"Kenapa kalian diam, hmm?" tantang Benigno.
Saat ini ada banyak hal yang menjadi pikiran Benigno terkait perampokan ini. Dia sedang tidak baik-baik saja. Apa lagi orang yang telah merampok kasinonya adalah orang yang selama ini ia bangga-banggakan. Capo dei capi.Jadi saat mendengar polisi ini menanyakan tentang hal itu, ia menjadi sensitif karenanya."Maaf, Tuan Ben. Aku rasa Tuan Ben, sudah salah paham pada kami. Kami menanyakan hal itu tidak bermaksud menuduh Kalau Tuan Ben adalah seorang mafia," kilah Danilo."Salah paham bagaimana? Kalian menanyakan itu kepadaku seolah-olah aku mengenal capo dei capi itu. Dan apa kalian bilang tadi? Kalian bilang dia adalah bos dari segala bos mafia? Lalu kalian juga mendesakku untu memberi tahu apa pun tentangnya yang aku tahu. Bukankah dari itu saja sudah kelihatan kalau kalian sedang berupaya untuk mengorek sesuatu dariku? Lalu apa maksud dari semua itu? Kalian menuduhku adalah mafia juga?"BenignEthan meradang setelah mendengar berita perampokan yang terjadi di kasino mertuanya. Alfonso memang sudah sangat keterlaluan. Dia mungkin saja tak tahu kalau kasino itu adalah milik mertuanya Ethan, tetapi dia tidak mungkin tidak tahu kalau Kasino itu adalah milik orang tua Crystal uang yang notabene adalah sahabat dari istrinya itu, kan?"Papa kemana, Crys?" tanya Ethan saat malam itu dia pulang ke rumah namun tak melihat ada Benigno atau pun Jordy di sana.Crystal pun menyiapkan makan malam untuk Ethan. Biasanya meski hubungan mereka agak sedikit aneh, tapi Benigno dan Ethan selalu menyempatkan diri untuk makan malam bersama maupun sarapan bersama. Tapi kali ini ruang makan kosong tanpa kehadiran Benigno."Owh, itu ... Papa berangkat ke Catania," jawab Crystal ia membantu Bertha untuk menyiapkan makan mereka."Catania?""Hum. Kau sudah tahu kalau Mensina Casino Cabang Via Agrigento dirampok? Aku sengaja tidak memberi tahumu. Aku tidak m
Arabella salah tingkah mendengar Crystal."Crys, ehm ... kau jangan mengambil hati kata-kataku itu, hum? Aku tidak serius waktu itu," ucap Arabella.Crystal komat-kamit seolah menirukan Arabella bicara."Aku rasa sebaiknya kita berdamai saja, Crys. Bagaimanapun tak akan lama lagi, aku dan ayahmu akan menikah ....""Berdamai? No! Bagaimanapun ceritanya, apa pun yang terjadi, aku tetap tidak akan berdamai denganmu. Dan dengar ya, Jalang! Kau mungkin telah berhasil menggoda ayahku agar mau menikahimu! Tapi jangan berpikir untuk memiliki sepeserpun dari hartanya!" kesal Crystal."Hei, Crys! Kenapa kau harus berbicara seperti itu?" tegur Ethan."Ethan, kenapa kau membelanya? Apa saat aku tidak ada dia juga merayumu?" Crystal tak terima."Astaga, Crys. Kenapa kau berkata seperti itu? Tentu tidak, Mia Cara. Tapi kata-katamu itu sedikit keterlaluan!" Arabella bangkit dari duduknya."Tidak apa-apa, Ethan. Aku t
"Sudah di sini saja!" pinta Arabella.Ethan pun meminggirkan mobilnya dan melihat mereka saat ini ada di depan sebuah gang sempit di area bukit yang dipenuhi dengan pemukiman warga. Ya, seperti pada umumnya pemukiman penduduk kaum menengah ke bawah warga Sisilia.Arabella membuka pintu mobil, begitu pun dengan Ethan. Pria itu kini berjalan ke belakang menuju bagasi mobil. Ia mengambil koper Arabella dari sana."Terima kasih Ethan," jawab Arabella."Aku akan mengantarmu hingga ke depan pintu rumah yang akan kau tuju!" kata Ethan.Arabella menggelengkan kepalanya."Itu sama sekali tidak perlu. Aku bisa sendiri."Ethan tak menghiraukan melainkan kini malah memanggul koper itu."Ayolah, aku tidak suka menawarkan sesuatu hingga berkali-kali. Lagi pula jika rumah yang kau tuju berada di atas bukit ini bukankah akan sangat melelahkan jika kau kau ke sana sambil membawa koper? Biar aku mengantarmu hingga ke atas." Etha
