Share

Bab 4. Rencana Baru

Sementara itu, di teras depan, Surya kembali bertanya pada Diana–mengenai rencana mereka selanjutnya, "Bagaimana?"

"Sebaiknya kamu pulang saja dulu, ya? Aku akan membujuk Saras lagi supaya menyetujuinya."

Diana tampak berpikir keras. Sepertinya, ia harus menggunakan cara yang sama, yaitu memaksa Saras untuk segera menikah dengan Mario.

"Tapi, jangan lupa nanti suruh calon menantuku itu mentransfer uang ke rekeningku, ya! Aku butuh uang untuk perawatan bulan ini." Diana berkata lagi.

Cup

Surya segera mengecup bibir kekasihnya itu. "Tenang saja, Sayang. Mario pasti memberimu uang yang banyak, apalagi dia itu kan seorang pengusaha yang sukses. Aku saja mengajukan kerjasama dengannya untuk proyek yang akan datang."

Diana tersenyum lebar mendengar perkataan kekasihnya, kemudian mencium bibir Surya yang sudah menjadi kekasihnya selama 3 bulan terakhir ini.

Kini keduanya saling berciuman tanpa rasa malu, padahal berada di teras depan rumah yang tentunya bisa dilihat dari jalanan depan.

Tapi begitulah memang kelakuan Diana semenjak menjadi seorang janda.

Dia merasa bangga jika bisa mendapatkan kekasih yang lebih muda, yang bisa dipamerkan pada teman-teman sosialitanya.

Padahal, ia juga yang harus menanggung biaya kehidupan Surya, sehingga membuatnya menumpuk hutang yang tidak ada hentinya.

"Tapi, pastikan Saras bisa datang ke acara makan malam besok! Mario ingin perkenalkan lebih dekat dengannya," ucap Surya setelahnya.

Diana pun mengangguk mengiyakan, kemudian tersenyum membayangkan keberhasilan atas rencana yang sudah mereka susun.

***

"Saras, besok malam ikut Mama!"

Mendengar permintaan mamanya, Saras mengerutkan kening, bingung. Wanita itu bahkan menghentikan suapannya. "Ke mana, Ma?" tanyanya.

"Ikut saja, sih! Mama ada undangan ulang tahun salah satu pelanggan butik. Dia juga pengusaha muda yang sukses, biar kamu juga bergaul dengan orang-orang kalangan atas. Jangan hanya mengurus suami sampah mu itu!"

Dengan berkata demikian, Diana melirik tajam ke arah Gilang yang pura-pura tidak mendengar.

"Ta-pi, Saras pastinya capek sepulang kerja, Ma. Lalu, jika kita pergi, siapa yang di rumah bersama dengan mas Gilang?"

Mendengar pertanyaan tersebut, Diana menatap tajam. Dia tidak mau mengajak Gilang, sebab makan malam undangan ulang tahun hanyalah karangannya saja agar bisa mendekatkan Saras dengan Mario. Bisa-bisa, rencananya gagal.

"Ck!” decaknya tanpa sadar, “Gilang biarkan di rumah. Dia bisa bermain-main dengan game tanpa ada yang mengganggu. Lagipula, jika dia ikut justru membuat repot!"

Dengan terang-terangan, Diana tidak ingin mengajak Gilang.

Tapi pada kenyataannya, Saras justru menggeleng-gelengkan kepalanya beberapa kali–tak setuju.

"Tidak, Ma. Saras tidak bisa ikut Mama, jika Mas Gilang tidak ikut," balasnya.

Mata Diana sontak melotot saat mendengar pernyataan anaknya, yang justru menolak datang sendiri.

Mengapa Saras justru ingin mengajak suaminya juga? Padahal, anaknya itu harusnya sadar bahwa Gilang hanya akan membuat repot.

"Maksud kamu apa, Saras? Suami sampahmu itu justru akan mengacaukan acara temannya Mama!" bentak Diana.

Namun, anaknya itu tetap terlihat tenang. "Ya sudah, Saras tidak bisa ikut."

Diam-diam, Gilang bersorak dalam hati.

Dia senang dengan keputusan yang dibuat oleh isterinya. Dengan demikian, ia semakin yakin bahwa sifat istrinya yang berbeda jauh dengan mama mertuanya itu.

'Saras, terima kasih sudah membuat keputusan. Aku harap kamu tidak akan pernah menyesalinya.' Gilang membatin dengan keputusan Saras.

"Mama bisa pergi dengan pacar Mama,” tambah istrinya lagi, “Saras capek dan Saras tidak akan pergi tanpa mas Gilang!"

Mendengar itu, wajah Diana memerah. "Dasar anak bodoh! Lama-lama kamu ikutan sama bodohnya seperti suami sampahmu itu!" makinya kesal. Ia seolah lupa bahwa karena Gilanglah utangnya diputihkan oleh keluarga Gumilang.

Terus saja wanita itu mengoceh dan mendesak Saras supaya mau menemaninya besok malam.

Namun, melihat keteguhan putrinya, Diana mulai menyerah.

"Pokoknya, kamu harus ikut! Ajak saja sampah itu, tapi pastikan dia tidak membuat kekacauan!" putusnya.

Dia terpaksa membiarkan Saras mengajak Gilang besok malam, meskipun sebenarnya dia sangat tidak setuju. Tapi, tidak ada jalan lain, selain menyetujui permintaan Saras.

Setidaknya, biarkan Saras melihat betapa berbedanya Mario dan Gilang yang bodoh ini.

Di sisi lain, Saras tampak terkejut. Namun, ia menyembunyikannya dengan cepat. "Iya, Ma. Saras jamin, Mas Gilang tidak akan membuat masalah di pesta temannya Mama."

Setelahnya, mereka kembali menikmati makan malam.

Sedangkan Gilang sendiri, sudah menyelesaikan makannya. Tapi, Gilang sendiri tidak segera beranjak pergi, sebab masih ingin mengetahui apa yang akan dibicarakan oleh Diana dan Saras setelah makan.

"Sebenarnya, pacarnya Mama itu kerja apa?" tanya Saras tiba-tiba.

Diana tentu saja terkejut mendapatkan pertanyaan tersebut, sebab ia sebenarnya tidak mengetahui secara pasti apa pekerjaannya Surya.

“I–itu kerja ...”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status