Share

Menantu Sampah Pura-pura Bodoh
Menantu Sampah Pura-pura Bodoh
Penulis: Tompealla Kriweall

Bab 1. Menantu Tak Berguna

"Dasar tidak waras! Apa yang bisa Kamu berikan untuk putriku?!"

Abra Gumilang hanya diam membisu usai mendapatkan hardikan dari ibu mertuanya.

Sepertinya, wanita di hadapannya ini sudah tak bisa menahan kekesalannya yang dipendam sebulan ini. Setelah Gilang menikahi Saras, wanita itu pikir Keluarga Gumilang akan terus memberikan dana padanya dan bukan hanya menghapus utang-utangnya selama ini. Sayangnya, ia tak tahu bahwa menantunya ini benar-benar sesuai “gosip yang beredar”.

Gilang tampak pemalas dan bodoh. Ia tidak menunjukkan minat yang besar dalam hal pekerjaan atau pendidikan. Seolah … dia memiliki “dunianya” sendiri.

"Jawab, Gilang! Setidaknya, Kamu bekerja dan menafkahi Saras, layaknya seorang suami yang baik!" tambah wanita paruh baya di hadapannya.

"Gilang sudah kerja kok, Ma," sahut pria itu membela diri. Namun, wajahnya tampak datar.

Hal ini jelas membuat Diana semakin geram.

"Kerja apa? Cuma makan dan tidur saja di rumah! Kamu tidak bisa membantu apa-apa! Bahkan, pintu kamar mandi yang rusak, kamu biarkan begitu saja!" teriak Diana frustasi, “Setidaknya, cobalah sedikit berguna!”

"Kalau begitu, Gilang bisa belajar, Ma."

Mendengar ucapan pria itu, Diana menggeleng frustasi. "Belajar? Kamu sudah terlalu tua untuk belajar! Apa gunanya kamu kalau tidak bisa melakukan apapun untuk keluarga ini? Kamu hanya menjadi beban!"

Hinaan-hinaan terus dilontarkan Diana.

Namun, Gilang tak menunjukkan rasa sakit hati. Ia justru memiringkan kepalanya, mendengar dan memperhatikan bagaimana raut wajah mama mertuanya yang sangat kesal.

"Kan, Mama Diana sendiri yang ajak Gilang ke sini?" ucapnya, polos.

Mata Diana membelalak. Perkataan Gilang jelas membuat wanita itu semakin murka. "Dasar sampah tidak berguna! Kalau begini terus, keluarga ini akan hancur karena kamu! Lebih baik, kamu kembali ke keluarga Gumilang sana!" maki wanita itu.

Meski demikian, ia sadar bahwa dirinya tidak bisa melakukan apa-apa.

Gilang menjadi menantunya agar utangnya lunas. Selain itu, Keluarga Gumilang juga berjanji menjadikan Saras, putrinya, bekerja sebagai manager di GA group yang dipegang oleh Ibra–kakak gilang. Oleh sebab itu, Diana langsung menyetujui usul dari Ibra. Hanya saja, ia tak menyangka kelakuan menantunya ini sangat parah!

“Kasar.”

Ucapan Gilang menyadarkan wanita itu dari lamunannya.

Ditatapnya tajam sang menantu yang entah mengapa semakin lama tampak seperti seorang idiot. “Sebaiknya, kamu ke kamarmu saja sekarang! Aku muak melihat mukamu.”

Pria itu tampak mengangguk dan menuruti perintah Diana.

Ia tak menyadari bahwa dalam diam, wanita itu tengah membatin. 'Aku harus membuat rencana supaya Saras bisa bercerai dari suaminya yang tidak berguna ini!' tekadnya.

"Kenapa kamu tampak kesal?"

Suara seorang pria muda yang baru saja datang–membuat Diana seketika menoleh.

Anehnya, wajah wanita itu sontak berubah. Dia tampak berpura-pura imut. "Eh, Sayang. Itu, suaminya Saras! Aku sudah stress menghadapinya."

Pria itu tampak tak terkejut. Sebaliknya, dia justru tersenyum dengan misterius, kemudian meminta pada Diana supaya lebih mendekat padanya.

"Sini, aku kasih tahu cara menghadapinya," bisiknya di dekat telinga Diana.

Senyum wanita itu mengembang mendengar rencana-rencana yang dilontarkan “berondong peliharaannya” untuk menyingkirkan Gilang.

"Terima kasih, Sayang! Kamu memang jenius."

****

“Luar biasa! Mas Gilang benar-benar jenius!”

Gilang tersenyum tipis.

Begitu sampai di kamar–sesuai perintah sang mertua–, ia kebetulan mendapatkan telepon dari Ryan. Partner bisnis rahasianya itu melaporkan ada sedikit masalah yang terjadi.