Mereka masih mengobrol ringan hingga kini mereka berada di pertengahan pemukiman bukit, melewati jalan-jalan sempit yang dipenuhi rumah-rumah warga dengan mode kuno dan pemukimannya pun antara satu dengan rumah yang lain dibuat rapat dengan jalan-jalan gang yang sempit.Ya sekali lagi seperti halnya kebanyakan rumah warga di Sisilia."Tolong! Tolong aku, Tuan! Kami akan mengganti kerugian Anda dan mobil yang tak sengaja ditabrak oleh ayahku. Tapi aku mohon jangan ... aku mohon jangan menyakiti ayahku!" Terdengar suara seorang perempuan dari jarak sekita sepuluh meter dari tempat Arabella dan Ethan berada. Dan itu mau tidak mau menarik perhatian Ethan dan Arabella."Kalau kau punya uang bayar sekarang! Jangan hanya tahu menabrak mobil orang. Tapi bingung cara membayarnya sekarang!" Kini terdengar lagi seorang laki-laki menjawab perkataan perempuan itu dengan bentakan.Diam sejenak. Ethan dan Arabella berusaha mengabaikan pertengkaran orang itu. Lag
"Bedebah!!!" teriak salah seorang dari pria itu sambil menyerang Ethan.Perkelahian antara Ethan dan penagih hutang yang tak sengaja ia temui bersama Arabella berujung pada perkelahian dengan jumlah tak seimbang. Empat orang lawan satu. Tadinya perkelahian hanya antara Ethan dan seorang saja. Namun kini teman-temannya juga ikut pula membantu."Hiiiiatt!!" Seseorang hendak meninju Ethan namun pria itu cepat menangkisnya. Untung saja kepalan tinju itu tak sempat menghantam wajah tampan itu. Kalau tidak Crystal akan semakin mengomel nanti jika tahu Ethan berkelahi lagi.Ethan menangkap tangan orang yang akan memukulnya dan memelintirnya, sebelum ia kemudian membuat gerakan seolah mematahkan sepotong kayu di atas pahanya."Argggh!!! Sakiiit ... sakiit!!" jerit pria itu."Begitu saja sudah sakit? Bagaimana kalau dengan yang ini?"Ethan kini menghempaskan tubuh pria itu dengan keras di atas jalan beton pemukiman dan menginja
"Ya Tuhan, aku kira kau semakin tua, ternyata kau semakin kekanakan," cibir Ethan sambil menepuk-nepuk punggung orang tua yang sedang memeluknya erat itu."Itu karena aku merindukanmu, Capo!"Armando memukul punggung Ethan balik dengan agak keras. Ethan hanya tertawa."Capo, dia siapa? Apa dia kekasihmu?" Perhatian Armando beralih pada Arabella yang masih melongo melihat Ethan."Oh, bukan. Dia calon mertuaku."Spontan Armando melihat pada Arabella dari ujung kaki hingga ke ujung rambut."Calon mertua? Capo! Jangan bilang kalau .... kau adalah pedofil?" Armando menatap Ethan dengan tatapan memicing.Mendengar kata-kata Armando, Ethan menjadi tertawa karenanya."Pedofil apa? Hahaha! Kau jangan memfitnahku, Armando!""Kalau bukan kenapa calon mertuanya Capo begitu muda? Apa dia sudah berumur namun awet muda?""Hey! Aku tidak setua itu!" celutuk Arabella. "Hahaha, bukan. Dia Ara
