“Saya tak habis pikir dengan Galen, begitu berambisinya dia menghilangkan nyawa anda.”Dimas sebetulnya sangat ingin membongkar kebusukan Galen dan Irfan.“Kita ikuti saja permainan mereka karena kita masih membutuhkan bukti lebih banyak lagi untuk bisa menguak kejahatannya, termasuk perusahaan Irfan.”Diman mengangguk namun tetap fokus pada kemudinya. Sedangkan Kevin sibuk mengganti pakaian mahalnya dengan pakaian lusuh.“Minggu depan kita harus kembali dulu ke Kota West Country. Biar di sini diawasi anak buah kita dulu,” ujar Kevin yang merupakan perintah untuk dilaksanakan oleh Dimas.“Baik Tuan, saya akan selesaikan dulu berkasnya agar nanti saat kita kembali tak lagi berurusan dengan berkas yang belum rampung,” jawab Dimas.Dimas berbelok ke sebuah restoran mewah di Kota Victoire.Hari ini Galen merayakan ulang tahunnya dengan makan malam bersama.Orang luar yang dia undang hanya Pedro dan Irfan. Tak ada yang istimewa karena sang sesepuh hanya ingin makan malam bersama anak dan
Mereka mulai menikmati makan malam yang sudah tersaji. Raut wajah bahagia tak bisa disembunyikan oleh Galen maupun Irfan saat mereka melihat Kevin menghabiskan makanannya dengan begitu lahap.‘Dasar gembel giliran diajak makan gratis lahap banget seperti orang yang sudah berhari-hari tak menyentuh makanan,’ umpat Galen di dalam hati.Namun ketika Galen sudah menghabiskan setengah makanannya, justru seluruh orang yang ada di sana dibuat terkejut.Pria paruh baya itu mendadak kejang dan bibirnya mengeluarkan busa. Dan disaat yang bersamaan tubuhnya ambruk tak sadarkan diri.Kejadian itu begitu cepat.Sontak semuanya menjadi panik termasuk Irfan yang tak percaya melihat kondisi Galen yang tampak mengenaskan.“Papaaaaaaaa,” teriak Mika Johanes dan juga kedua anaknya penuh rasa khawatir.Bahkan wajah Zara pucat pasi dengan jantung berdebar kencang saat melihat sang Papa kini sudah tidak sadarkan diri.“Paaaaaa, banguuuuun,” teriak Mika disusul suara tangis wanita itu memenuhi ruangan ters
“Ini semua gara-gara kau. Harusnya kau yang mati!”Bugh BughJenni murka karena sang papa yang justru menjadi korban racun itu. Dia memukul Kevin bertubi-tubi.Tadi dokter menyampaikan kalau Galen kritis dan Jenni takut sang papa benar-benar pergi. Zara yang terkejut bertanya, “apa maksudnya harusnya Kevin yang mati?”Seketika Mika menarik tangan Jenni untuk duduk kembali di sampingnya, “bukan apa-apa. Adikmu hanya lagi panik.”Mendengar jawaban sang mama membuat hati Zara kembali tergelitik untuk mencari tahu kebenarannya.“Antarkan aku ke kantor polisi untuk membuat laporan polisi.”Kevin yang hendak berdiri untuk mengantarkan sang istri tiba-tiba mengurungkan niatnya setelah suara melengking Mika kembali terdengar.“Situasi sedang seperti ini kau mau pergi. Memang polisi bisa bikin Papa-mu cepat sembuh huh?”Kevin menarik tangan sang istri untuk kembali duduk. Dia paling tidak bisa melihat wanita yang dia cintai kena marah seperti ini.Pintu ruang ICU terbuka, Mika dan kedua anakn
“Om pasti senang sekali kalau tahu Nak Irfan melunasi semua biayanya,” puji Mika Johanes lagi.Zara berdiri dari duduknya lalu pergi menuju taman yang berada di lantai bawah. Kevin menyusul di belakangnya.“Aku anak siapa?” Meski suara Zara lirih dan nyaris tak terdengar nyatanya Kevin masih bisa mendengarnya.Kevin duduk di samping sang istri lalu berujar, “ya anak Mama dan Papa.”Zara bukan orang bodoh yang bisa gampang percaya begitu saja ucapan Kevin disaat golongan darahnya tak sama dengan kedua orang tuanya.“Apa jangan-jangan aku bukan cucu kandung kakek juga?”Kevin tersenyum, “wajahmu sangat mirip dengan kakek, bagaimana kau bisa berpikir kalau kau bukan cucu kandung Kakek.”Ucapan Kevin benar juga, tapi Zara tetap harus menemukan jawaban atas keraguannya ini.“Apa mungkin seorang anak kandung bisa jadi punya golongan darah yang berbeda dengan kedua orang tuanya?”Kevin tak mau terjebak dalam pikiran rumit istrinya. Dia memilih untuk diam.“Hey kau mau kemana?” terik Kevin s
