“Saya tidak menduga Pak Raja akan datang secepat ini. Maafkan saya … saya tidak ada persiapan sama sekali untuk menyambut kedatangan penerus Pak Banara Darmendhara.” Anton merasa tidak enak hati. “Izinkan saya terlebih dahulu untuk menyuruh beberapa karyawan untuk mempersiapkan hidangan untuk Bapak.” “Tidak Perlu.” Raja menolak dengan wajah datar. Lalu dia melangkah ke arah sofa dan mendaratkan tubuhnya di sana. “Aku datang ke sini bukan untuk makan.” Ekspresi datar yang ditunjukkan sang pewaris, membuat Anton menelan ludah. Dia ketar-ketir, mengira kalau dirinya telah berbuat kesalahan yang membuat Raja marah. “Maafkan saya, Pak Raja.” Wajah Anton mulai berkeringat dingin. “Maafkan saya jika sikap dan tindakan saya barusan kurang berkenan di hati Pak Raja. Saya siap jika Pak Raja mau menghukum saya.” “Kamu tidak punya kesalahan, hanya saja di lain hari kamu perlu hati-hati. Aku tidak ingin identitasku terbongkar.” Raja memperingati sang direktur seperti yang dia katakan pada Fara
Ayyara rasanya ingin menumpahkan kesedihannya, tetapi dia sedikit tegar ketika mengingat sang suami, 'Lagian Mas Raja udah dapet pekerjaan lagi,' batinnya menguatkan dirinya sendiri. “Dasar wanita murahan. Pasti kamu telah menggoda Pak Tanjung, 'kan?” Vega dengan terbuka menyindir Ayyara. “Udah berapa kali tubuhmu dicicipi Pak Tanjung?” Ayyyara tersengat dengan hinaan itu, sungguh sangat menyakitkan! Tetapi, dia memilih untuk memendam rasa sakit hatinya karena tidak ingin membuat masalah. Ayyara menatap pada Vega dengan memaksakan senyuman. “Maaf, Bu. Saya izin pergi ke ruangannya Pak Tanjung terlebih dahulu,” ucapnya, lalu dia berjalan dengan menunduk sopan melewati wanita itu. Vega menatap punggung Ayyara, “Lihatlah! wanita jalang mau nyetor tubuhnya,” sindirnya. “Oh ya berapa harga dirimu? Biar aku bantu mempromosikan profesi terpendammu di medsos,” ucapnya menyaringkan suaranya dengan nada sarkasme pada Ayyara yang melangkah semakin menjauh. Ayyara sekuat tenaga menghiraukan
“Kamu tidak berhak memerintah Bu Ayyara untuk melakukan apa pun!” serunya dengan suara tegas dan penuh penekanan. “Berani sekali lagi kamu bersikap kurang sopan pada Bu Ayyara, tanganku akan menampar wajah songongmu itu!”Marcel kaget bukan main. Kepalanya seakan tidak menerima apa yang telah terjadi di depan matanya. Direktur utama terlihat begitu membela Ayyara yang notabennya hanya karyawan terendah di divisi keuangan.“Sebenarnya ada apa ini? Mengapa Pak Tanjung memanggil Ayyara–”Tanpa menunggu Marcel selesai berbicara, Tanjung menyela dengan tegas, “Karena sekarang Bu Ayyara adalah manajer tim keuangan di perusahaan ACB Group menggantikan Vega yang dipecat.”Marcel sebenarnya sangat terkejut, tetapi mendengar kata 'dipecat', seketika dia teringat dengan tujuannya datang untuk menemui sang direktur utama.Marcel menatap tegas pada Tanjung, “Pak Tanjung sudah melampaui batas. Bukan hanya Vega yang Bapak pecat, tapi Bapak juga berani-beraninya memberikan surat pemecatan padaku.” di
Kabar tentang pemecatan Marcel dan Vega tersebar secepat kilat ke seluruh karyawan perusahaan WNE Group.Semua karyawan sangat senang karena kedua orang yang suka bertindak sesuka hati terhadap bawahannya akhirnya dipecat. Mereka menganggap Ayyara sebagai pahlawan karena berani mengadu pada sang direktur utama. Namun, mereka juga merasa iri dengan pengangkatan istri Raja itu sebagai manajer tim keuangan. Sementara itu, setelah Tanjung melakukan tugasnya, dia menghubungi Anton. Sebelumnya, dia sudah diberitahu terlebih dahulu oleh Anton bahwa perintah itu permintaan dari sang pewaris keluarga Darmendhara yang telah tiba dan mengambil alih atas perusahaan Prince Group, tetapi dia masih belum tahu identitas sang pewaris.“Saya sudah menjalankan tugas sesuai dengan perintah.” Tanjung melapor. “Marcel sudah diberhentikan , dan Bu Ayyara kini sudah resmi menjadi manajer tim keuangan perusahaan ACB Group.”“Kerja yang bagus.” Anton memberikan pujian. “Aku sangat berterima kasih pada anda. A