Armando kembali Memandang Ethan dan Arabella bergantian."Oh, lalu untuk apa nyonya ini ada di sini?" tanya Armando."Owh, itu ... aku tadi bermaksud mengantarnya ke rumah ibu angkatnya karena kebetulan Papa Ben sedang tidak ada di sini," kata Ethan.Armando mengangguk-angguk paham."Owh, baiklah. Tapi aku kecewa kau tidak mengundangku ke pesta pernikahanmu, Capo!" Armando pura-pura marah."Bagaimana aku bisa mengundangmu kalau aku bahkan tidak tahu kau ada dimana? Kau menghilang sejak kau pensiun dari dunia mafia. Kau tak lagi bisa dihubungi. Jadi harusnya akulah yang kecewa dan sedih karena sekarang aku tak lagi pantas berteman dengan orang yang yang sudah menjauhi dunia hitam," kata Ethan dengan raut wajah pura-pura sedih.Ah, sebenarnya bukan pura-pura. Yang sebenarnya dia merasa sungguh-sungguh bersedih. Dia bangga pada Armando yang kini telah memutuskan untuk menjauhi dunia para mafia."Capo, jangan seperti itu. Ak
Seusai mampir dari rumah Armando,Ethan pun kembali mengantarkan Arabella menuju rumah ibu angkatnya."Jadi, apa maksudnya itu tadi?" tanya arabella di tengah-tengah jalan."Maksudnya apa?"Arabella berdecak sebal."Ethan! Aku serius, sebenarnya apa yang kau sembunyikan? Orang itu tadi ... siapa namanya? Armando? Kenapa dia memanggilmu Capo?" tanya Arabella lagi dengan rasa penasaran yang tinggi."Oh, itu ...." Ethan menarik napas dalam. Bertambah lagi orang yang akhirnya mengetahui identitasnya."Arabella, bisakah aku memintamu untuk merahasiakan hal ini dari siapa pun?" pinta Ethan.Arabella menyipitkan matanya dengan licik."Tergantung. Kau harus ceritakan dulu tentang apa yang terjadi sebenarnya baru aku pertimbangkan, aku bisa membantumu atau tidak."Ethan menghentikan langkah kakinya sejenak dan membiarkan saja Arabella berjalan di depannya. Sadar Ethan menghentikan langkahnya, Arabella p
"Massimo!! Tolong!! Tolong aku!" Massimo menajamkan indera pendengarannya ketika ia mendengar suara Crystal seperti berteriak dari arah belakang rumah Benigno."Suara siapa itu? Itu suara nyonya Crystal, kan?" tanya Massimo pada anak buah Benigno yang akan menutup pintu pagar rumah megah itu."Kau salah dengar!" jawab anak buah Benigno itu sambil melanjutkan niatnya untuk menutup pintu pagar."Massssimoo!! Tolong aku?!! Kau mendengarku?" Massimo kembali menatap anak buah Benigno itu dengan pandangan menuduh. Salah dengar katanya? Salah dengar apa? Jelas-jelas itu adalah suaranya Crystal. Memang tidak terlalu nyaring, sebab posisi kamar Crystal berada di lantai dua dengan balkon menghadap samping dan belakang rumah."Itu suara nyonya Crystal," kata Massimo.Anak buah Benigno itu buru-buru merapatkan pintu pagar mendengar kembali suara anak perempuan majikannya itu. Tetapi belum sempat ia mengunci kembali pagar itu, Massimo menahan pagar itu dengan kakinya sehingga yang tadinya pagar
Massimo melihat pada jam tangannya, lalu pandangan pun beralih ke dalam pekarangan rumah Benigno Mensina. Rasanya sudah dua jam Crystal dan Clarissa berada di dalam sana dan sampai saat ini sepertinya belum ada tanda-tanda wanita itu akan keluar dari kediaman ayahnya itu.Apakah istri bosnya itu masih lama di dalam? Sebenarnya berapa lama lagi Massimo akan menunggu? Bagaimana kalau Crystal masih lama, atau sampai malam belum mau pulang juga? Atau bahkan sampai memutuskan untuk menginap di sana? Apa Massimo harus menunggunya dengan hanya duduk di atas sepeda motor seperti ini? Ck! Sungguh menyebalkan istri bosnya ini. Bagaimana bisa capo dei capo tahan dengan wanita seperti itu? Tak henti-hentinya Massimo mengumpat dalam hati. Andai Crystal bukanlah istrinya Ethan, sudah pasti Massimo akan meninggalkan saja wanita itu.Di dalam kamar, Crystal pun sedari tadi tak hentinya berpikir keras agar ia bisa keluar dari kamarnya. Dia telah berteriak-teriak memanggil-manggil Bertha dan bebera
