi lembut dan hangat. 'Namanya Raigen. Sza dan Raigen cocok nggak yah?' batin Sza, masih menatap sosok itu dengan penuh keterpesonaan. Aluna yang melihat tingkah sang sahabat, reflek mendorong dagu Sza dari bawah. Agar mulut sahabatnya yang menganga tersebut tertutup. 'Si monyet ini! Bisa-bisanya dia terpesona pada Kakakku, di depan keluarga Uncle kecil.' batin Aluna, 'katanya mau berjuang mendapatkan hati Uncle kecil.' Sebenarnya bukan hanya Aluna yang melihat ekspresi Sza tersebut
"Tadi kamu ngunpat, mungkin itu yang membuat Uncle marah. Nanti, kamu minta maaf sama Uncle, habis ini," ucap Aluna, mendapat anggukan kecil dari Sza. Mereka melanjutkan langkah, akan tetapi tiba-tiba Nindi memanggil keduanya. Pada akhirnya Sza dan Aluna menghadap ke sana. "Ini Sza Mazaya Fores, calon istri Xenon," ucap Nindi pada putri dan menantunya, memperkenalkan Sza pada Raela serta Sheena. "Sza bersahabat dengan Aluna," lanjut Nindi. "Wah," seru Raela sambil menatap penuh binar pada Sza, "hai, Sza. Aku Raela Inggita. Salam kenal yah." "Hai, Aunty-- Kak." Sza berjabat tangan dengan perempuan cantik bernama Raela tersebut. Sza cukup canggung sebab tak tahu harus memanggil apa pada perempuan ini. Dia aunty sahabatnya tetapi status Sza sebagai calon istri Xenon. Membingungkan! "Panggil kak saja, Sza," ucap Raela dengan nada rendah dan lembut. "Iya, Kak," jawab Sza dengan nada malu-malu. Dia lanjut berjabat tangan dengan Sheena. "Aku Sheena Xaviera Azam, kembara
Seperti biasa, hari ini Sza dan Aluna pergi ke kampus. Setelah bimbingan skripsi, keduanya memutuskan untuk pulang. "Wow, My Baby!" seru Sza riang saat masuk dalam mobil dan melihat Xenon ada di sana. Seperti biasa, dia buru-buru duduk di pangkuan pria itu, senyum manis dan lebar ketika Xenon melayangkan tatapan tajam padanya. Aluna menatap Sza yang sudah duduk di pangkuan uncle-nya, kemudian dia menggembungkan pipi sambil menggaruk kepala. Dia duduk di sebelah Xenon dengan muka kusut. Mobil berjalan, di mana Arsenio menyetir dan ada Ando yang duduk di depan, di sebelahnya. "Ada apa dengan wajahmu, Aluna?" tanya Xenon, melirik keponakannya yang menampilkan wajah kusut dan muram. "Bab 3 harus dirombak total, Uncle. Tabel data salah, hipotesis juga bermasalah. Padahal waktu itu sudah tidak ada masalah di bab 3 dan seharusnya hari ini kamu bimbingan untuk membahas bab empat. Hup!" Aluna berkata dengan nada lemah, berakhir bertopang dagu. Aluna merasa sangat lemas, energinya
"Lora itu cinta pertama Tuan Xenon?" Sza mengerutkan kening, di mana saat ini dia dan Aluna ada dalam kamar. Mereka tengah maskeran sambil membaca majalah kecantikan. Sebenarnya hanya Aluna yang membaca majalah, Sza sendiri sedang menggambar–hadiah yang akan ia beri pada Xenon ketika pesta ulang tahun perusahaan kelak. Sejujurnya Sza tak tahu kenapa dia harus memberikan hadiah pada Xenon. Karena yang berulang tahun adalah perusahaan, bukan Xenon. Namun, ini permintaan calon mommy mertuanya dan Sza harus menurut supaya dicap sebagai menantu favorit. "Iya, Uncle Arsenio yang mengatakannya padaku dan tak mungkin uncle berbohong, Sza. Kulihat Uncle Xenon masih ada rasa padanya, tapi … sepertinya kamu ada harapan menjadi auntyku. Ibaranya, cinta uncle ke Lora itu tinggal 60% lagi sedangkan rasa tertariknya padamu sekitar 30%." "Hais, masih kalah jauh aku." Sza langsung membanting kuas, mendadak tak mood untuk melanjutkan lukisannya. Aluna cengar cengir pada Sza, menatap kuas yang