Pramuniaga itu tersenyum sinis, “Hari ini adalah hari terburuk sepanjang hidupku. Semoga aku tidak bertemu lagi dengan orang sinting sepertimu,” sindirnya, lalu melenggang pergi meninggalkan Raja.Pramuniaga yang diketahui bernama Ulva itu memilih melayani pengunjung lainnya. Di saat bersamaan security datang menghampiri Raja.“Jika tidak ada keperluan lain, silahkan pergi dari sini.” Security itu berkata tegas sembari memainkan pentungan di tangan. “Mohon kerja samanya.”“Maaf, Pak. Aku masih belum mendapatkan perhiasan yang aku inginkan.” Raja berkata dengan sopan. “Mbak yang barusan tidak mau melayaniku.”Raja menatap ke setiap paramuniaga yang ada di sana dengan bermaksud meminta untuk dilayani, tetapi mereka memasang wajah malas dan menghindar.“Sepertinya sudah jelas.” ucap security itu dengan tersenyum mengejek pada Raja. “Tidak ada yang mau melayanimu, karena percuma saja … kamu tak akan sanggup membeli perhiasan di sini.” dia membuat gestur mengusir. “Silahkan cari di toko pe
“Kenapa ada keributan di sini?” tanya wanita itu, yang tak lain dan tak bukan adalah manajer toko perhiasaan Jewellery Royal.Ulva maju satu langkah menghadap sanga manajer, “Maaf, Bu Leli. Ini semua karena pria penipu itu,” ucapnya sembari menunjuk ke arah Raja. “dia sok mau beli kalung ini … dia ngaku-ngaku punya kartu hitam Eksklusif, padahal hanya ditempeli sticker aja.”Wanita bernama Leli itu menoleh pria yang ditunjuk Ulva. Betapa terkejutnya ketika dia melihat sebuah kartu hitam ada di genggaman pria itu.Leli menatap ramah pada Raja, “Mohon maaf, Pak. Apakah Bapak tidak keberatan jika kartunya saya cek?” Tentu sebagai manajer, dia harus bersikap profesional dan melayani setiap pengunjung yang datang tanpa melihat dari penampilannya.Raja memberikan black card miliknya pada Leli, “Silahkan.”Leli mengamati dan meraba black card yang kini sudah ada di genggaman tangannya untuk mengetahui keasliannya. 'Ini asli,' pikirnya. Dia seorang pengeloksi dan pemilik toko perhiasan, dia
'Apa dia benar-benar membelinya?' Ulva masih tidak percaya bahwa pria itu adalah orang kaya. Dia pun memberanikan diri bertanya pada Leli. “Apakah dia benar-benar membeli kalung edisi terbatas di toko ini, Bu?” Pertanyaan itu terdengar ke telinga Raja, tentu hal itu membuat Leli geram dan merasa dipermalukan di depan pengunjung terhormat. Leli pun mengangkat tanda bukti pembayaran, “Lihat ini!” serunya dengan mata melotot. “kamu telah membuat kesalahan besar! Pak Raja adalah–” Raja berdehem keras untuk menghentikan Leli yang sepertinya ingin menceritakan identitas dirinya. Wanita itu pun menoleh dan mengerti maksud dari permintaan sang pewaris. Ulva membelalakkan mata, tenggorokannya tercekat dan tak kuasa menelan ludah, “Jadi, dia ….” dia tak mampu melanjutkan kalimatnya, wajahnya mulai berkeringat dingin setelah mengetahui fakta yang bagai mimpi buruk baginya. Semua pengunjung yang ada di sana pun takjub. Ternyata pria yang disangka orang miskin itu adalah orang yang sangat ka
“Berikan kalung itu pada Wati,” pinta Raja. “Ini hadiah dariku karena dia bekerja sangat profesional.” Semua orang yang mendengarnya terkesiap, tak terkecuali Wati. Wati pun menghampiri Raja dan membungkuk badan penuh hormat, “Terima kasih, Pak. Tapi, maaf … Bukannya saya menolak pemberian Bapak, tapi menurut saya tidak perlu. Tugas saya memang melayani pengunjung yang datang.” Raja terharu mendengarnya. Dia pun berkata, “Jangan menolak pemberianku. Terimalah, ini hadiah untuk orang baik sepertimu,” ucapnya lalu menoleh ke arah Leli sembari memberikan black card miliknya. “Segera proses dan berikan pada Wati.” “Harganya 190 juta. Apakah–” “Aku punya banyak urusan. Lakukan segera.” Raja menyela dengan tegas. Seketika Leli mengiyakan dan segera memproses permintaan Raja. Lagi-lagi, semua orang yang ada di sana takjub. Mereka semakin penasaran, sekaya apa pria itu sehingga memberikan hadiah pada orang asing dengan nilai yang fantastis? Sayang, mereka tidak bisa mengabadikan momen