Home / Urban / Menantu Kurir Kaya Tujuh Turunan / 2. Dasar, Menantu Tidak Tahu Diri!

Share

2. Dasar, Menantu Tidak Tahu Diri!

Author: Angdan
last update Last Updated: 2024-07-03 16:33:53

Dasar Menantu Tidak Tahu Diri!

“Kemampuanku hanya sebatas itu.”

Hans memang membeli buah, barang dan makanan yang murah di pinggir jalan saat memenuhi keinginan dan kebutuhan Sandria. Ia hanya mampu membeli dengan harga yang murah.

Pendapatan tiap bulan tidak sampai minimal pendapatan kota.

Harga menjadi tolak ukur bagi wanita kaya, seperti Sandria.

Usaha untuk membahagiakan dan menyenangkannya selama ini tidak ada artinya karena harga yang murah. Ia juga curiga kepadanya bahwa semua itu dibuang saat tidak ada dirinya.

“Kalau kemampuanmu hanya sebatas itu dan keahlianmu hanya mengirim barang, lebih baik tidak perlu ikut campur urusanku karena kapasitas otakmu takkan mampu menganalisis. Jadi, berhentilah bertanya, seperti detektif, polisi dan jaksa!” hina Sandria sampai terlihat otot lehernya.

Hans tertegun sambil mengepalkan tangannya dengan erat.

“Baiklah.”

“Kamu tidur di ruang tamu malam ini dan seterusnya!” sungut Sandria sambil mengusirnya dan menutup pintu kamar dengan keras.

Hinaan berakhir dengan pengusiran yang tak layak disebut pertengkaran antara suami dan istri. Hans membersihkan diri di kamar mandi khusus asisten rumah tangga dan mendengar beberapa suara pria dan wanita di ruang tamu.

“Akhirnya, kerja samaku dengan Ayah Adnan berhasil.”

“Iya, Ayah. Ibu senang mendengarnya. Semoga membuahkan hasil.”

“Iya, Bu. Oh, iya di mana Sandria dan Adnan? Bukannya mereka tadi ada di rumah ini?”

“Mungkin keluar, Pak.”

Rashid merupakan pengusaha elektronik yang sahamnya semakin membesar dan posisi Ayah Hans, Cody Ruth tidak terkalahkan. Dia terobsesi untuk menjadi orang terkaya di negaranya dan mengalahkan Raja bisnis, Cody Ruth.

Berbagai cara akan dilakukan olehnya untuk mendapatkan keinginannya dan merealisasikannya.

Hans membersihkan diri secepat kilat sembari mengeringkan rambut dan memperhatikan mertua dan kakaknya yang terduduk lesu.

Pria bertubuh jangkung, berparas tampan dan badan atletis menaiki anak tangga adalah Kakak Sandria, Ryan Anggara Nadim bersama ibunya. Dia hanya pengangguran yang mengikuti ke mana pun ayahnya, Rashid Omar Nadim pergi untuk berbisnis.

Ryan tidak ada minat untuk melanjutkan bisnis ayahnya, tapi ia pernah melihat Ryan mengirim barang satu kardus ke toko logistik.

Apakah ia berbisnis sesuatu yang bisa menghasilkan banyak uang?

Semua tidak ada yang tahu tentang pekerjaannya dan selalu mengatakan tenang saja pada ayahnya karena masih memiliki uang yang banyak.

“Apa yang kamu lakukan di sana? Nguping?” tukas Rashid melotot.

“Tidak, Ayah.”

“Sini kamu!”

Hans menuruti perkataan Rashid secepat kilat dan kepala tertunduk. Ia pasti mendapat hinaan dan caci makian kembali karena dianggap menguping pembicaraannya.

“Kamu sengaja menguping pembicaraan saya tadi?”

“Tidak, Ayah. Aku baru selesai mandi,” jawab Hans sembari melirik sebuah kardus yang sedikit terbuka.

Kardus berisi benda bening dan terdapat angka di tubuh bendanya dan banyak tumpukan plastik berisi cairan. Barang yang mencurigakan.

“Saya habis berbisnis dengan calon Ayah besan saya, Ayah Adnan. Dia melobi orang yang menyeramkan dan berbisnis sangat luar biasa.”

Hans mengangguk sambil menatap Rashid dan menoleh ke arah kardus yang besar.

Siapa Adnan?

Apakah dia adalah pria yang sering dibangga-banggakan olehnya?

Hans tidak pernah mendengar nama yang disebutkan oleh ayah mertuanya selama menikah dengan Sandria. Namun, ia pernah mendengar suara baritonnya yang berat melalui handphone ayah mertuanya.

