Share

Bab 4. Rencana Baru

last update Last Updated: 2023-07-12 23:40:32

Sementara itu, di teras depan, Surya kembali bertanya pada Diana–mengenai rencana mereka selanjutnya, "Bagaimana?"

"Sebaiknya kamu pulang saja dulu, ya? Aku akan membujuk Saras lagi supaya menyetujuinya."

Diana tampak berpikir keras. Sepertinya, ia harus menggunakan cara yang sama, yaitu memaksa Saras untuk segera menikah dengan Mario.

"Tapi, jangan lupa nanti suruh calon menantuku itu mentransfer uang ke rekeningku, ya! Aku butuh uang untuk perawatan bulan ini." Diana berkata lagi.

Cup

Surya segera mengecup bibir kekasihnya itu. "Tenang saja, Sayang. Mario pasti memberimu uang yang banyak, apalagi dia itu kan seorang pengusaha yang sukses. Aku saja mengajukan kerjasama dengannya untuk proyek yang akan datang."

Diana tersenyum lebar mendengar perkataan kekasihnya, kemudian mencium bibir Surya yang sudah menjadi kekasihnya selama 3 bulan terakhir ini.

Kini keduanya saling berciuman tanpa rasa malu, padahal berada di teras depan rumah yang tentunya bisa dilihat dari jalanan depan.

Tapi begitulah memang kelakuan Diana semenjak menjadi seorang janda.

Dia merasa bangga jika bisa mendapatkan kekasih yang lebih muda, yang bisa dipamerkan pada teman-teman sosialitanya.

Padahal, ia juga yang harus menanggung biaya kehidupan Surya, sehingga membuatnya menumpuk hutang yang tidak ada hentinya.

"Tapi, pastikan Saras bisa datang ke acara makan malam besok! Mario ingin perkenalkan lebih dekat dengannya," ucap Surya setelahnya.

Diana pun mengangguk mengiyakan, kemudian tersenyum membayangkan keberhasilan atas rencana yang sudah mereka susun.

***

"Saras, besok malam ikut Mama!"

Mendengar permintaan mamanya, Saras mengerutkan kening, bingung. Wanita itu bahkan menghentikan suapannya. "Ke mana, Ma?" tanyanya.

"Ikut saja, sih! Mama ada undangan ulang tahun salah satu pelanggan butik. Dia juga pengusaha muda yang sukses, biar kamu juga bergaul dengan orang-orang kalangan atas. Jangan hanya mengurus suami sampah mu itu!"

Dengan berkata demikian, Diana melirik tajam ke arah Gilang yang pura-pura tidak mendengar.

"Ta-pi, Saras pastinya capek sepulang kerja, Ma. Lalu, jika kita pergi, siapa yang di rumah bersama dengan mas Gilang?"

Mendengar pertanyaan tersebut, Diana menatap tajam. Dia tidak mau mengajak Gilang, sebab makan malam undangan ulang tahun hanyalah karangannya saja agar bisa mendekatkan Saras dengan Mario. Bisa-bisa, rencananya gagal.

"Ck!” decaknya tanpa sadar, “Gilang biarkan di rumah. Dia bisa bermain-main dengan game tanpa ada yang mengganggu. Lagipula, jika dia ikut justru membuat repot!"

Dengan terang-terangan, Diana tidak ingin mengajak Gilang.

Tapi pada kenyataannya, Saras justru menggeleng-gelengkan kepalanya beberapa kali–tak setuju.

"Tidak, Ma. Saras tidak bisa ikut Mama, jika Mas Gilang tidak ikut," balasnya.

Mata Diana sontak melotot saat mendengar pernyataan anaknya, yang justru menolak datang sendiri.

Mengapa Saras justru ingin mengajak suaminya juga? Padahal, anaknya itu harusnya sadar bahwa Gilang hanya akan membuat repot.

"Maksud kamu apa, Saras? Suami sampahmu itu justru akan mengacaukan acara temannya Mama!" bentak Diana.

Namun, anaknya itu tetap terlihat tenang. "Ya sudah, Saras tidak bisa ikut."

Diam-diam, Gilang bersorak dalam hati.

Dia senang dengan keputusan yang dibuat oleh isterinya. Dengan demikian, ia semakin yakin bahwa sifat istrinya yang berbeda jauh dengan mama mertuanya itu.

'Saras, terima kasih sudah membuat keputusan. Aku harap kamu tidak akan pernah menyesalinya.' Gilang membatin dengan keputusan Saras.

"Mama bisa pergi dengan pacar Mama,” tambah istrinya lagi, “Saras capek dan Saras tidak akan pergi tanpa mas Gilang!"

