Luna adalah presdir Grup Perfe.Posisi wakil presdir Grup Lautan Berlian boleh dibilang setara dengan identitas Luna sekarang.Alden merasa karena dia sudah setuju untuk membantu Ardika, maka sekalian saja dia berbesar hati pada Ardika dengan memberikan bantuan sederhana yang bisa menguntungkan dirinya sendiri.Ardika menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. "Lupakan saja. Aku cukup menyukai posisi sebagai manajer departemen keamanan. Aku sangat suka berinteraksi dengan rekan-rekan di departemen keamanan. Saat nggak ada pekerjaan, aku bisa mengobrol dan membual bersama mereka. Jadi, pekerjaan itu cukup rileks bagiku."Ardika menolak penawaran Alden.Kalau di hari pertama bekerja saja dia sudah menjadi wakil presdir Grup Lautan Berlian, penjelasan seperti apa yang harus diberikannya pada Luna?Luna pasti tidak percaya dia bisa menempati posisi itu dengan mengandalkan kekuatannya sendiri.Sebaliknya, istrinya akan beranggapan Tina yang membantunya.Seperti ibarat kata pepatah, setelah m
Saat ini, Alden, sang raja preman yang menggemparkan Kota Banyuli berbicara dengan sangat rendah hati dan sungkan pada lawan bicaranya.Mengapa demikian? Karena orang yang di ujung telepon adalah Vrenzent Andalas yang memiliki gelar dokter genius di ibu kota provinsi.Jangankan raja preman Kota Banyuli, bahkan keluarga-keluarga kaya dan terkemuka di ibu kota provinsi saja sangat menghormati pria tua ini.Pada zaman sekarang ini, orang yang makin kaya, makin menghargai nyawa sendiri.Mereka semua ingin panjang umur, kalau bisa sampai umur lima ratus tahun.Karena itulah, dokter terkenal yang bisa menyelamatkan nyawa seseorang di saat krisis seperti Vrenzent dihormati, bahkan dijilat oleh mereka yang memiliki status dan kedudukan tinggi.Karena dulu memiliki hubungan yang cukup dalam dengan Vrenzent, Alden baru berani mengundang sang dokter genius untuk datang ke Kota Banyuli.Kalau tidak, tidak peduli seberapa tinggi status seseorang, orang tersebut tetap harus menemui sang dokter geniu
"Kak Ardika, sepulang kerja nanti kami akan berlari!"Seolah-olah merasa diremehkan oleh sikap acuh tak acuh Ardika, Zakheus dan para petugas keamanan lainnya berteriak di belakang Ardika seakan-akan sedang menyemangati diri mereka sendiri.Ardika tidak mengucapkan sepatah kata pun, dia langsung meninggalkan Grup Lautan Berlian tanpa menoleh ke belakang.Karena bosan, dia memutuskan untuk pergi menemui Luna di Grup Perfe.Setibanya di Gedung Ansa, dia melihat ada banyak truk yang berlalu-lalang di depan gedung untuk mengantar berbagai perlengkapan dan peralatan kantor."Tuan Ardika, Tuan sudah datang!"Begitu melihat kedatangan Ardika, Vania yang sedang mengatur dan mengawasi pengantaran perlengkapan dan peralatan kantor itu segera menyapanya dan melemparkan sorot mata kagum sekaligus penuh terima kasih padanya.Melihat suasana sibuk itu, Ardika berkata, "Hari ini kamu baru saja mengalami kejadian yang mengejutkan seperti itu, kenapa kamu nggak beristirahat sehari atau dua hari baru da
