Share

Anti Tikung

Akhirnya karena aku terus-menerus khawatir dan Mama juga rewel, kami berangkat ke rumah sakit. Mbak Sri tidak henti-henti menangis di sisi tempat tidur Mama. Dia mengaku merasa sangat bersalah atas musibah ini tetapi aku tidak menyalahkan sama sekali. Siapa yang dapat menduga? Aku dan Mommy bahkan mau minta tolong Mama untuk datang ke rumah.

"Mama!" aku berjalan mendekat. "Lekas sembuh, Mama." kataku tersendat-sendat oleh karena menahan tangis. "Maaf, Mirah baru bisa ke sini. Sudah sering kerasa Mama, tapi belum ada bukaan."

"Ya, nggak apa-apa. Mama doakan mudah dan lancar semuanya."

"Makasih, Mama. Mama sudah makan siang?"

Mama menggeleng. Tersenyum sedih, hampir menangis. "Mama keingetan Arfen terus, Mirah. Nggak mikir tapi kepikiran terus. Kangen banget, rasanya di pelupuk mata terus."

Aku mengelus dada. Bisa merasakan berapa sedih dan hancurnya Mama atas kecelakaan hukum yang menimpa Mas Arfen.

"Ya, Mama. Tapi Mama harus makan, sedikit-sedikit biar cepat sembuh. Mirah suapi ya,
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status