Mendengar itu, wajah Diana memerah. "Dasar anak bodoh! Lama-lama kamu ikutan sama bodohnya seperti suami sampahmu itu!" makinya kesal. Ia seolah lupa bahwa karena Gilanglah utangnya diputihkan oleh keluarga Gumilang.

Terus saja wanita itu mengoceh dan mendesak Saras supaya mau menemaninya besok malam.

Namun, melihat keteguhan putrinya, Diana mulai menyerah.

"Pokoknya, kamu harus ikut! Ajak saja sampah itu, tapi pastikan dia tidak membuat kekacauan!" putusnya.

Dia terpaksa membiarkan Saras mengajak Gilang besok malam, meskipun sebenarnya dia sangat tidak setuju. Tapi, tidak ada jalan lain, selain menyetujui permintaan Saras.

Setidaknya, biarkan Saras melihat betapa berbedanya Mario dan Gilang yang bodoh ini.

Di sisi lain, Saras tampak terkejut. Namun, ia menyembunyikannya dengan cepat. "Iya, Ma. Saras jamin, Mas Gilang tidak akan membuat masalah di pesta temannya Mama."

Setelahnya, mereka kembali menikmati makan malam.

Sedangkan Gilang sendiri, sudah menyelesaikan makannya. Tapi, Gilang sendiri tidak segera beranjak pergi, sebab masih ingin mengetahui apa yang akan dibicarakan oleh Diana dan Saras setelah makan.

"Sebenarnya, pacarnya Mama itu kerja apa?" tanya Saras tiba-tiba.

Diana tentu saja terkejut mendapatkan pertanyaan tersebut, sebab ia sebenarnya tidak mengetahui secara pasti apa pekerjaannya Surya.

“I–itu kerja ...”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menantu Sampah Pura-pura Bodoh   Bab 133. Tidak bisa diremehkan

    "Hai, tekan dada bagian jantungnya!" seru penjaga, pada napi yang berikan bantuan pertama."Egh! Eh, tetap gak bisa, pak!" teriak napi tersebut, merasa putus asa.Napi-napi lainnya berusaha memberikan pertolongan pertama pada Mario, tetapi sayangnya, kondisinya sudah terlalu parah.Meskipun upaya mereka lakukan sebaik mungkin, Mario akhirnya meregang nyawa dalam keadaan yang menyedihkan. Suasana sel berubah menjadi hening dan penuh duka cita.Pagi harinya, berita kematian Mario telah menyebar ke seluruh lapas. Para napi terkejut dan bingung dengan kejadian tersebut. Beberapa berbisik-bisik dan mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi."Gak nyangka," kata napi yang memiliki kamar di seberangnya Mario."Tapi, apakah tidak ada yang mencurigakan sebelumnya?" tanya yang lain."Apa? Sepertinya tidak ada. Mario, bersikap seperti biasanya tidak ada yang terlihat aneh." Napi yang kebetulan satu ruangan dengan Mario, memberikan jawaban.Beberapa dari mereka mencoba mendekati Rico, yang

  • Menantu Sampah Pura-pura Bodoh   Bab 132. Rencana Tersembunyi

    "Hai, Bos Mario. Saya mendengar Anda cukup terkenal di dunia ini," sapa Rico, yang mencoba mendekati Mario."Heh, siapa yang memberi tahu tentang itu, bocah?" sahut Mario dengan nada sombong."Oh, banyak orang di sini. Mereka bilang Anda punya reputasi yang hebat," terang Rico yang mulai berakting.Kekasih Diana itu memang sengaja menyanjung Mario, agar pria itu percaya padanya. Dengan demikian, ia bisa dengan mudah melakukan rencana yang sudah dibuat oleh Gilang untuknya.Gilang harus berhati-hati, karena rencananya melibatkan tindakan ilegal dan berbahaya. Langkah ini bisa memiliki konsekuensi serius, termasuk hukuman pidana bagi Gilang sendiri jika dia ketahuan terlibat dalam rencana tersebut.Tapi Gilang juga yakin jika Rico mampu melakukan semua hal yang sudah dipersiapkan untuk balas dendam pada Mario."Hm, tergantung perspektif orang sih. Bagaimana denganmu, bocah? Bagaimana kau bisa di sini?" Mario bertanya pada Rico."Hahaha ... Sama seperti banyak dari kita di sini, terjebak

