"Bukan, bukan, bukan!" sela Romano cepat. "Aku hanya heran. Aku juga baru-baru ini disekap oleh anak buah capo dei capi, mereka membawaku selama 14 hari ke tempat yang aku tidak tahu tampa sedikit pun aku bisa melihat sinar matahari. Kau lihat ini?"
Romano menunjukkan keadaan kakinya yang kini sedang duduk di kursi rodanya."Wanita itu, tangan kanan capo dei capi itu yang menembak dan membuatku seperti ini," kenangnya sambil menunjuk kakinya.Andrew mulutnya sampai menganga mendengar pengakuan Romano."Wanita? Tangan kanan capo dei capi adalah wanita? Lalu bagaimana? Dia menembakmu? Bagaimana bisa? Kau jangan mengada-ada. Tak mungkin seseorang seperti capo dei capi itu menggunakan wanita sebagai tangan kanannya!" Andrew berusaha untuk tidak percaya."Kau tidak percaya?" balas Romano yang sepertinya kali ini ganti merasa tersinggung. "Aku tidak bohong. Peluru yang ditembakkannya bahkan hampir menembak aset pribadiku ... ah, sialan itu! KaGustave menatap was-was Sherman yang sedang menggenggam granat tangan atau yang biasa disebut juga dengan granat nanas."Kau berani?" tanyanya tak bermaksud menantang. Gustave hanya ingin mengira-ngira seberapa besar kemungkinan Sherman bersungguh-sungguh ingin melempar granat itu kepada mereka. koSherman tertawa kecil."Kenapa? Apa kau takut?" ejek Sherman Dengan gerakan pura-pura akan melempar granat tangan, Sherman berusaha menakut-nakuti pihak musuh, yakni Gustave sebagai pemimpin sementara Aquila Nera yang disuruh Ethan untuk mewakilinya sementara dia berusaha menyelamatkan anak-anak buahnya yang sedang disekap di ventra della Terra."Takut? Kenapa aku harus merasa takut? Jika gak berani melempar granat itu di sini, bukankah kau dan orang-orangmu juga akan terkena dampaknya. Kita sedang berada di indoor, bukan berada di luar ruangan, kau tahu?" kekeh Gustave."Owh, ayolah! Saat ini pun kami sedang terdesak, jadi menurutmu kenapa aku harus lagu melemparkan granat ini pada kalia
Ethan terus mendekati Julia tak menghiraukan seruan gadis yang sedang mengacungkan pistol ke arahnya itu. Mereka saling dapat melihat kini akibat bantuan senter yang berada pada Fabiano.Merasa Ethan tak mempan diberi peringatan, Julia pun bersiap menarik pelatuk senjatanya untuk menembak Ethan. Tak ade yang lebih penting saat ini selain mencoba melindungi dirinya sendiri. Berlindung dari serangan balik Ethan sebagai pemimpin dari Aquila Nera yang telah berani dia khianati dan usik ketentramannya akhir-akhir ini."Diam di tempatmu, Ethan! Atau aku tidak akan segan-segan menembakmu!" seru Julia dengan penuh ancaman. Napasnya kini tersengal-sengal akibat menahan sakit pada betisnya yang ditembak oleh Ethan. Peringatan terakhir yang diserukannya itu agaknya tidak berpengaruh apapun pada Ethan, pria itu tetap memaksa maju, hingga akhirnya satu tembakan terpaksa dilepaskan oleh Julia pada mantan bosnya itu. DOOOR!!!Ethan berhasil menghindar, namun tampaknya dia sudah tidak punya kesabar
"Kalian sialan!!" umpat Julia. "Apa kalian pikiranku tidak akan jadi menembak jika di sini gelap?"Julia hendak berbalik arah ke tangga, untuk membuka pintu masuk ke ventra della terra menjadi lebih lebar lagi agar pencahayaan dari atas bisa masuk lebih banyak. Ah, iya. Bukankah ada saklar lampu juga di dekat tangga paling atas? Sebaiknya dia nyalakan saja agar semua terlihat semakin terang.Sungguh sialan, karena buru-buru ke sini, begitu dia mendengar keributan di depan Nido, Julia bahkan lupa membawa senter. Yang terpikir olehnya tadi hanya membawa senjata yang bisa dipakai untuk mencelakai Ethan dan anak buah Aquila Nera yang ingin kabur dari penjara bawah tanah ini.Sementara Julia berjalan menuju tangga paling atas dan suasana menjadi lebih gelap tanpa sinar yang tadi menerangi dari senter milik Ethan dan Fabiano, pria itu, Fabiano ingin memanfaatkan momen itu untuk melumpuhkan Julia. Tangannya menarik pistol yang dia selipkan di pinggangnya, hasil dari menjarah barang-barang mi
