POV Sang CEO Liar
Ella terlambat. Ella Stanford jelas-jelas terlambat.
Javier tidak bisa menahan diri untuk tidak sesekali melirik arloji Rolex-nya dan menoleh ke arah pintu masuk. Sepuluh menit lagi dan semua orang yang saat ini menikmati cocktail dan makanan ringan di lobi akan pindah ke ruang makan. Namun di sinilah pria itu, berdiri di balkon, menatap kerumunan di bawahnya, dan berusaha keras untuk menemukan sekretaris kecilnya.
“Di mana dia?” Javier menggeram pada dirinya sendiri. Antisipasinya yang kuat tengah dilanda frustrasi karena kekesalannya perlahan berubah menjadi kekhawatiran yang mengganggu.
Apakah mungkin Ella mengalami kecelakaan?
“Sayang, apa yang kamu lakukan di sini?” Sebuah suara seksi bertanya kemudian diikuti oleh kedua tangan yang melingkari pinggang pria itu secara posesif. London Star meletakkan kepalanya di bahu kiri Javier, bibir merahnya menyentuh sisi tenggorokan laki-laki itu. “Semua temanmu ada di bawah. Bagaimana kalau kita turun dan menyapa mereka?”
“Sepuluh menit lagi,” jawab Javier singkat, bergerak sedikit menjauh dari London.
“Aku bisa membuat sepuluh menit itu memuaskan,” bisik London, jelas tidak memperhatikan kekhawatiran di wajah pria itu, dan bagaimana alis Javier berkerut cemas. Tangan London mulai bergerak di bagian depan tubuh pria itu dan payudaranya yang bulat berisi menempel di punggung Javier secara menggoda, berusaha membangkitkan gairah laki-laki itu.
“Tidak sekarang, London!” Javier meletakkan tangannya di pergelangan tangan wanita itu lalu melepaskan pelukannya. Pria itu mengeluarkan ponselnya dan menghubungi ponsel Ella. Ketika gadis itu tidak mengangkat panggilan darinya, Javier mencoba lagi. Setelah percobaan kelima, pria itu mengakhiri panggilan dan memasukkan ponselnya ke dalam sakunya. Dia mulai merasa seperti seorang stalker dengan lima panggilan tak terjawab yang telah ditinggalkannya di ponsel Ella. Mungkin Ella sedang mengemudi sehingga gadis itu tidak bisa menjawab teleponnya.
Laki-laki itu membalikkan badan dan menemukan London berdiri di sana tanpa busana selain bra dan celana dalam G-string-nya. Sebelum pria itu bisa mengatakan atau melakukan apa pun, London membungkam mulut laki-laki itu dengan ciumannya yang panas. Dan selama beberapa detik, Javier membiarkan London mengulum bibirnya, siapa tahu saja kekhawatirannya dapat terlupakan. Beberapa menit kemudian, Javier akhirnya menghentikan wanita itu. “Tidak sekarang.”
Tidak peduli apa yang dilakukan London, pikiran Javier masih khawatir tentang Ella dan keberadaan gadis itu.
POV Sang Sekretaris
Ella tiba tepat lima menit sebelum para tamu digiring ke ruang makan. Meskipun Javier telah menyuruhnya untuk bersenang-senang, gadis itu tahu bahwa ia harus memastikan bahwa acara berlangsung tanpa hambatan maka dari itu ia pergi menemui Jackie, penyelenggara acara. Jackie adalah teman Ella sejak kuliah dan baru-baru ini dia membuka bisnis Event Organizer. Karena Ella ingin membantu temannya, dia memberikan pekerjaan ini kepada Jackie daripada EO yang biasa yang telah mengatur acara-acara seperti ini untuk Javier dan Summers Entertainment.
Tampaknya tindakannya untuk menemui Jackie adalah tindakan yang tepat karena ketika Ella tiba, Jackie tampak panik. Wajah temannya itu pucat pasi.
“Apa yang terjadi?” tanya Ella.
“Oh, Ella, apa yang harus aku lakukan? Aduh, mati aku!” Temannya benar-benar gemetar, keringat dingin terbentuk di pelipisnya meskipun AC menyala di ruangan tersebut.
“Tenang dan beri tahu aku apa yang salah,” tanya Ella, menjaga dirinya tetap tenang sehingga dia bisa menemukan solusi yang tepat.