Crystal yang sudah akan melangkahkan kakinya kembali membalikkan badannya saat mendengar seruan dari Benigno. "Ya?" Ia menatap ayahnya tak percaya."Papa bilang, siapa yang mengizinkan kau pergi dari sini?"Crystal mengedip-ngedipkan matanya tak mengerti."Apa maksud Papa berkata seperti itu? Kenapa aku butuh izin untuk keluar dari sini? Aku ingin pulang. Terus terang saja, sebenarnya tadi aku tidak diizinkan oleh Ethan datang kemari. Tetapi karena na aku sangat ingin berbicara dengan papa tentang hubungan keluarga kita, aku sampai memelas-melas minta izin padanya agar memperbolehkan aku datang ke sini. Tetapi Papa lihat ini? Sepertinya hubungan kita tidak dapat dibicarakan lagi. Dan aku tidak mau berpisah dari suamiku. Aku akan ikut dengannya kemanapun dia pergi," kata Crystal.Benigno tertawa kecil, sebelum kemudian akhirnya dia memasang wajah datar dan serius."Aku tidak butuh izin dari siapa pun untuk menahan putriku tetap tinggal bersamaku. Crys, Papa tidak mengizinkan kau untuk
"Crys, apa kau tak bisa berbicara sedikit lebih sopan lagi?" tanya Benigno menjawab perkataan putrinya itu."Untuk apa? Untuk apa aku berbicara lebih sopan pada orang yang berniat merusak hubunganku dengan suamiku. Dan maaf ... Tuan Marlon, apa kau tak punya wanita lain untuk bisa kau kencani sehingga kau harus mendekati ayahku agar bisa menikahi wanita yang telah bersuami? Sungguh kau orang yang seperti itu? Atau apa kau memiliki gangguan disfungsi seksual sehingga kau tidak memiliki kemampuan untuk mendekati wanita lain?" tuduh Crystal dengan nada mengejek."Crystal, aku rasa kau salah paham padaku. Aku sama sekali tidak berniat merusak hubunganmu dengan Ethan. Bagaimana bisa kau berpikir seperti itu? Bukan hanya kau, tetapi aku juga tidak begitu terlalu mengingatmu. Kita sebagai tetangga pun hampir tidak pernah bertegur sapa dan aku sangat tahu dengan jelas kalau kau adalah istri dari Ethan dan memiliki seorang putri, jadi tidak mungkin aku berniat seperti yang kau tuduhkan," k
Belum Bertha menjawab pertanyaan Crystal itu, dari arah tangga telah terdengar suara Benigno dan Arabella yang sedang menuruni anak tangga menuju lantai bawah. Rupanya saat Arabella ingin memanggilkan Benigno tadi, suaminya itu telah siap sedia menyambut tamu istimewa yang mereka undang untuk makan siang.Saat melihat Crystal, Benigno sempat termangu karena putrinya itu ternyata ada di rumahnya tanpa diundang."Sayang, Ben .... aku hampir lupa mengatakan padamu, kalau ada Crystal yang berada datang ke sini. Dia sepertinya sangat dekat sekali dengan ayahnya hingga kamu belum mengatakan apa pun padanya dia seperti telah punya kontak batin untuk datang kemari. Apa ini yang dikatakan jodoh, Ben?" Arabella sambil bergelayut manja di lengan Benigno, tak lupa pula untuk memprovokasi suaminya itu dengan putri semata wayangnya. Sebenarnya Arabella tidak punya niat buruk apa-apa mengatakan itu. Ia hanya ingin mengganggu Crystal saja. Ingin melihatnya marah-marah seperti saat wanita itu itu mas
Crystal tiba di rumah ayahnya, Benigno Mensina diantar oleh Massimo setelah ia mendapat izin dari Ethan. Begitu sampai di depan rumah ia pun segera turun dari sepeda motor matic yang dibawa oleh anak buah suaminya itu. Tak lupa pula ia menurunkan Clarissa."Kau pergilah sekarang, aku sudah berada di depan rumah ayahku saat ini. Jadi kau tak perlu lagi repot-repot menjagaku. Aku akan aman disini," kata Crystal."Tidak bisa begitu, Nyonya. Aku ditugaskan oleh Capo menjaga keselamatan Nyonya dan Clarissa," kata Massimo lagi."Ya Tuhan, sebenarnya apa maumu? Apa yang kukatakan tadi kurang jelas? Aku bilang ini adalah rumah ayahku. Kau tidak lihat ada berapa orang bodyguard ayahku yang berjaga di sana? Mereka semua yang akan menjagaku di sana!" kaya Crystal dengan kesal."Tetap saja aku harus ikut ke dalam, Nyonya. Tugasku adalah untuk mematuhi perintah dari Capo. Memastikan Nyonya selamat sampai kembali lagi ke rumah di Golden Time Residence," kata Massimo."Astaga, kau benar-benar menye