"Hmm, aku sudah pergi, juga sudah direkrut," kata Ardika sambil tersenyum.Setelah mendengar ucapan suaminya, Luna baru menghela napas lega. Kemudian, dia mulai memarahi Ardika lagi. "Karena kamu sudah direkrut, kenapa kamu nggak berkerja dengan baik? Kenapa kamu malah berkeliaran sesuka hatimu? Itu adalah sebuah perusahaan, bukan rumah!"Mengingat istrinya memilih untuk menyembunyikan kebenaran demi menjaga harga dirinya, Ardika menatap istrinya dengan tatapan penuh kasih sayang."Karena aku sudah naik jabatan menjadi manajer departemen keamanan. Sebagai seorang atasan, waktu bekerjaku lebih bebas.""Benarkah? Di hari pertama kamu bekerja, kamu sudah naik jabatan menjadi manajer departemen keamanan."Pertanyaan demi pertanyaan berputar-putar dalam benak Luna. Memanfaatkan kesempatan saat Ardika pergi ke kamar kecil, diam-diam dia menelepon Tina untuk menanyakan kondisi Ardika di perusahaan kepada sahabatnya itu.Dia mengira Tina begitu menjaga Ardika karena mempertimbangkan dirinya.H
Velove berteriak dengan marah, "Tina, kamu sedang mengatai siapa?!""Plak!"Setelah melayangkan satu tamparan ke wajah wanita itu, Tina berkata, "Dasar nggak tahu sopan santun! Apa kamu pikir kamu boleh memanggil namaku secara langsung seperti itu?"Velove menutupi wajahnya. Saking kesalnya, sekujur tubuhnya sampai gemetaran.Edrik berkata dengan ekspresi muram, "Tina, bagaimanapun juga Velove adalah petinggi perusahaan. Kenapa kamu memukul dia begitu saja ....""Plak!"Sebelum Edrik sempat menyelesaikan kalimatnya, Tina sudah melayangkan sebuah tamparan ke wajah pria itu. "Memangnya kenapa kalau dia adalah petinggi perusahaan? Jangan lupa bagaimana proses pendirian Grup Lautan Berlian. Peraturan perusahaan lain nggak ada hubungannya dengan Grup Lautan Berlian. Di perusahaan ini, selama seorang bawahan nggak sopan pada atasannya, maka pantas dipukul."Melihat bekas tamparan yang sangat jelas di wajah Edrik, tiba-tiba Velove merasa tamparan yang diterimanya bukan apa-apa."Tina, kamu be
"Hehehe ...."Rohan tertawa sinis dan berkata, "Tuan Muda Edrik nggak perlu bereaksi berlebihan seperti ini. Tuan Billy nggak tertarik pada Grup Lautan Berlian. Ibarat satu hutan nggak bisa menampung dua penguasa, Tuan Billy hanya ingin menjadi satu-satunya raja hutan di Kota Banyuli.""Adapun mengenai setelah ayahmu meninggal, Grup Lautan Berlian tetaplah Grup Lautan Berlian, sedangkan kamu, Tuan Muda Edrik akan menjadi presdir Grup Lautan Berlian.""Saat itu tiba, siapa lagi yang berani menampar wajahmu ...."Tanpa sadar, Edrik mengusap-usap wajahnya.Kata-kata yang keluar dari mulut Velove tadi bagaikan seekor ular berbisa yang menyelimuti hatinya.Kilatan kekejaman melintas di matanya, lalu dia bertanya dengan gigi terkatup, "Kapan kita mulai beraksi?""Besok, kami pasti akan membantu Tuan Muda Edrik."Seolah-olah sudah bisa menebak Edrik tidak akan menolak penawarannya, Rohan langsung menyampaikan waktu kapan mereka beraksi tanpa berpikir dua kali lagi."Kalian membantu aku? Hah,
"Apa luka korban separah itu?"Begitu mendengar pihak keluarga korban menginginkan kompensasi sebesar satu miliar baru bisa menyelesaikan masalah ini secara baik-baik, ekspresi Desi langsung berubah menjadi pucat pasi.Gibran menganggukkan kepalanya, lalu berkata dengan nada mendesak, "Jadi, kalian harus segera mengambil uang untuk menebus putramu. Kompensasi sebesar satu miliar ini pun disepakati oleh pihak keluarga korban setelah kami berupaya keras membujuk mereka secara baik-baik. Kalau nggak, mereka berencana meminta kompensasi sebesar dua miliar dari kalian. Siapa suruh putramu memukuli orang lain? Kalau nggak memberi kompensasi, putramu hanya bisa masuk penjara!"Luna tidak begitu mudah dikelabui oleh Gibran seperti Desi.Walaupun Gibran terlihat seolah-olah sedang membantu meringankan beban mereka dan agar adiknya tidak perlu masuk penjara, tetapi dia bisa mendengar nada mengancam dari ucapan pria itu. Tentu saja hal ini membuatnya merasa ada yang tidak beres.Dia mengerutkan k
