POV Sang Sekretaris
Ella benar-benar gemetar ketika dia menunggu aba-aba untuk masuk. Mungkin ia seharusnya tidak membiarkan Damon dan Jackie membujuknya untuk melakukan ini. Namun demikian, dia sudah berada tepat di luar pintu besar yang menuju ke ruang makan. Seseorang di dalam sedang berpidato dan begitu pidato itu selesai, Ella akan masuk untuk menyanyi. Sorak-sorai diikuti dengan tepuk tangan, menunjukkan bahwa waktu telah tiba.
Jackie memeluk gadis itu sebentar sementara Damon membisikkan kata-kata penyemangat ke telinganya.
Oke. Yang harus dia lakukan hanyalah pergi ke sana dan kemudian bernyanyi untuk Javier.
How hard could that possibly be?
POV Sang CEO Liar
Javier melihat kiri dan kanan, matanya berkelana ke sekeliling ruangan mencari sekretaris mungilnya. Ella tidak ada di sini. Pria itu tergoda untuk meneleponnya lagi tetapi itu hanya akan menambah jumlah panggilan tak terjawab yang nantinya akan dilihat Ella di teleponnya.
“Sialan,” dia mengutuk pelan, tidak menghiraukan apa yang dikatakan kakaknya, Thornton, di podium. Pikirannya terlalu teralihkan oleh sekretarisnya yang hilang. Kemudian sebuah pikiran berbahaya muncul di benaknya. Mungkin saja Ella terlalu sibuk dengan kekasihnya, pria bernama Damon Matthews ini, sehingga gadis itu tidak sempat memberitahu Javier bahwa ia batal menghadiri pesta ulang tahunnya. Rasa penasaran bercampur cemburu mulai memakan Javier secara perlahan namun pasti.
Band mulai memainkan pembuka dari lagu Happy Birthday dalam tempo lambat. Javier menghela napas putus asa, dia tidak peduli dengan lagu itu. Yang dia inginkan hanyalah Miss Ella Stanford berada di sini sehingga pikirannya yang sudah berkelana ke mana-mana akhirnya bisa beristirahat dengan tenang. Namun seruan dan desahan yang mengejutkan dari para tamu di sekitarnya menggelitik rasa ingin tahunya. Ketika keingintahuannya sudah tak tertahankan, Javier bersandar di kursinya dan melirik ke arah pintu masuk untuk melihat apa yang menyebabkan kehebohan itu. Seketika tenggorokannya tercekat dan matanya melebar ketika melihat seseorang dalam gaun merah mencolok dengan belahan tinggi yang memperlihatkan paha mulusnya tidak lain adalah sekretaris profesionalnya yang kolot.
POV Sang Sekretaris
Sejauh ini baik-baik saja. Napas Ella mulai menenang ketika gadis itu berjalan melewati pintu ganda dan dalam perjalanan menuju ke lantai dansa. Dia berhasil melewati lorong di antara meja-meja dari pintu masuk sampai ke sini tanpa goyah maupun tersandung dirinya sendiri. Dia bersyukur bahwa tanggapan tamu terhadap pintu masuk megahnya adalah positif, penuh dengan keheranan, dan apresiatif.
Ella melihat Javier begitu dia melangkah ke lantai dansa. Bagaimanapun, gadis itulah yang mengatur acara ini. Dia tahu di mana Javier akan duduk dan dengan siapa. Pria itu duduk tepat di seberang tempat band itu didirikan, di sebelah wanita terbarunya, London Star. Seperti biasa, laki-laki itu terlihat sangat tampan dan berbahaya dalam balutan kemeja biru tua yang mempertegas warna biru laut di matanya. Kecuali malam ini dia terlihat kaget. Bibir pria itu terbuka dan matanya melebar. Javier jelas tidak menyangka sekretarisnya yang kolot dapat berpakaian begitu menggoda dan memegang mikrofon, siap bernyanyi untuknya.
