LOGIN
Begitu mendengar perintah dari Casie, para anak buahnya itu langsung menerjang ke arah Ardika dan Luna pada saat bersamaan.Walaupun orang-orang yang dibawa Jefandro kemari lebih banyak dua kali lipat daripada jumlah mereka, tetapi ukuran postur tubuh antara orang-orang kedua belah pihak sangatlah kontras.Orang-orang di pihak Casie memiliki postur tubuh kekar, terlihat sangat kuat. Sementara itu, para anak buah Jefandro terlihat tidak meyakinkan, bahkan ada beberapa di antaranya yang terlihat lemah, juga tidak tahu apakah bisa menahan satu pukulan."Jefandro, dari mana kamu mengundang aktor-aktor ini? Semuanya kelihatan sangat lemah. Apa kamu nggak malu membawa mereka kemari?" kata Casie sambil tersenyum bangga.Jefandro mencibir. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dia langsung melambaikan tangannya dan memberi instruksi. "Serang!""Bam!"Dalam sekejap, pertarungan di antara kedua belah pihak pun dimulai.Merasakan kekhawatiran Luna, Ardika menggenggam tangan istrinya dengan erat dan
"Patahkan dulu satu lengan dan satu kaki si Ardika ini, biar dia tahu konsekuensinya menyinggung Keluarga Hinata!"Casie memanfaatkan kesempatan ini untuk bangkit. Sambil menutupi wajahnya, dia berteriak dengan melengking dan tajam."Casie, kamu adalah wanita dengan kedudukan paling rendah di Keluarga Hinata. Memangnya kamu pantas mewakili Keluarga Hinata?"Tepat pada saat beberapa orang pria kekar itu sudah melesat ke hadapan Ardika dan bersiap untuk menyerang, tiba-tiba terdengar suara seseorang yang diliputi dengan nada bicara menyindir dari arah luar."Drap ... drap ... drap ...."Terdengar suara kaki tak teraturan dan tergesa-gesa. Kemudian, sekelompok orang pria bersetelan jas pun berjalan masuk.Jumlah sekelompok orang ini dua kali lipat lebih banyak daripada orang-orang yang dibawa oleh Casie. Dalam sekejap, lautan manusia itu langsung memblokade akses keluar.Melihat sekelompok orang berpakaian hitam yang tiba-tiba muncul ini, ekspresi para anak buah Casie pun berubah drastis.
Saat Casie berbicara, para anak buahnya itu sudah mengepung Ardika dan Luna. Tatapan waspada mereka tertuju pada Ardika.Sangat jelas sebelum mereka datang ke sini, mereka sudah tahu Ardika jago berkelahi.Selama Casie memberi perintah, mereka akan langsung menyerang tanpa ragu.Ardika melirik para pria kekar itu sekilas, lalu mengalihkan pandangannya dengan acuh tak acuh dan berkata dengan datar, "Kalau begitu, maksudmu hari ini kamu juga datang demi saham 4 triliun itu?""Aku sudah mengirim orang pergi ke Kediaman Keluarga Hinata untuk memperingatkan kalian. Yah, siapa sangka, kalian nggak kunjung sadar juga.""Benar-benar harus terpojok atau mati dulu baru bisa sadar."Casie mengerutkan keningnya dan berkata, "Harus terpojok atau mati dulu baru bisa sadar? Eh, Ardika, seharusnya kalimat itu untuk dirimu sendiri.""Dan, kamu bilang kamu sudah mengirim orang ke Kediaman Keluarga Hinata untuk memperingatkan kami?""Membual apaan kamu ini?!""Kenapa kamu nggak bilang saja kamu sudah per
Namun, Luna juga tidak akan memercayai ucapan Casie begitu saja.Terlebih lagi, kalau benar seperti itu kejadiannya, memangnya kenapa?Dia juga sudah mendengar kabar burung tentang Jerfis menindas Ardika di ibu kota provinsi. Jerfis bahkan pernah mengirim pembunuh untuk menghabisi Ardika.Bukankah wajar saja kalau Ardika menuntut sedikit kompensasi?Setelah mengalami banyak kejadian, Luna juga bukan wanita naif seperti dulu lagi.Berbaik hati pada musuh, sama saja dengan bertindak kejam pada diri sendiri.Dia sudah pernah merasakannya berkali-kali."Jadi, Nona Casie berencana untuk menggunakan cara baik-baik terlebih dahulu sebelum menggunakan cara kekerasan, begitu?"Luna berkata dengan tenang, "Kalau aku nggak setuju, Nona Casie berencana untuk langsung menggunakan kekerasan?""Baguslah kalau Bu Luna mengerti."Casie mencibir dan berkata, "Aku ini suka orang yang pandai membaca situasi, juga bukan tipe orang yang sabar, jadi aku sangat membenci orang yang menguji kesabaranku.""Bu Lu
Casie menatap Luna sambil tersenyum tipis, menunggu Luna untuk menjawab.Awalnya Luna juga tidak berniat untuk memiliki saham tersebut. Namun setelahnya, Keluarga Hinata terus menghubunginya lagi dan lagi, mengancamnya secara langsung maupun tidak langsung, hal ini malah menyulut jiwa kompetitif Luna.Dia juga sudah pernah mengalami banyak hal, sudah berpengalaman. Jadi, tentu saja dia tidak akan ketakutan hanya karena beberapa patah kata dari Casie.Saat ini, dia menjawab dengan datar, "Nona Casie, saham Jerfis ini dialihkan ke perusahaanku sesuai dengan prosedur yang ada.""Berhubung proses pengalihan ini sesuai aturan dan legal, maka wajar saja aku mengambil alih saham tersebut.""Apa hari ini Nona Casie datang mencariku hanya demi mengambil kembali saham ini?""Kalau memang benar itu tujuan kedatangan Nona Casie, Nona Casie bisa membeli kembali saham ini sesuai dengan harga pasar.""Tentu saja, dengan mempertimbangkan ketulusan yang ditunjukkan oleh Keluarga Hinata, yaitu telah men
Sambil membantu Ardika masuk ke dalam mobil, Levin memberitahunya jadwal kedatangan Luna.Hari ini Luna akan kembali ke ibu kota provinsi dari Kota Banyuli. Namun, karena ada yang perlu dibicarakannya dengan petinggi tim inspeksi Distrik Stavis yang baru kembali di kereta api, jadi dia kembali dengan naik kereta api.Ardika duduk di kursi penumpang belakang. Saat ini dia baru menyadari ada sebuket bunga mawar yang terletak di sampingnya. "Apa ini?""Kak Ardika dan Kak Luna sudah nggak bertemu selama beberapa waktu, sudah seharusnya kamu mengekspresikan dirimu pada Kak Luna."Levin tersenyum dan berkata, "Aku yakin setelah Kak Luna menerima bunga dari Kak Ardika, dia pasti akan sangat senang.""Kamu ini. Kemampuanmu dalam hal lain mungkin biasa-biasa saja, tapi sepertinya soal wanita kamu ahlinya."Ardika menegur Levin sambil tersenyum. Namun, dia tetap mengangguk, bersiap untuk memberikan bunga mawar ini pada istrinya nanti.Walaupun mereka sudah menjadi pasangan suami istri selama ber