Namun tidak ada solusi yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan ini. Penyanyi yang telah dipesan untuk menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuk Javier mengalami diare dan dia tidak bisa tampil malam ini.
“Aku sungguh berharap aku bisa bernyanyi!” seru Jackie, wajahnya tampak pucat. Dia sangat ingin menyalahkan penyanyi itu, tetapi bahkan dia tahu bahwa ini hanya kebetulan kalau makanan ringan yang disajikan mengandung belut dan penyanyi itu tidak bisa menahannya. Gadis malang itu masih menempati salah satu bilik kamar mandi.
“Kita bisa menemukan seseorang di antara penonton, mungkin?” Damon menyarankan. “Bukannya kebanyakan tamu undangan adalah artis dan orang-orang yang bekerja di industri hiburan? Pasti ada seseorang yang tidak keberatan bernyanyi untuk bosmu.”
Damon benar namun mengetahui Javier dan bagaimana pria itu membanggakan dirinya sendiri, tidak mungkin Javier terima salah satu tamunya bernyanyi untuknya. Bos Ella itu akan malu dan kemudian Jackie dan teman-temannya akan mendapat cacian. “Tidak. Kita tidak bisa. Javier pasti akan marah kalau dia tau kita meminta salah satu tamunya untuk bernyanyi untuknya.”
Jackie berkedip dan ketika dia menatap Ella, wajahnya akhirnya memperoleh kembali warna aslinya. “Kamu bisa nyanyi, Ella. Kamu bisa nyanyi!”
“A-apa?”
“Kamu kan bisa menyanyi. Aku tahu kamu bisa. Kamu memenangkan pertunjukan bakat ketika kita masih kuliah. Mengapa bukan kamu saja yang bernyanyi untuk bosmu? Aku yakin dia tidak akan keberatan jika itu kamu.”
Damon mengangguk setuju. “Jackie benar. Bosmu bahkan tidak akan tahu kalau kamu tidak seharusnya bernyanyi malam ini. Dia akan berpikir bahwa ini adalah bagian dari rencana dan kamu hanya ingin memberinya surprise.”
“T-tapi—”
Sebelum Ella sempat mengutarakan protesnya, kedua temannya sudah mulai merencanakan apa yang harus dilakukan. Mereka sepakat bahwa gaun merah Ella tidak perlu diganti. Damon dan Jackie masih mendiskusikan tentang makeup dan aksesoris untuk rambut Ella ketika gadis itu akhirnya menemukan suaranya kembali. “Tunggu!”
Kedua temannya menghentikan diskusi mereka dan tertegun menatapnya.
“Aku tidak bisa menyanyi untuk Javier! Itu terlalu pribadi! Dia itu bosku!” Ella menggelengkan kepalanya dengan panik, dia bahkan tidak bisa membayangkan bernyanyi untuknya apalagi benar-benar melakukannya.
“Oh, ayolah, Ella, please!” pinta Jackie sambil memegang tangan Ella. “Ini gig pertamaku, kalau aku gagal dan Javier memberikan review jelek, tidak akan ada lagi yang mau menyewa jasa EO-ku.”
“Kau akan baik-baik saja, Ella Sayang,” ujar Damon, berusaha meyakinkan temannya itu. “Bukankah kamu bilang bahwa kamu ingin mengejutkan bosmu itu dengan penampilan barumu sehingga dia akan berhenti berpikir bahwa kamu membosankan?” Laki-laki itu mengangkat satu alisnya dan tersenyum. “Ini akan memberimu pintu masuk yang sempurna dan megah. Semua mata akan tertuju padamu termasuk mata bosmu itu.”
Ella memejamkan mata dan berusaha berpikir sejenak. Damon benar karena yang lebih penting, dia ingin membantu Jackie dan bisnis temannya itu. Memberinya pekerjaan ini akan membuka peluang Jackie untuk bertemu koneksi-koneksi hebat Javier yang mungkin bisa menjadi klien Jackie di masa depan.
“Oke, oke. Aku akan melakukannya.”
Baik Damon maupun Jackie memekik kegirangan, bertepuk tangan sementara Ella mencoba mengingat semua komentar merendahkan yang pernah Javier katakan padanya, tentang sikapnya yang tegang dan terlalu sopan.