Tatapan Ella beralih sebentar ke wanita yang duduk di sebelahnya. Rambut pirang bergelombang, bibir merah seksi, dan gaun hitam berkilauan. London tampak begitu memukau seolah-olah wanita itu baru saja keluar dari majalah mode terbaru, namun mata Javier tetap terpaku pada Ella. Entah kenapa, rasa kepuasan yang manis menyapu diri Ella. Gadis itu memberi Javier senyum hangat, yang belum pernah dia berikan sebelumnya. Kemudian ia berjalan ke podium. Dia sengaja mengayunkan pinggulnya dengan menggoda untuk membantu Javier memusatkan perhatiannya ke tempat yang Ella inginkan.
Tidak ada ruginya. Toh Ella akan menyerahkan surat pengunduran dirinya besok pagi dan kemudian pergi ke tempat lain, lebih disukai di tempat di mana dia tidak harus menyaksikan perilaku playboy liar sang bos.
Salah satu pemain band itu tersenyum pada Ella dan mengacungkan jempolnya. Ella mengambil mikrofon dan menelan ludahnya beberapa kali untuk membasahi tenggorokannya sebelum dia mulai bernyanyi. Bukan jenis ucapan selamat ulang tahun yang akan dinyanyikan siapa pun di pesta anak-anak; dia menyanyikan lagu Happy Birthday yang menggoda dan penuh desahan. Lagu yang hanya berani dinyanyikan oleh Marilyn Monroe untuk presiden John F. Kennedy.
Penonton tenang dan hening ketika band mulai bermain dengan tempo yang diinginkan Ella.
“Ha... ppy birth... day…” dia menarik napas lagi. “Dear... Jave…”
Riak tepuk tangan terdengar di sekitar ruang makan dan Ella menyaksikan bosnya memiringkan kepalanya ke belakang dengan gembira, tawa rendah muncul dari tenggorokannya. Sepertinya pria itu telah pulih dari keterkejutannya dan sekarang menikmati penampilan Ella. Dan betapa hebatnya penampilan yang gadis itu berikan padanya! Ella menyanyikan lagu itu dengan sangat sempurna, memberikan sentuhan nada seraknya yang menambah rayuan dan desahan yang pas.
Ada ekspresi terpesona bercampur dengan bingung di wajah Javier seolah-olah laki-laki itu benar-benar berada di bawah mantra Ella. Gadis itu menarik baris terakhir dengan isyarat sensual saat dia bernyanyi, “to…you….” Bibirnya membulat membentuk oval sugestif seolah-olah dia sedang memberikan ciuman panjang untuk sang bos.
Kerumunan meledak dalam sorak-sorai dan peluit. Semua orang bersorak tetapi Javier bahkan tidak mengalihkan pandangannya dari Ella. Tatapannya yang panas membara itu ditujukan hanya untuk sekretarisnya.
Kemudian band memainkan lagu itu sekali lagi dalam tempo yang ceria dan bahagia, lagu yang biasanya dinyanyikan oleh semua orang di pertemuan keluarga dan semua tamu bernyanyi saat kue ulang tahun yang besar dibawa ke Javier. Ella turun dari podium dan mengikuti kerumunan hingga berdiri di samping kue dark forest bertuliskan ‘Happy Birthday, Javier’ berbahan icing yang diletakkan di atasnya.
Ella menoleh ke arah bosnya, bibirnya melengkung menjadi senyum tulus saat dia mengucapkan selamat ulang tahun. “Happy Birthday, Boss.”
Halo, Arek-arek! Pada penasaran gak sama reaksi Javier wadktu lihat Ella mesra sama Damon? Heheheheh Mohon supportnya yaa untuk cerita yang satu ini. Matur nuwun!