  • Menantu Sampah Pura-pura Bodoh   Bab 131. Harus mau

    "Mama!" Setu Saras, melihat keadaan mamanya yang tidak sadarkan diri."Sayang?" Rico ikutan panik.Situasi semakin rumit. Rico yang memberikan keputusan penting dalam hubungan percintaannya, membuat Diana terkejut dan akhirnya kehilangan kesadaran.Gilang dan Saras saling berpandangan, tak tahu harus berbuat apa. Mereka berdua sangat terpukul dengan kondisi Diana yang seperti ini, namun mereka tetap berusaha untuk menangani situasi dengan bijak.Mereka segera memanggil bantuan dan berusaha meredakan keadaan. Semua ini tidak mudah, tetapi mereka harus bersikap tenang dan bijaksana untuk menghadapi masalah ini.Setelah beberapa saat, Diana akhirnya sadar. Gilang dan Saras masih berusaha menjaga ketenangan."Mama Diana? Mama Diana?" panggil Gilang, mencoba menyadarkan Mama mertuanya."Ma, bangun, Ma!" lirih suara Saras, dengan menekan-nekan telapak tangan mamanya."Kita bawa ke rumah sakit, saja!" ajak Gilang, mengingat kondisi Diana.Saras hanya mengangguk lemah, masih terlihat terpukul

  • Menantu Sampah Pura-pura Bodoh   Bab 130. Sebaiknya Berpisah

    "Hai, sayang. Uluh-uluh ... Mama kangen sama kamu dan Rafi," ungkap Diana, Begitu tiba di rumah Gilang. Wanita itu datang keesokan harinya, setelah mendapatkan undangan dari Gilang kemarin. Diana dan kekasihnya datang ke rumah Gilang, sesuai dengan permintaan dari Gilang."Apa kabar, Ma? Bagaimana keadaan, Mama? Sudah benar-benar sehat?" tanya Saras."Emh ... Mama__""Ma, urusan dengan keluarga korban bagaimana? Mereka tidak mempermasalahkan lagi, kan?"Saras langsung mengajukan beberapa pertanyaan secara bersamaan, tidak memberikan kesempatan pada mamanya untuk menjawabnya satu persatu terlebih dahulu."Mari, kita duduk dulu! Aku juga ingin berbincang-bincang dengan kalian berdua," terang Gilang, mengajak kedua orang yang baru saja datang untuk duduk di ruang tamu."Tentang apa?" Kekasih Diana mengajukan pertanyaan - seperti merasakan tidak nyaman."Tidak ada apa-apa. Aku hanya ingin berbincang-bincang saja," terang Gilang menjelaskan agar Rico tidak curiga.Diana melirik ke arah Sa

  • Menantu Sampah Pura-pura Bodoh   Bab 129. Ternyata Musuh

    "Sayang, mmmhhh ... aku ingin mencari tahu lebih mengenai kekasih muda mama. Aku merasa curiga dengan niatnya mau bersama dengan mama," terang Gilang."Ya, mas. Mungkin sebaiknya kita mencari tahu lebih lanjut agar tidak ada masalah di kemudian hari," jawab Saras, yang tidak pernah setuju dengan kelakuan mamanya.Mereka kemudian bekerja sama untuk mencari informasi mengenai kekasih muda Diana, untuk memastikan bahwa tidak ada yang akan merugikan mama mertuanya dalam hubungan tersebut.Mereka berhasil mengumpulkan beberapa informasi tentang kekasih muda Diana. Ternyata, pria tersebut memang seorang model yang cukup sukses. Namun, Gilang masih merasa bahwa ada sesuatu yang tidak beres."Sayang, aku masih merasa curiga. Mungkin sebaiknya aku bicara langsung dengan mama Diana, atau bagaimana ya?" Gilang meminta pendapat isterinya."Iya, mas. Aku rasa itu adalah langkah yang baik," ujar Saras setelah berpikir.Gilang kemudian menghubungi Diana dan meminta untuk bertemu dengan kekasih mudan

  • Menantu Sampah Pura-pura Bodoh   Bab 128. Curiga

    "Saat ini tim sedang melakukan riset pasar potensial, Mas. Kami akan segera menyusun strategi untuk memasuki pasar baru." Akhirnya Ryan memberikan jawaban."Bagus, Ryan. Pastikan kita memiliki rencana yang matang sebelum melangkah lebih jauh," puji Gilang dengan menepuk Bunda asistennya tersebut."Saya akan memastikan semuanya terencana dengan baik, Mas." Ryan mengangguk patuh.Begitulah Ryan, yang selalu melakukan tugas dari Gilang tanpa banyak protes. Ia akan berusaha untuk melakukan semuanya dengan sebaik mungkin.Gilang juga tidak pernah ragu, apalagi kecewa dengan kinerja Ryan selama ini. Asistennya itu adalah orang yang sangat setia dan jujur. Jadi, tentunya Gilang selalu bisa menjadikan Ryan sebagai andalannya."Bagus, Ryan. Teruskan kerja kerasmu. Kita harus terus berkembang dan menghadapi setiap tantangan dengan baik." Gilang berbicara dengan nada bangga."Tentu, Mas. Saya dan tim, siap untuk memberikan yang terbaik bagi perusahaan ini." Ryan menggangguk - memastikan.Gilang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status