Apakah Rashid sangat dekat dengan Adnan dan keluarganya?

“Mandi? Kamu mandi di sana?”

“Iya. Say—”

“Saya tidak heran kalau Sandria tidak ingin dekat denganmu,” sela Rashid sambil mengusap dagunya lalu mengambil suntikan dan satu kantong plastik berisi cairan di kardus dan dimasukkan ke dalam benda itu.

Rashid, ayah mertuanya tidak pernah menyukainya dan selalu berharap anaknya berpisah dengan pria buruk rupa dan tidak memiliki pengetahuan berbisnis.

Hans memicingkan mata sekilas saat memperhatikan ekspresi ayah mertuanya. Dia terlihat tahu sesuatu yang berhubungan dengan Sandria dan memperhatikannya yang akan menyuntikkan diri menggunakan cairan itu.

‘Apakah ….’ Hans bertanya dalam batin dan tersadar dengan Rashid yang mencari keberadaan Sandria dan Adnan.

“Ayah tahu mereka ada di sini?”

“Ya, mereka bilang mau menghabiskan waktu bersama di luar.”

“Siapa Adnan?”

“Kenapa kamu seperti detektif?” Hans terkekeh sembari memasukkan cairan ke tubuhnya.

“Siapa dia?”

Rashid tertawa. “Dia adalah teman lama Sandria dan orang tuanya merupakan orang penting di dunia kepolisian. Keren sekali keluarganya.” Rashid membanggakan keluarga Adnan tanpa ragu di depannya.

“Apakah itu obat insulin?” tanya Hans sekali lagi sambil membulatkan bola mata lalu membuka isi kardus yang terdapat banyak sekali suntikan dan cairan dalam plastik.

Rashid tidak menjawab.

Sejak kapan Rashid suntik insulin? Apakah baru-baru ini dia diagnosis sakit diabetes?

Ia melihat banyak suntikan bening dan cairan dalam plastik berjumlah yang sangat banyak. Ia mengambil satu suntikan dan cairan itu.

Rasa penasaran yang tinggi, ia membuka plastik itu dan perlahan menciumnya dengan berjarak dua sentimeter.

Sontak, Hans tersedak dan tanpa sengaja menjatuhkan suntikan bening yang terbuat dari plastik dan cairannya hingga pecah.

“Haaaannnss!” pekik Rashid melotot.

Hans mengambil tisu dan membersihkan lantainya yang basah. “Maaf, aku tidak sengaja,” katanya sembari menutup hidung menggunakan lengannya.

Pakaian Hans ditarik dan dicengkeram erat oleh Rashid. Mata merah dan tatapannya sangat tajam dan menakutkan.

“Dasar menantu tidak tahu diri!”

“Saya tidak sengaja.”

“Kamu bilang tidak sengaja? Bagaimana bisa?!” sungut Rashid sambil menggerakkan tubuhnya.

“Maaf.”

“Maaf, maaf, kamu hanya bisa bilang maaf saja. Saya tidak butuh kata maaf darimu!”

“Berapa harga yang harus saya bayar?”

“Kamu mau membayarnya?”

“Berapa?”

“Kamu tidak akan mampu membayarnya, Hans karena satu suntikan sangat mahal. Bahkan harga ginjalmu tidak cukup untuk membeli barang itu, Hans!”

Rashid membara saat satu barang suntikan pecah. Dia tidak akan memaafkan siapa pun yang menghancurkan barang atau bisnis kesayangannya.

Hans memerhatikan tatapan ayah mertuanya yang sangat menyeramkan dari pada sebelumnya. Walaupun dia marah, tetapi tidak semenakutkan beberapa menit yang lalu.

Tatapan yang tidak asing untuknya semakin jelas memperhatikan mata merah dan pupil yang membesar. Tatapan yang tajam dan menyeramkan hanya dimiliki oleh pecandu narkoba.

Apakah ayah mertuanya pecandu narkoba selama ini?

“Berapa mahalnya?” tanya Hans sambil menelan air saliva.

“Kalau satu suntikan harganya dua puluh juta. Kamu mampu membayarnya, hah?!”

Rashid lagi dan lagi meremehkan dan merendahkan menantunya yang hanya kurir. Namun, Hans bukanlah kurir sembarangan.

Hans merupakan pewaris tunggal Ruthens Group dan pemegang saham nomor satu di berbagai perusahaan sekaligus CEO di perusahaan pangan terbesar dan ternama di dalam negeri.