POV Sang CEO Ella tampak seperti dirinya yang biasa namun pada saat yang sama, dia terlihat berbeda. Ada sesuatu tentang caranya bergerak, cara pinggulnya bergoyang. Dan ketika Javier memandang Ella, pria itu memperhatikan bentuk sensual bibir gadis itu saat Ella menatapnya dalam-dalam dan mengucapkan selamat ulang tahun padanya. “Ayo, Sayang, tiup lilinnya dong,” desak London di sampingnya, melingkarkan tangannya di lengan Javier. Javier menatap Ella sekali lagi sebelum membungkukkan badan dan meniup lilin. Kerumunan bersorak dan satu per satu tamunya mulai mengucapkan selamat. Beberapa saat kemudian, Javier meninggalkan para tamu untuk bergabung dengan saudara-saudaranya. Dua dari delapan saudaranya ada di sini demi merayakan ulang tahun Javier. Meskipun mereka delapan bersaudara, mereka benar-benar dekat satu sama lain. “Kami masih bel
POV Sang Sekretaris Ella berusaha keras menahan tawanya. Bosnya bungkam tidak berkutik akibat semua komentar Damon dan tidak diragukan juga dikarenakan cara Damon tidak menggubris London Star, wanita terakhir bosnya, dan memusatkan seluruh perhatiannya pada Ella. Meskipun Ella harus mengakui, saat gadis itu melirik punggung London yang terbuka, tidak ada satu pun noda atau selulit di kulit telanjang wanita itu, sesuatu yang tidak bisa Ella katakan tentang dirinya sendiri. Dia dengan cepat menepis rasa tidak insecure-nya. Lagi pula, bahkan dengan begitu banyak hal indah yang dipajang dan tersedia untuknya, mata Javier tetap terkunci dengan aman pada setiap gerakan Ella. Itu sendiri bisa menjadi pujian tertinggi yang pernah ada. “Ella, duduk di sebelahku. Ada sesuatu yang ingin kubicarakan denganmu, pronto!” Perintah Javier jelas
POV Sang CEO LiarJavier Summers tidak menyukai malam ini. Dia tidak menyukainya sedikit pun. Pria itu bahkan bisa menganggap hari ini sebagai ulang tahun terburuk yang pernah dia alami. Tidak, dia tidak bisa menyalahkan makanan yang disajikan. Mereka luar biasa enak, dimasak dan disiapkan oleh koki terbaik di Amerika Serikat. Dan dia juga tidak bisa menyalahkan dekorasinya, mereka persis seperti yang dia inginkan: elegan dan berkelas. Band yang memainkan musik saat ini juga memberikan penampilan terbaik mereka, jadi dia juga tidak bisa menyalahkan band itu.Yang paling membuatnya kesal adalah kenyataan bahwa sekretaris kecilnya yang selalu menunjukkan kesopanan tiba-tiba memutuskan untuk bertingkah bebas malam ini dan dia tidak hanya melakukan ini sendiri, dia memiliki seorang pria tampan di sisinya, bersemangat untuk menyenangkan Ella dan tidak bisa menunggu malam yang penuh kenikmatan setelah pesta in
POV Sang Boss Band mulai bermain lagi. Hanya saja kali ini, Lagunya bertempo lebih lambat, sesuatu cocok untuk slow dance. Ella baru saja kembali ke meja ketika dia melihat Javier dan London Star. Untung saja, gadis itu memiliki Damon di sisinya sehingga situasi tidak awkward. Lagipula semuanya selalu lebih baik dengan seorang teman di sisinya dibandingkan menghadapi sesuatu seperti ini sendirian. Mata London berbinar dan wanita itu pun bangkit. “Damon, aku suka lagu ini. Ayo berdansa denganku,” ujarnya, mengaitkan lengannya ke Damon sembari menekan payudaranya yang besar di lengan pria itu. “Kau tidak keberatan jika aku meminjamnya untuk berdansa kan, Ella?” “Aku benar-benar tidak ingin meninggalkan cewekku sendirian,” jawab Damon, berusaha melepaskan lengannya dari genggaman London dan gagal total karena wanita itu justru memeluknya lebih erat.