Oh, tunggu saja, Javier Summers! Akan kubuktikan bahwa kau salah, Bos! Melihat ekspresi terkejut di wajah bosnya yang kurang ajar itu sudah pasti akan menyelamatkan harga diri Ella yang terluka akibat ejekan pria itu.
POV Sang Sekretaris Ella benar-benar gemetar ketika dia menunggu aba-aba untuk masuk. Mungkin ia seharusnya tidak membiarkan Damon dan Jackie membujuknya untuk melakukan ini. Namun demikian, dia sudah berada tepat di luar pintu besar yang menuju ke ruang makan. Seseorang di dalam sedang berpidato dan begitu pidato itu selesai, Ella akan masuk untuk menyanyi. Sorak-sorai diikuti dengan tepuk tangan, menunjukkan bahwa waktu telah tiba. Jackie memeluk gadis itu sebentar sementara Damon membisikkan kata-kata penyemangat ke telinganya.
POV Sang CEO Ella tampak seperti dirinya yang biasa namun pada saat yang sama, dia terlihat berbeda. Ada sesuatu tentang caranya bergerak, cara pinggulnya bergoyang. Dan ketika Javier memandang Ella, pria itu memperhatikan bentuk sensual bibir gadis itu saat Ella menatapnya dalam-dalam dan mengucapkan selamat ulang tahun padanya. “Ayo, Sayang, tiup lilinnya dong,” desak London di sampingnya, melingkarkan tangannya di lengan Javier. Javier menatap Ella sekali lagi sebelum membungkukkan badan dan meniup lilin. Kerumunan bersorak dan satu per satu tamunya mulai mengucapkan selamat. Beberapa saat kemudian, Javier meninggalkan para tamu untuk bergabung dengan saudara-saudaranya. Dua dari delapan saudaranya ada di sini demi merayakan ulang tahun Javier. Meskipun mereka delapan bersaudara, mereka benar-benar dekat satu sama lain. “Kami masih bel
POV Sang Sekretaris Ella berusaha keras menahan tawanya. Bosnya bungkam tidak berkutik akibat semua komentar Damon dan tidak diragukan juga dikarenakan cara Damon tidak menggubris London Star, wanita terakhir bosnya, dan memusatkan seluruh perhatiannya pada Ella. Meskipun Ella harus mengakui, saat gadis itu melirik punggung London yang terbuka, tidak ada satu pun noda atau selulit di kulit telanjang wanita itu, sesuatu yang tidak bisa Ella katakan tentang dirinya sendiri. Dia dengan cepat menepis rasa tidak insecure-nya. Lagi pula, bahkan dengan begitu banyak hal indah yang dipajang dan tersedia untuknya, mata Javier tetap terkunci dengan aman pada setiap gerakan Ella. Itu sendiri bisa menjadi pujian tertinggi yang pernah ada. “Ella, duduk di sebelahku. Ada sesuatu yang ingin kubicarakan denganmu, pronto!” Perintah Javier jelas
POV Sang CEO LiarJavier Summers tidak menyukai malam ini. Dia tidak menyukainya sedikit pun. Pria itu bahkan bisa menganggap hari ini sebagai ulang tahun terburuk yang pernah dia alami. Tidak, dia tidak bisa menyalahkan makanan yang disajikan. Mereka luar biasa enak, dimasak dan disiapkan oleh koki terbaik di Amerika Serikat. Dan dia juga tidak bisa menyalahkan dekorasinya, mereka persis seperti yang dia inginkan: elegan dan berkelas. Band yang memainkan musik saat ini juga memberikan penampilan terbaik mereka, jadi dia juga tidak bisa menyalahkan band itu.Yang paling membuatnya kesal adalah kenyataan bahwa sekretaris kecilnya yang selalu menunjukkan kesopanan tiba-tiba memutuskan untuk bertingkah bebas malam ini dan dia tidak hanya melakukan ini sendiri, dia memiliki seorang pria tampan di sisinya, bersemangat untuk menyenangkan Ella dan tidak bisa menunggu malam yang penuh kenikmatan setelah pesta in
POV Sang Boss Band mulai bermain lagi. Hanya saja kali ini, Lagunya bertempo lebih lambat, sesuatu cocok untuk slow dance. Ella baru saja kembali ke meja ketika dia melihat Javier dan London Star. Untung saja, gadis itu memiliki Damon di sisinya sehingga situasi tidak awkward. Lagipula semuanya selalu lebih baik dengan seorang teman di sisinya dibandingkan menghadapi sesuatu seperti ini sendirian. Mata London berbinar dan wanita itu pun bangkit. “Damon, aku suka lagu ini. Ayo berdansa denganku,” ujarnya, mengaitkan lengannya ke Damon sembari menekan payudaranya yang besar di lengan pria itu. “Kau tidak keberatan jika aku meminjamnya untuk berdansa kan, Ella?” “Aku benar-benar tidak ingin meninggalkan cewekku sendirian,” jawab Damon, berusaha melepaskan lengannya dari genggaman London dan gagal total karena wanita itu justru memeluknya lebih erat.