Ia memiliki trauma terhadap perempuan masa kecil saat melihat ibunya selingkuh dengan pria di luar negeri ketika Ayah mengunjunginya bersama Ibu hingga terjadi kecelakaan di wajahnya.

Ia berniat kembali ke Indonesia untuk mencari sosok pembunuh ayah dan adiknya malah dituduh menghamili anak orang. Fokus Hans terpecah dan tidak pernah menghubungi tangan kanannya lagi setelah menikah dengan Sandria.

Selama empat tahun menikah dengan putri kesayangan pengusaha Nadim tidak pernah mendapatkan kasih sayang dan perlakuan baik dari keluarganya.

Fisik yang rusak menjadi petaka sekaligus berkah untuknya karena tidak ada yang mengenalinya di dunia ini. Ayah, Cody Ruth menyembunyikan keberadaan kedua anaknya dengan alasan tidak ingin diketahui oleh musuh dan media.

“Saya bisa membayarnya, tapi beritahu barang apa itu,” jawab Hans tegas sambil menatap lamat.

“Kamu curiga kepadaku!” geram Rashid sampai air liur keluar.

“Saya tidak mengatakan itu dan hanya meminta memberitahu barang apa itu.” Kesabaran Hans telah mencapai limit.

“Haaannnnsss!” sungut Rashid sembari melayangkan tangannya yang menggenggam erat.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menantu Kurir Kaya Tujuh Turunan   165. Akhir dari Segalanya

    Hans memandangi televisi yang menyuguhkan pemandangan Rashid, Ayah Adnan, Adnan, Sandria, Ryan dan ajudan Ayah Adnan tertangkap dengan kedua tangan diborgol ke belakang bersama istri Rashid yang menutupi proses penyelidikan selama ini. Otak dari kematian Raja bisnis adalah Rashid Omar Nadim karena keserakahannya sehingga mendekati istri Pak Cody Ruth untuk bisa mendapatkan kekayaannya. Tidak hanya itu, Rashid juga pemarah sehingga membunuh anak lelaki dengan cara yang sama, seperti sudah direncanakan. Beruntung, Ibu Abigail tidak tertipu dengan rayuan maut yang dilakukan olehnya karena seorang lelaki yang selalu mengingatkan dan membantu untuk menyelesaikan masalah yang tidak rampung karena permainan orang dalam pihak berwajib. Siapakah dia yang selama ini berada di sampingnya? Apakah kekasih baru atau yang lain? Kita belum tahu dan tunggu kabar selanjutnya.“Apakah bapak memberitahu rekan kerja yang membantu kita untuk menyelesaikan kasus ini?” tanya Hans datar sembari memandangi

  • Menantu Kurir Kaya Tujuh Turunan   164. Terbukti dan Tertangkap

    “Kekasih pengawal pribadimu,” jawab Agustinus santai.“Di mana dia sekarang?““Dia ada di halaman belakang bersama wanita itu karena aku tadi bertanya kepada pengawal lainnya.”“Suruh mereka ke sini. Aku ingin mendengarnya secara langsung.”Agustinus menyampaikan seruan dari Hans kepada pengawal yang berjaga di ruang tamu untuk meminta mereka memasuki ruangannya. Satu menit berlalu, mereka telah tiba di ruangan diskusi dengan menatap Hans dan lainnya yang bingung dan datar. “Ada apa?”“Terima kasih untuk semuanya.”“Tidak perlu khawatir, aku melakukan semua ini demi hidupku sendiri dan masa depanku kelak jika tinggal bersama dengan kekasihku.”“Apa yang kalian inginkan dariku? Aku ingin memberi hadiah untuk kalian.”“Tidak ada.”“Kalian mendapatkan pernikahan mewah di hotel mewah. Semua ditanggung olehku, jadi katakan kapan kalian menikah,” kata Hans santai.Wanita itu dan pengawal pribadi melongo saat mendengar hadiah darinya lalu bersalaman dengannya sebagai tanda terima kasih.“T