POV Sang CEOJavier melepaskan genggaman tangannya dan menarik napas dalam-dalam. Dia merasa seperti manusia gua. Belum pernah dia bersikap posesif terhadap seorang wanita, tak peduli wanita mana pun. Adrenalin terpompa dalam pembuluh darahnya dan yang ingin ia lakukan hanyalah merenggut Ella dari Damon dan membawa gadis itu pergi — kemungkinan besar ke kamar tidurnya, di tempat tidurnya. Otaknya terus mengingatkannya bahwa ia akan terlihat seperti orang bodoh jika ia mencoba merayu Ella. Namun dia kini memiliki ereksi akibat berdansa dengan Ella. Ella Stanford itu adalah sekretarisnya, ya Allah! Gadis itu bekerja untuknya tapi entah kenapa yang terpikir di otaknya saat ini tidak ada kaitannya apa pun dengan pekerjaan!London melingkarkan lengannya di pinggan Javier. Wanita itu baru saja kembali dari berdansa dengan Damon. “Aku sangat lelah sekarang.” London menghela napas dalam-dalam seolah-olah dia baru saja berlari satu mi
POV Sang Sekretaris Ella menatap bosnya dan untuk sesaat, gadis itu nyaris kehilangan kesabaran. Sudah jelas-jelas ia mengatakan bahwa ia sedang mencari kamar kecil, lalu mengapa Javier membawanya ke kamar tidurnya? Pikiran Ella sebelumnya tentang keinginan bosnya untuk mengklaimnya sebagai salah satu penaklukannya muncul kembali. Sudah pasti hal itulah yang ingin dilakukan pria itu. Dia sedang berusaha merayu Ella untuk tidur dengannya. Rahang gadis itu mengeras tatkala ia mencoba untuk menenangkan dirinya dengan mengatakan pada dirinya sendiri bahwa jika bosnya berani mencoba menyentuhnya, Ella selalu bisa menendang bagian intim di antara kedua paha pria itu. Ketika gadis itu akhirnya membuka mulutnya, ia cukup bangga pada dirinya sendiri karena kata-kata yang ia ucapkan terdengar tenang dan masuk akal. “Kenapa Anda membawa saya ke sini?” Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, laki-laki itu meraih tangan Ella dan hendak menyeret gadis itu namun Ella menahan tubuhnya kuat-kuat dan m
POV Sang Sekretaris “Dia menciummu, bukan?” tanya Damon begitu mereka keluar di tempat parkir. Ella mengerjapkan mata terkejut lalu wajahnya mulai memerah. “Apakah kamu lihat?” Gadis itu tahu bahwa hanya sedikit kemungkinan Damon melihat mereka apalagi karena dia dan Javier berada di kamar tidur pria itu, tapi tetap saja, kemungkinannya masih ada. “Tidak, tapi aku berharap aku melihatnya.” Damon menggoyangkan alisnya, berusaha menggoda Ella. “Itu semua tertulis di seluruh wajahmu, Sayang. Kamu terlihat sedikit memerah dan ketika kamu kembali dari kamar kecil, kamu mulai bertingkah aneh.” Damon berhenti, mengerutkan hidungnya lalu bertepuk tangan. “Oh, dan kamu tidak sabar untuk pulang. Itu yang paling aneh.” “Aku hanya lelah,” kata Ella, tidak sepenuhnya bohong. Gadis itu lelah secara emosional karena harus tetap bersikap tenang dan tidak terpengaruh oleh setiap gerakan Javier.
POV Sang CEO "Tahukah kamu apa yang kau butuhkan saat ini?” Javier menatap matanya dengan rasa ingin tahu. "Apa?" Ella meletakkan tangannya di dadanya yang telanjang dan menyelipkannya ke belakang lehernya. "Ini," katanya sambil menarik kepalanya ke bawah dan membenturkan mulutnya ke mulutnya. Dia menggigit bibir bawahnya dan mulai mencium mulutnya. Lalu mengangkat tangannya dan meletakan