Share

Dua Puluh Tiga

Narendra menarik tangan Tita. Dosen muda itu berusaha melepas cengekraman tangan mantan kekasihnya. Beruntung, koridor sepanjang lantai tiga itu sepi. Tita melepas semua sesak yang bersemayam di dada sejak tujuh tahun yang lalu.

“Gak ada lagi yang perlu dibahas.”

“Masih ada.”

“Hubungan kita sudah berakhir.”

“Aku ... aku minta maaf. Aku menyesali sikapku.”

Tita menyeringai.

“Menyesal karena enggan menikahi pacar yang sudah disentuhnya? Terlambat!”

Narendra terperanjat, firasatnya benar. Ia merutuki sikapnya yang menolak ajakan Tita untuk menikah sambil menyelesaikan co-assistant.

“Yaya, aku minta maaf. Bukan maksudku menolak. Tapi, kamu tahu, kan—“

“Aku tahu, pendidikanmu lebih penting dari pada aku dan ....”

Tita menggantung kalimatnya. Ia menutup mulutnya kemudian berlari sekuat tenaga. Narendra hanya menatap sosok wanita yang menjadi cinta pertamanya itu menjauh.

“Aku dan? Dan, apa?”

Narendra mengacak rambutnya kesal. Kalimat Tita yang tidak selesai semakin menguatkan praduga tentan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status