Dua hari berikutnya Kevin akan mewakili langsung perusahaannya untuk mendapatkan tender di Kota ini.Dia harus tunjukan pada Irfan kalau orang yang dianggapnya hanya orang asing ini adalah orang yang jauh lebih baik dari pengusaha lokal.Kevin juga sedang membangun anak cabang perusahaan yang ke 140 dan kali ini untuk pertama kali perusahaannya akan berdiri di Kota Victoire.“Apa semua berkasnya sudah siap?”Kevin saat ini ada di dalam mobil mewahnya yang dikemudikan oleh Dimas.Sang Presdir sedang mengganti pakaian lusuhnya menjadi pakaian rapi dan mahal. “Sudah Tuan. Tapi saingan berat anda kali ini Irfan,” ucap Dimas.Kevin menipiskan bibirnya, sang Presdir cukup percaya diri untuk melawan siapapun termasuk Irfan.“Jangankan dia, Papanya sekalipun aku tidak takut. Meski kita bukan warga asli kota ini dan dianggap hanya sebagai orang asing, namun harus dibuktikan kita lebih baik dari mereka.”Dimas mengangguk menyetujuinya. Sesekali Irfan memang harus diberi pelajaran agar tidak so
“Makanya kalau mau jadi pengusaha sukses otak harus dipakai. Ucapan harus realistis karena ini bisnis bukan janji saat kampanye.”Pertemuan hari baru berakhir dan mereka akan segera kembali ke rumah masing-masing.Namun Kevin tak lupa mendekati Irfan hanya untuk meledek orang itu.“Belajar lebih banyak lagi soal bisnis ya? Masih bau kencur ngaku CEO.”Kalimat menohok Kevin sebelum pergi dari ruangan itu membuat Irfan kesal.Sang CEO mengejarnya hanya untuk membalas Kevin dengan ancaman.“Aku akan membongkar identitas aslimu. Dan kau tahu betapa bencinya Zara karena merasa dibohongi olehmu,” ucapnya penuh penekanan.Kevin tergelak.“Kalau Zara sebenarnya sudah tahu siapa aku,” jawab Kevin bohong.Niat untuk membuat Kevin terkejut kini malah dirinya yang tercengang.“Tapi kalau kau mau membongkar identitas asliku di depan dua pendukungmu yang bau tanah itu, apa mungkin mereka tidak malah tunduk padaku setelah tahu aku konglomerat.”Kalau ini bukan tempat umum ingin sekali rasanya Irfan
“Tuan saya sudah reservasi restoran untuk anda dan Nyonya,” ucap Dimas.Kevin mengangguk, ‘terima kasih Dimas,” sahut Kevin.Keduanya masih berada di proyek dan akan segera menuju ke lokasi syuting Zara.Kata Pedro hari ini Zara banyak menangis bahkan tak konsentrasi syuting hanya karena memikirkan mengenai golongan darahnya yang tak sama dengan kedua orang tuanya.“Kita berangkat sekarang,” ajak Kevin.“Baik Tuan,” jawab Dimas.Mereka berpamitan pada kepala proyek, lalu menuju ke parkiran.Dimas membukakan pintu untuk sang atasan.Setelah memastikan Kevin duduk dengan nyaman sang asisten memutar setengah badan mobil untuk duduk di balik kemudi.Dimas menginjak pedal gas lalu melaju dengan kecepatan sedang menuju ke lokasi syuting Zara.“Tuan apa Nyonya tidak marah karena anda harus kembali malam ini juga?” Ada salah satu klien pemasok bahan baku menolak mengirim bahan baku ke Adamson Corporation sehingga stok di gudang semakin menipis.Kevin harus turun tangan langsung menyelesaikan
“Jadi dia tetap tidak mau membahas ini dengan kalian?” tanya Kevin pada bawahannya. Hari ini pemilik perusahaan kecil yang sengaja menghentikan untuk mengirim bahan bakunya ke Adamson Corporation sudah mau memenuhi undangan untuk datang. Akan tetapi tetap saja dia menolak untuk melakukan diskusi dengan tangan kanan Kevin di kantor.Pemilik bahan baku itu juga meminta harganya untuk menaikan dua kali lipat dan ingin agar bertemu langsung dengan Kevin tidak dengan yang lain.Kevin mendengus pelan lelaki tampan sejuta pesona itu sedang berdiri di samping jendela menatap ke bawah di keramaian kota West Country.Pria itu juga menatap gedung-gedung pencakar langit yang berada di sekitar perusahaan miliknya.Sebab memang gedung Adamson Group dibangun di wilayah khusus perkantoran.Jadi di sekitarnya memang padat area kantor baik perusahaan swasta maupun BUMN.“Benar Tuan, beliau tetap menolak untuk melanjutkan meeting bila bukan anda langsung yang memimpin meeting,” ucap Dimas memberi lap