  • Menantu Kurir Kaya Tujuh Turunan   163. Penjabaran dari Hasil Kerja Tim

    Hans tiba di ruang diskusi di rumahnya dengan melepas jaket kulit dan diletakkan di sofa dengan tangan dan dada bagian kiri yang masih terasa nyeri dan sakit sehingga duduk perlahan.Semua rekan tim dan Haedar berada dalam ruangan itu sembari memperhatikannya yang tidak bisa dilarang ketika keinginan menggebu dalam dirinya.“Apakah anak buah dari Rashid dan Adnan masih ada dalam ruangan di rumah ini?” tanya Hans pelan.Lima pria bertato bulan dan bintang dan kepala tengkorak pernah ditangkap olehnya saat melakukan penyelidikan di sebuah gudang tua samping laboratorium mereka.“Masih ada, Tuan muda. Saya pindahkan ke ruang bawah tanah karena mereka berisik dan mengancam membunuh kami semua setelah mendengar kabar Tuan muda ditembak oleh anak dari tuannya dan menganggap mati.”“Aku dianggap mati oleh mereka?”Haedar dan seluruh rekan tim membisu saat ia menanyakan perihal kematian dirinya. Ada sesuatu yang tidak disampaikan oleh mereka kepadanya.Semua rekan tim dan Haedar dua bulan la

  • Menantu Kurir Kaya Tujuh Turunan   162. Kerusuhan

    “Anak dari pengusaha elektronik bebas dari jeratan hukum setelah dalam penjara dalam kasus penembakan wanita berambut pendek yang diduga wanita simpanan Rashid Omar Nadim.”Suara berita yang menggelegar berasal dari televisi merasuki telinga Hans yang mengalami koma selama dua bulan lamanya setelah kejadian penembakan di pemakaman ibunya. Hans mengalami peristiwa yang mengerikan demi mengungkapkan pelaku kejahatan penembakan dan penghilangan nyawa Raja bisnis dan anak laki-laki yang diduga tidak memiliki identitas. Hans membuka mata perlahan saat mengingat kejadian kematian ibunya yang tidak ada di sampingnya saat dibutuhkan dengan meneteskan air mata. Sesak sekali rasanya.Napas Hans terengah-engah dengan pemandangan langit kamar rumah sakit berwarna putih tanpa bersuara. Pandangan lurus ke atas dan tidak menyadari seseorang di sampingnya. “Hans.” Carlos memanggil namanya pelan. Haedar mendekati Hans dengan memegang tangan dan mengusap kepalanya sembari berkata, “Tuan muda, syuku

  • Menantu Kurir Kaya Tujuh Turunan   161. Kegentingan Malam hari

    “Aku tidak mendua!” bentak Rashid sambil melotot ke arah Hans.Hans dan semua rekan tim memakai kacamata hitam dan pakaian serba hitam mulai dari atasan hingga sepatu sehingga tidak mengetahui sosok yang berada di balik kacamata hitam.“Sungguh? Apakah kamu bisa membuktikannya?” tanya Hans menantang. Rashid mengalihkan pandangan dengan menggerakkan tangan di depan dada sembari meremas dan mengeluarkan banyak keringat. Semua orang terpaku pada Hans hingga kamera perusahaan media menyorotinya tanpa membuka kacamata. Rashid terdiam.Hans mengeluarkan semua foto yang sudah dicetak olehnya sebelum berbicara dengan rekan tim lalu membuang semua foto yang terdiri dari lima belas lembar di depan wajah Rashid, Istri dan wanita berambut pendek. Hans pergi dari hadapan banyak wartawan dan keluarga cemara yang sedang dipermalukan oleh kepala keluarga yang dipandang hebat dan cinta kepada keluarga. “Ma, maafkan aku. Semua ini bukan karena aku.”“Halah, hidung belang. Kamu juga bilang bahwa ak

  • Menantu Kurir Kaya Tujuh Turunan   160. Kematian yang Menegangkan

    “Mohon maaf, ibu Abigail sudah mengembuskan napas terakhirnya. Beliau menyerah selama operasi berjalan.” Dokter menyampaikan berita duka dengan lembut.Sontak, Hans melotot dan kaki terasa lemah untuk berdiri setelah mendengar kabar duka dari ibunya. Pandangan Hans yang sedari tadi samar menjadi buram dan mengalirkan butiran bening dengan deras di pipi. Ia tidak percaya mendengar kabar duka sebelum menangkap pelaku kejahatan. Abigail melanggar janji yang dibuat bersama dengan Hans. Tangan Hans mengepal dengan erat sembari menenangkan diri di kursi besi panjang yang dingin.Hans terpukul mendengar kepergian sang ibu yang terakhir kali sempat berdebat dan kesal dengannya. Ia tidak akan berbuat seperti itu jika mengetahui semua sakit yang dirasakan oleh Abigail.Tuhan menghukum Hans dengan cara yang sangat menyakitkan. Tidak ada hukuman yang menyakitkan, seperti yang dialami olehnya saat ini.Hans masih terduduk di kursi besi yang panjang saat banyak orang berlalu lalang di depannya. B

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status