Untungnya, dapat diselesaikan dengan mudah olehnya dengan “kemampuannya”.

“Kamu berlebihan,” ucap pria itu santai.

“Saya serius, Mas!” balas Ryan cepat, “saya merasa beruntung karena bisa bekerja dengan Mas.”

Selepas kecelakaan yang dialami Gilang lima tahun lalu, semua orang akhirnya mengenalnya sebagai seorang laki-laki pemalas dan bodoh.

Tapi, hanya Ryan yang tahu sebenarnya.

Selama tiga tahun terakhir, Gilang meminjam identitasnya dan berhasil membangun kerajaan bisnisnya sendiri–tanpa embel-embel “Keluarga Gemilang”.

Pria itu juga menyembunyikan kelebihannya yang didapat setelah kecelakaan, yakni bisa melihat grafik saham secara detail. Bahkan, Gilang bisa melihat pergerakan saham untuk dua minggu ke depannya.

Ini semacam kekuatan Forecast yang berguna untuk memperkirakan informasi yang bersifat prediktif dalam menentukan arah di masa depan dengan menggunakan data historis sebagai patokan.

“Santai, Ryan. Yang jelas, kamu harus tetap berjalan sesuai trek yang saya tentukan,” perintah Gilang, “pastikan tidak ada yang tahu hal ini karena nyawa saya dan kamu akan terancam.”

Ryan tanpa sadar mengangguk. Ia teringat bahwa nyawa Gilang akan terancam oleh sang kakak yang membencinya.

Seketika, ia merasa iba pada Gilang. Dengan kemampuannya, pria itu bisa saja dielukan banyak orang. Namun, ia terpaksa menahan diri saat dihina.

Diam-diam, Ryan berjanji akan melindungi atasannya itu meski harus bertaruh nyawa. Lagi pula, Gilang tidak hanya menyelamatkannya dari gerombolan preman yang menyerang. Ia bahkan membiayai operasi mata ibunya yang buta akibat kecelakaan.

“Apa ada lagi? Jika tidak, kamu bisa memberikan laporan secara berkala, seperti biasa,” ucap Gilang menyadarkannya dari lamunan.

“Tidak ada. Saya akan kirim ke email Anda.”

Tut!

Gilang tersenyum tipis. Aplikasi ponsel miliknya terlihat hanya berisi aplikasi game, sehingga tidak pernah dicek oleh orang-orang yang ada di sekitarnya, termasuk sang kakak atau bahkan sang istri.

Padahal, dalam emailnya, seringkali ia menerima laporan dan membahasnya dengan Ryan.

"Gilang! Abra Gumilang!"

Teriakan mertua mengagetkan Gilang. Ada apa lagi dengan wanita itu?

Tok tok tok!

Karena tidak ada respon darinya, suara ketukan pintu kamar terdengar semakin keras.

"Gilang! Keluar kamu dari kamar! Bantu buang sampah, sekarang!"

Dengan tidak sabar, Diana memanggil dan mengetuk pintu kamar Gilang lagi.

Pria itu sontak menghela napas. Setiap Saras pergi bekerja, Diana tidak akan pernah melepaskannya dari “pekerjaan-pekerjaan rumah”

Ceklek!

Pintu pun ia buka.

Kembali, ia “bertingkah bodoh”

"Apa, Ma?"

"Sini cepetan, dasar pemalas!"

Dengan malas dan mengaruk-garuk pelipisnya, Gilang pun keluar dari kamar dengan tangannya yang ditarik oleh Diana.

Sekarang, pria itu yakin jika telinganya tidak akan selamat dari jeweran mertuanya–seperti biasa.

Kini, tibalah keduanya di teras depan.

Hanya saja, seorang pria muda yang akhir-akhir ini sering datang tampak juga berada di sana. Dengan santai, ia menikmati kopi dan kue yang disuguhkan di atas meja.

"Sini kamu!"

Gilang mendekat dengan wajah datar, kemudian pria muda itu meminta pada Gilang duduk di lantai. "Duduk!"

Sesuai perintah, Gilang pun duduk tepat di tempat yang ditunjuk oleh pria muda tersebut.

Di sisi lain, Diana sudah terkekeh geli melihat wajah menantunya yang benar-benar tampak bodoh dengan tidak memberikan perlawanan.

"Menantu bodohmu ini, seperti robot yang bisa diperintah. Aku akan membuatnya menghibur kita jika kamu izinkan, Sayang."

Komen (2)
goodnovel comment avatar
mami35017
emak mertua mati aja!
goodnovel comment avatar
Cottonbud
Gilang bikin geregetan.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status