POV Sang CEOJavier melepaskan genggaman tangannya dan menarik napas dalam-dalam. Dia merasa seperti manusia gua. Belum pernah dia bersikap posesif terhadap seorang wanita, tak peduli wanita mana pun. Adrenalin terpompa dalam pembuluh darahnya dan yang ingin ia lakukan hanyalah merenggut Ella dari Damon dan membawa gadis itu pergi — kemungkinan besar ke kamar tidurnya, di tempat tidurnya. Otaknya terus mengingatkannya bahwa ia akan terlihat seperti orang bodoh jika ia mencoba merayu Ella. Namun dia kini memiliki ereksi akibat berdansa dengan Ella. Ella Stanford itu adalah sekretarisnya, ya Allah! Gadis itu bekerja untuknya tapi entah kenapa yang terpikir di otaknya saat ini tidak ada kaitannya apa pun dengan pekerjaan!London melingkarkan lengannya di pinggan Javier. Wanita itu baru saja kembali dari berdansa dengan Damon. “Aku sangat lelah sekarang.” London menghela napas dalam-dalam seolah-olah dia baru saja berlari satu mi
POV Sang Sekretaris Ella menatap bosnya dan untuk sesaat, gadis itu nyaris kehilangan kesabaran. Sudah jelas-jelas ia mengatakan bahwa ia sedang mencari kamar kecil, lalu mengapa Javier membawanya ke kamar tidurnya? Pikiran Ella sebelumnya tentang keinginan bosnya untuk mengklaimnya sebagai salah satu penaklukannya muncul kembali. Sudah pasti hal itulah yang ingin dilakukan pria itu. Dia sedang berusaha merayu Ella untuk tidur dengannya. Rahang gadis itu mengeras tatkala ia mencoba untuk menenangkan dirinya dengan mengatakan pada dirinya sendiri bahwa jika bosnya berani mencoba menyentuhnya, Ella selalu bisa menendang bagian intim di antara kedua paha pria itu. Ketika gadis itu akhirnya membuka mulutnya, ia cukup bangga pada dirinya sendiri karena kata-kata yang ia ucapkan terdengar tenang dan masuk akal. “Kenapa Anda membawa saya ke sini?” Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, laki-laki itu meraih tangan Ella dan hendak menyeret gadis itu namun Ella menahan tubuhnya kuat-kuat dan m
POV Sang Sekretaris “Dia menciummu, bukan?” tanya Damon begitu mereka keluar di tempat parkir. Ella mengerjapkan mata terkejut lalu wajahnya mulai memerah. “Apakah kamu lihat?” Gadis itu tahu bahwa hanya sedikit kemungkinan Damon melihat mereka apalagi karena dia dan Javier berada di kamar tidur pria itu, tapi tetap saja, kemungkinannya masih ada. “Tidak, tapi aku berharap aku melihatnya.” Damon menggoyangkan alisnya, berusaha menggoda Ella. “Itu semua tertulis di seluruh wajahmu, Sayang. Kamu terlihat sedikit memerah dan ketika kamu kembali dari kamar kecil, kamu mulai bertingkah aneh.” Damon berhenti, mengerutkan hidungnya lalu bertepuk tangan. “Oh, dan kamu tidak sabar untuk pulang. Itu yang paling aneh.” “Aku hanya lelah,” kata Ella, tidak sepenuhnya bohong. Gadis itu lelah secara emosional karena harus tetap bersikap tenang dan tidak terpengaruh oleh setiap gerakan Javier.