"Ya, benar."Ardika menganggukkan kepalanya.Farhan segera membungkukkan badannya dan berkata, "Tuan Ardika, selamat datang di kantor polisi kota cabang selatan untuk mengawasi kerja kami!"Melihat pemandangan itu, Gibran langsung gugup setengah mati.Ekspresinya juga berubah menjadi pucat pasi!'Sebenarnya apa identitas pemuda itu sampai-sampai atasanku sehormat itu padanya?!'Desi juga membelalak kaget, seakan-akan baru pertama kali mengenal menantunya."Pak Farhan nggak perlu sesungkan ini, aku bukan datang untuk mengawasi kerja kalian."Ardika berkata dengan acuh tak acuh, "Mungkin adik iparku melakukan sedikit kesalahan dan dibawa ke kantor polisi kalian. Gibran yang merupakan wakil ketua di sini beranggapan keluarga kami nggak punya latar belakang apa-apa. Dia menghubungi kami ke sini, tapi dia bahkan nggak mengizinkan kami untuk masuk ke dalam gedung kantor polisi, juga nggak mengizinkanku untuk bertemu dengan adik iparku. Tanpa bukti konkret, dia mengatakan adik iparku sudah me
"Berhenti!""Apa Pak Wilgo sudah mengizinkanmu pergi?"Melihat amarah Wilgo sudah meledak, beberapa orang murid Organisasi Snakei itu segera maju dan menghalangi jalan Ardika.Ardika hanya tertawa pelan, dia bahkan tidak melirik murid-murid itu sama sekali.Dia langsung berbalik menatap Wilgo dan berkata dengan acuh tak acuh, "Pak Wilgo, sepertinya kamu ini adalah orang yang telah diberi kesempatan, tapi malah nggak menghargainya."Wilgo mendengus dingin dengan acuh tak acuh. "Memangnya kamu siapa? Memberiku kesempatan?""Hei, becermin dulu kamu, lihat siapa dirimu! Memangnya kamu adalah ketua Organisasi Snakei cabang Gotawa, atau Kodam Provinsi Denpapan?""Bahkan Jace, Wali Kota Ibu Kota Provinsi saja nggak berhak untuk berbicara seperti ini. Memangnya kamu berhak?""Memberi Pak Wilgo kesempatan? Memangnya kamu pantas?"Satu per satu dari beberapa orang murid Organisasi Snakei itu juga ikut buka suara. Bagi mereka, Ardika adalah orang bodoh yang tidak tahu diri.Ardika tertawa dan ber
Sementara itu, di samping Wilgo, Zilvana dan beberapa orang murid Organisasi Snakei yang bertugas untuk melayani Wilgo juga menatap Ardika dengan tatapan dingin.Organisasi Snakei memiliki tiga puluh enam cabang, setiap cabang besar ada cabang kecil lagi.Murid Organisasi Snakei di Negara Nusantara paling tidak berjumlah jutaan orang.Mereka tahu jelas dibandingkan siapa pun betapa sulitnya untuk menonjol di tempat yang dipenuhi dengan banyak orang hebat ini.Namun, Ardika bukan hanya menolak penawaran Wilgo, tetapi juga bersikap acuh tak acuh terhadap Wilgo. Bagi mereka, sikap Ardika ini benar-benar tidak tahu diri.Apalagi berani-beraninya Ardika mempermalukan Wilgo seperti ini, benar-benar cari mati!Ardika meletakkan cangkir tehnya, lalu tersenyum tipis dan berkata, "Pak Wilgo, apa menolak penawaran seseorang juga butuh kepercayaan diri?""Dari mana datangnya logika yang mengintimidasi seperti ini?""Tapi karena kamu sudah berbicara sebanyak ini, maka aku terpaksa memberi sedikit p
