MasukDi antara semua sorot mata yang tertuju pada mereka, sorot mata senang sekaligus mengejek yang mendominasi. Hal ini membuat jantung Luna sekeluarga berdegap dengan kencang.Setengah jam yang lalu, Jacky menerima panggilan telepon. Dia baru tahu Lesti yang Ardika jebloskan ke penjara dua hari yang lalu sudah dibebaskan.Selain itu, Lesti meminta mereka sekeluarga segera datang ke rumah sakit.Jacky tidak tahu apa yang telah terjadi, dia bahkan sempat mengira Lesti jatuh sakit.Tanpa berani banyak berkomentar lagi, dia bergegas pergi ke rumah sakit bersama Desi, bahkan memanggil Luna yang sedang bekerja di Grup Hatari, bahkan Handoko yang hari ini ada kelas untuk segera pergi ke rumah sakit.Satu keluarga ini sangat kompak, memilih untuk "melupakan" Ardika.Bagaimanapun juga, mereka belum bisa memastikan apakah kali ini Lesti jatuh sakit dan dirawat di rumah sakit akibat dibuat kesal oleh Ardika.Di saat seperti ini, tentu saja mereka tidak berani membawa Ardika datang, agar tidak menyul
Ditambah lagi, Aula Hukum berwenang untuk menegakkan hukum dalam internal Organisasi Snakei, merupakan organisasi yang satu tingkatan lebih tinggi daripada cabang Gotawa.Boleh dibilang bahkan berwenang untuk membunuh orang-orang Organisasi Snakei!Belakangan ini, Kirbi sekali ketua Aula Hukum akan datang ke ibu kota provinsi untuk menginspeksi ketua dan wakil ketua baru Organisasi Snakei cabang Provinsi Denpapan.Baik Vita maupun Cahdani tidak berani menganggap remeh hal ini, melainkan melakukan persiapan yang matang."Rusel? Kirbi?"Tidak ada gejolak emosi apa pun yang terlihat di wajah Ardika. Dia berkata dengan tenang, "Oke, aku sudah ingat dua nama ini. Cabang Provinsi Denpapan nggak bisa menyentuh dua orang ini, memangnya aku selaku ketua cabang Gotawa juga nggak bisa menyentuh mereka?"Cahdani menangkupkan tangannya dan berkata, "Tentu saja Kak Ardika bisa menyentuh dua orang ini!"Hanya saja, dalam lubuk hatinya dia masih sedikit meragukan ucapan Ardika ini.Walaupun Ardika ada
Walaupun ini hanyalah panggilan telepon, Levin sudah bisa merasakan ketenangan sebelum gunung berapi meletus.Tentu saja dia tidak berani bersikap santai lagi di saat seperti ini, dia langsung berkata dengan nada bicara serius, "Baik!"Tak lama kemudian, Levin dan Cahdani pun bergegas datang.Cahdani langsung mengeluarkan setumpuk foto Ellias dan berkata, "Aku kenal orang ini. Namanya Ellias Sirwanto, putra tunggal Jemi, salah satu dari empat raja preman ibu kota provinsi.""Bocah ini mengambil dana ayahnya untuk membuka Perusahaan Hiburan Yenmire. Tapi, biasanya dia nggak menangani urusan perusahaan. Dengan dalih sebagai pencari bakat, selama bertahun-tahun ini dia telah memancing dan membohongi banyak wanita. Intinya, orang ini lebih bajingan lagi daripada aku yang dulu!"Sangat jelas Cahdani ini masih tahu diri.Namun, melihat tidak ada tanda-tanda senyuman menghiasi wajah Ardika, dia juga tidak berani bercanda lagi. Dia langsung berkata dengan ekspresi serius, "Orang ini suka berke
Sekujur tubuh Citra langsung gemetaran. Secara naluriah, dia melangkah mundur, lalu berkata dengan ekspresi pucat pasi, "Eh, Ardika, apa maumu ....""Plak ...."Ardika langsung melayangkan satu tamparan ke wajah wanita ini. Kemudian, dia melepaskan jaketnya untuk menutupi tubuh Clara yang penuhi luka, membungkukkan badannya untuk menggendong gadis muda itu, lalu langsung berbalik dan pergi.Tentu saja masalah hari ini belum selesai.Baik Ellias maupun Citra akan membayar mahal atas hal ini.Hanya saja, Clara telah mengalami terlalu banyak penderitaan, Ardika tidak ingin membiarkannya tetap berada di sini.Dia harus segera membawa gadis muda ini ke rumah sakit.Melihat Ardika ingin membawa Clara pergi begitu saja, sambil menutupi wajahnya, Citra berteriak dengan marah, "Ardika, dasar sialan! Berani-beraninya kamu memukulku! Berani-beraninya kamu memukul pacarku! Aku akan memberi tahu Nenek Lesti ...."Wanita ini memang agak tidak tahu diri. Di saat seperti ini pun dia masih berani mener
Orang-orang di sekeliling tempat itu merasa simpati melihat sorot mata putus asa dan tidak berdaya gadis muda tersebut.Namun, Ellias dan Citra terus melontarkan kata-kata kasar dan bertindak semena-mena. Hanya dengan sekali lihat saja, mereka adalah orang-orang yang berkuasa dan berpengaruh.Jadi, siapa yang berani maju untuk membela gadis muda tersebut?Melihat makin banyak orang yang datang berkerumun, Citra juga makin ngelunjak.Dia berteriak dengan arogan, "Lucuti! Lucuti pakaian wanita jalang ini!""Biarkan dia malu! Aku mau lihat apakah kelak dia berani menggoda pria lain!"Merusak hal yang bagus dengan tangannya sendiri, membayangkannya saja sudah membuat Citra diliputi perasaan puas."Clara ...."Tepat pada saat ini, Ardika yang sudah selesai menelepon langsung menerobos masuk melewati kerumunan orang-orang. Begitu melihat Clara yang tergeletak di lantai dalam kondisi putus asa dan tidak berdaya itu, amarahnya langsung meledak.Dia benar-benar tidak menyangka dia hanya pergi m
Melihat Clara yang hanya berpakaian agak bagus ini saja sudah seperti Putri Salju, Citra merasakan api kecemburuannya meluap-luap. Tentu saja dia ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk mencari masalah.Tertangkap basah oleh pacarnya, awalnya Ellias merasa gelisah.Sekarang melihat Citra langsung menyalahkan Clara, dia langsung merasa sangat senang. Dia berkata dengan senang, "Citra, kamu benar. Wanita jalang ini yang menggodaku. Dia tertarik pada sumber daya yang kumiliki, ingin aku mendukungnya menjadi seorang artis.""Dia bahkan bilang mau menandatangani kontrak denganku di hotel, aku boleh melakukan apa saja padanya!""Yah, walau dulu aku bermain dengan liar, sejak berpacaran denganmu, aku sudah jaga diri. Bagaimana mungkin aku bisa dibohongi oleh gadis ingusan seperti ini?""Saat itu, dia terus menggangguku, aku pun marah. Itulah sebabnya, aku menamparnya dan menjambak rambutnya untuk memberinya pelajaran ...."Ellias memutarbalikkan fakta dengan bersemangat, melempar kesalahan pa