"Julia?"Dalam kegelapan Ethan melihat Julia yang turun dari tangga Nido ke Ventra della Terra. Cahaya dari senter yang melekat di kening Ethan itu dapat menangkap dengan jelas sekarang, bagaimana situasi gadis itu ketika dia menuruni tangga."Sudah kuduga kau pasti akan datang untuk menyelamatkan anak-anak Aquila Nera," kata Julia. Di tangannya dia menggenggam senjata api berjenis revolver.Perempuan itu dengan rambut tergerai dan penampilan yang santai hingga akhirnya ia berhasil menjejakkan kaki di lantai ventra della terra."Julia." Ethan menghela napas panjang melihat wanita itu. Masih tak habis pikir Ethan dengan apa yang telah dilakukan oleh Julia mengkhianati kelompok mereka hanya untuk bergabung dengan The Monster."Ya, ini aku. Kenapa? Apa kau pikir aku tidak akan tahu kalau kau pasti akan melewati jalan darurat untuk masuk ke sini dan menyelamatkan mereka?" kata Julia dengan senyum sinis. Tangannya kini mengangkat senjata itu hingga sejajar bahu.Ethan tertawa kecil mende
"Satu, dua .... dorong!!!" Ethan mengintruksikan Fabiano untuk mendorong bersama-sama batu besar itu dengan suara yang tidak begitu keras."Hiiiaa .... sedikit lagi, Capo!" kata Fabiano.Batu besar itu mulai bergeser. Mereka semakin bersemangat mendorongnya."Satu, dua, dorong .... hiiaaa!!" suara seruan tertahan terdengar dari mulut keduanya ketika mendorong batu penghalang pintu darurat Ventra della Terra itu.Greggg!!! Greeeggg!!"Sudah, sudah, Fabiano! Aku rasa cukup begini saja. Kalau kita mendorongnya terlalu keras, yang ada batu ini akan menggelinding dan jatuh ke bawah tebing. Begini saja, asal tubuh kita bisa masuk ke dalam celah ini cukup bagi kita untuk masuk ke ventra della terra," kata Ethan."Huft ... hufft ... "Fabiano terlihat mengatur napas begitu mereka berhasil menggeser batu itu agar mereka bisa melewati celahnya."Akhirnya berhasil juga, hufft! Tapi Capo sebenernya aku heran juga kenapa harus diletakkan batu sebesar itu di sini, atau yang menjadi pertanyaanku ada
Di ruang utama Nido di Aquila Nera, perkelahian Sherman dan Moise berlangsung cukup lama karena teman-teman mereka tidak segera melerai kedua orang dewasa yang sedang baku hantam itu. Mereka baru bertindak melerai Moise dan Sherman setelah keduanya hampir babak belur karena satu sama lain."Sherman!! ... Moise! Jangan begini! Berhenti! Berhenti!" teriak salah seorang teman mereka yang terlihat berusia lebih tua dari keduanya.Keduanya tak lantas berhenti hanya karena diminta berhenti oleh orang lain. Yang ada keduanya malah semakin bernafsu untuk memenangkan perkelahian itu."Sherman, sudah! Berhenti saling berkelahi seperti ini. Tidak akan baik kalau Capo sampai tahu kalau ada di antara kita yang berkelahi seperti ini," tegur pria itu lagi sambil mencoba membatasi ruang gerak Sherman dengan cara memeluknya."Tidak! Lepaskan aku, Luca! Aku ingin memberi pelajaran pada pria sialan dan tidak tahu diri ini. Berani-beraninya dia menuduhku ingin mencari muka kepada Capo. Memangnya dia piki