Wilgo menatap Ardika dengan tatapan dingin selama beberapa saat. Saat ini, tiba-tiba saja seulas senyum hangat menghiasi wajahnya. Dia berjalan menuju ke kursi batu di seberang Ardika dan duduk di sana."Ardika, kamu sudah berprasangka buruk terhadapku.""Tapi, aku juga mengerti. Kamu baru pertama kali bertemu denganku, belum mengenaliku. Jadi, wajar saja kamu salah paham padaku.""Kali ini, aku sudah memaafkanmu.""Tapi hanya kali ini saja, jangan diulangi lagi.""Bagaimanapun juga, aku yakin kamu sangat berkemampuan. Aku nggak akan memedulikan kata-kata yang kamu ucapkan tadi. Tapi kalau sampai ucapanmu itu tersebar keluar, akan menimbulkan kesalahpahaman dalam hubungan kita."Usai berbicara, Wilgo berinisiatif mengangkat teko, lalu menuangkan teh ke dalam cangkir Ardika yang sudah kosong itu hingga penuh. "Tahukah kamu mengapa aku begitu memandang tinggi kamu? Itu karena aku bisa melihat mungkin Rosa sedikit menyukaimu.""Perlu kamu ketahui putri kesayanganku yang satu ini selalu me
Namun, Ardika bukanlah orang biasa. Bagaimana mungkin dia bisa terbuai oleh penawaran-penawaran Wilgo itu dengan mudah?"Pak Wilgo, aku bukan anak kecil yang berusia tiga tahun lagi. Kamu nggak perlu mengatakan hal-hal seperti ini padaku."Ardika merenggangkan pinggangnya dengan malas, lalu mengambil teko dan menuangkan secangkir teh untuk dirinya sendiri."Pertama-tama, kamu ingin aku menggantikanmu berduel bukan karena kamu benar-benar memandang tinggi kemampuanku.""Hanya karena sekarang Sofian sudah mati, nggak ada sumber daya manusia yang bisa kamu gunakan saat ini. Sedangkan aku, hanya dengan beberapa patah arahan dariku saja, Werdi sudah bisa membunuh Sofian.""Jadi, untuk saat ini, aku adalah orang yang paling cocok menggantikan Sofian untuk berduel.""Biarpun aku mati, kamu juga nggak akan rugi.""Bagaimanapun juga, aku baru datang ke ibu kota provinsi dari Kota Banyuli. Aku nggak punya latar belakang. Yah, paling aku hanya seorang anak yang telah diusir oleh Keluarga Mahasura
"Ardika, pernahkah kamu berpikir begitu waktunya tiba, bahkan Keluarga Mahasura yang pernah mengusirmu itu, juga akan memohon padamu untuk kembali sambil menangis!""Tentu saja, persyaratan dari keuntungan-keuntungan yang bisa kamu peroleh ini adalah kamu harus mendengarkanku.""Aku berhak penuh untuk mengaturmu, apa pun yang kuperintahkan, harus kamu jalani!"Wilgo menatap Ardika dengan tatapan penuh percaya diri, seolah-olah dia sudah pasti bisa menundukkan Ardika.Dia yakin biarpun Ardika bisa menolak sepuluh juta Milvem itu, pemuda tersebut juga tidak akan menolak iming-iming besarnya.Awalnya, Ardika berencana langsung bangkit dan pergi begitu saja, karena dia benar-benar malas mendengar iming-iming besar dari Wilgo, seakan-akan dia adalah anak berusia tiga tahun yang begitu mudah untuk ditipu.Namun, melihat kepercayaan diri di wajah Wilgo, Ardika duduk kembali ke tempatnya.Dia ingin mencari tahu dengan jelas dari mana orang ini mendapatkan kepercayaan diri seperti itu."Pak Wil
Setelah menilai Ardika dalam hati, Wilgo langsung mengangkat kedua lengannya dan menepuk tangannya.Dalam sekejap, seorang murid yang memakai lencana Organisasi Snakei di dadanya langsung berjalan masuk dengan membawa sebuah kotak.Wilgo melambaikan tangannya.Murid tersebut langsung datang menghampiri dengan membawa kotak tersebut, meletakkan kotak tersebut di hadapan Ardika, lalu membukanya.Saat itu juga, terlihat setumpuk demi setumpuk uang tunai yang tersusun dengan rapi dan sangat menggiurkan itu.Sambil menyesap tehnya, Ardika bertanya dengan acuh tak acuh, "Pak Wilgo, apa maksudmu dengan ini?"Wilgo mengambil setumpuk uang tunai, lalu membolak-balikkan setumpuk uang tersebut dengan jari-jarinya. Dia berkata sambil tersenyum, "Ada sepuluh juta Milvem di sini, ini adalah bayaran dariku untukmu.""Bayaran?"Tetap tidak ada gejolak emosi apa pun yang terlihat di wajah Ardika.Wilgo mengangguk. Tanpa dia sadari, dia mengubah panggilannya terhadap Ardika. "Bocah, sebelumnya kamu data