"Nyonya, anda mau kemana?" tanya Massimo saat dia melihat Crystal keluar dari dalam rumah dengan membawa Clarissa.Tentu saja Massimo heran akan kemana istri bosnya ini pergi padahal tadi sebelum Ethan meninggalkan rumah, bosnya itu sempat berpesan padanya untuk mengawasi anak dan istrinya agar tidak pergi kemana-mana."Aku ingin pergi ke rumah ayahku. Sebelum sore aku pasti sudah kembali," jawab Crystal sambil memeriksa barang di tasnya siapa tahu ada yang ketinggalan."Maaf, Nyonya. Capo bilang anda tidak boleh kemana-mana. Saya tidak diizinkan untuk membiarkan anda pergi," kata Massimo dengan tegas. Mendengar kata-kata dari Massimo tak urung membuat wanita itu menjadi gemas. "Dengar! Aku tahu kau adalah anak buahnya suamiku dan kau menurut pada perintahnya. Tetapi ini adalah urusanku sendiri. Kalau kau mencegahku itu saja dengan kau melewati batas. Kau tahu? Itu keterlaluan. Tolong pergilah. Urus saja pembangunan pos itu agar cepat selesai!" balas Crystal.Ia pun lalu duduk di k
"Selamat pagi, Crys?" sapa Ethan saat melihat Crystal sudah menyiapkan sarapan mereka di meja makan."Owh, Ethan, kau sudah bangun?" Crystal menghampiri Ethan dan memberi kecupan selamat pagi pada suaminya itu. Ethan pun membalas meski hanya sekedarnya."Kau mau kemana, Crys?" tanya Ethan heran melihat Crystal yang sepagi ini telah bangun dan menyiapkan segala sesuatunya Untuk beberapa kali ketika mereka masih tinggal di kediaman Benigno Mensina, Crystal memang sempat bangun pagi dan menyiapkan segala keperluan Ethan saat pria itu ingin berangkat bekerja. Namun sepertinya hal itu ia lakukan hanya demi agar bisa menarik perhatian suaminya itu ketika mereka mulai saling terbuka tentang perasaan mereka masing-masing. Toh pada akhirnya Crystal tetap kembali ke kebiasaannya yang lama, yaitu bangun siang meski tidak separah dulu.Itu sebab Ethan merasa heran melihat Crystal telah bangun dan menyiapkan keperluan mereka. Clarissa juga tampaknya telah selesai mandi dan sedang duduk manis di
Di saat Ethan pulang ke rumahnya di Golden Times Residence, ia disambut pemandangan beberapa orang yang sedang membangun sebuah pos kecil di samping pagar."Capo, kau pulang? Dimana mobilmu?" sapa Massimo heran saat melihat bosnya itu pulang hanya dengan memakai taksi online. Kepala pria itu celingak-celinguk memperhatikan ke arah jalan dari sebelah mana tadi Ethan datang. Dia berpikir siapa tahu saja, mobil yang tadi pagi Ethan bawa sedang mogok dan diderek hingga ke perumahan Golden Time Residence. Tetapi akhirnya hingga beberapa detik ia menunggu, tak ada mobil lain yang datang menyusul di belakang.Mendengar pertanyaan dari Massimo itu, Ethan hanya berdecak. Ia tak mungkin menjelaskan pada Massimo kalau mobil yang biasa dipakainya adalah disita oleh mertuanya."Ck! Kita bahasa itu lain kali. Mulai hari ini hingga ke depannya, aku tidak akan lagi memakai mobil itu," kata Ethan.Massimo yang tidak pengertian, malah semakin bertanya heran."Tapi kenapa? Kenapa mobil itu tidak dipak