Ardika menyesap tehnya dengan santai sebelum berkata dengan acuh tak acuh, "Bukan, aku nggak punya guru."Tentu saja dia tidak akan memberi tahu Wilgo keahliannya dalam membunuh orang ini, diperolehnya melalui pertarungan sengit melawan puluhan ribu prajurit."Nggak punya guru? Itu artinya kamu mempelajarinya secara otodidak?"Wilgo menatap Ardika dengan tatapan sedikit curiga. Melihat ekspresi Ardika tidak menunjukkan tanda-tanda sedang berbohong, dia tertawa dan berkata, "Bisa mengandalkan keahlian yang diasah sendiri untuk menekan Hainiken, sepertinya kamu ini memang berbakat dalam seni bela diri!""Bahkan Vita yang katanya adalah orang paling berbakat di Organisasi Snakei cabang Gotawa, juga pasti akan malu saat berhadapan denganmu!"Wilgo berinisiatif menyebutkan nama Vita.Tidak tahu apakah dia sedang menguji Ardika, atau ingin menyulut hasrat Ardika untuk menang.Ardika tidak menanggapinya, melainkan hanya tersenyum tipis dan menyesap tehnya.Wilgo tersenyum dan berkata, "Sikapm
"Ardika ...."Rosa tidak bisa menahan diri dan mengedipkan matanya pada Ardika. Dia berharap dengan mempertimbangkan dirinya, pria itu bisa bersikap merendah untuk sekarang ini.Ardika tidak memedulikan Rosa, juga sama sekali tidak bermaksud untuk maju dan menyapa Wilgo. Dia tetap berdiri di tempatnya dan berkata dengan acuh tak acuh, "Seharusnya ini adalah Pak Wilgo, 'kan?""Bukankah kamu yang mengirim orang untuk mengundangku kemari, kenapa kamu malah menungguku untuk memberi hormat padamu lagi?""Apa seperti ini cara Pak Wilgo melayani tamu?""Kalau memang begitu, kalau nggak ada urusan lain lagi, aku pergi dulu."Selesai berbicara, Ardika langsung berbalik, benar-benar ingin pergi begitu saja.Menyuruhnya memberi hormat pada Wilgo?Jujur saja, Wilgo masih belum pantas menerima penghormatan darinya.Hanya dengan identitasnya sebagai ketua Organisasi Snakei cabang Gotawa, kalau benar-benar ingin membicarakan etika dan sopan santun dengan ketat, seharusnya Wilgo yang berlutut memberi
Benar saja, begitu Rosa selesai berbicara, ratusan orang murid itu sudah tidak bisa menahan diri lagi ingin menyerang.Tepat pada saat ini, Ardika tersenyum tipis dan berkata, "Sudah, sudah. Ada masalah apa pun antara kita, nanti kita bicarakan secara pribadi saja. Di hadapan banyak orang luar seperti ini, nggak baik menyerangku seperti itu."'Cih!''Orang luar?''Memangnya siapa orangmu!'Saking kesalnya, dada Rosa sampai naik turun, ekspresi malu menghiasi wajahnya, membuatnya terlihat makin menawan.Sementara itu, amarah murid-murid Organisasi Snakei itu sudah hampir meledak.Melihat suasana yang tadinya khusyuk, kini menjadi kacau balau dibuat oleh Ardika, akhirnya Zilvana tidak bisa menahan diri lagi. Dia segera melangkah maju dan berkata dengan dingin, "Tuan Ardika, Pak Wilgo masih sedang menunggumu di dalam!""Oh, kalau begitu, tunjukkan jalannya."Ardika mengangkat dagunya, lalu bertanya pada Rosa sambil tersenyum, "Kamu nggak menemaniku masuk ke dalam? Aku sedikit takut pada a