Hans sudah lama berkenalan dengan Dokter Richard, jauh sebelum dia menduduki jabatan kepala di kawasan Raeburn Place –sebuah desa kecil dengan berbagai macam gaya arsitektur kuno dan menjadi pusat perbelanjaan turis yang 10% labanya akan disumbangkan kepada orang-orang kelaparan di Afrika.Hampir setengah jam lebih mereka duduk sambil menduga. Melvin yang mengantuk, tertidur pulas di dekat kursi kerja Dokter Frans dengan bantalan tas ransel hitam.Di dalam ruangan ini, Davin melepas jaketnya karena suhu ruangan tidak terlalu dingin sebab AC yang menggantung di langit-langit.“Seingatku dulu, Tuan Besar Juta langsung turun tangan dalam membantu mengusut kasus ini.”“Maksudmu ayahku mengetahui tentang ini semua?”“Hmm, kurang lebih begitu. Kenyataan yang mungkin tidak diketahui Dokter Frans, mungkin ayah Anda mengetahuinya. Yaa, mengingat jabatan dan intel yang dimiliki Tuan Besar Juta, tidak mustahil jika beliau mengetahui segalanya.”“Kau benar, Hans, niatku untuk kembali ke istana se
Dokter Frans sedikit gopoh melihat kecurigaan Davin. “Tidak, Tuan, dia hanya sedikit kedinginan dan membuat tubuhnya menggigil, bukan takut.”Setelah itu, Davin pamit ke kamar mandi untuk menuntaskan hajatnya. Saat itulah Hans bisa bernafas lega dan menepuk-nepuk pundak Dokter Frans.“Coba saja Davin sadar, entah dia akan mempercayaiku lagi atau tidak,” ucapnya pada Dokter Frans. “Luka lama yang belum sepenuhnya tertutup.”“Aku paham, Hans, tentang sindikat narkoba itu kan? Jujur aku sudah mengetahui semua tentangmu. Sembari bekerja, aku juga mencari informasi tentang keterlibatanmu dalam kasus 22 tahun silam.”Sesuatu disembunyikan mereka berdua dan Davin tidak mengetahuinya.Hans menarik nafas berat, seberat beban rasa bersalahnya kepada Davin yang selama ini sudah sangat berjasa untuk kehidupannya di Raeburn Place, terutama Tuan Besar Juta yang membuatnya terpandang di salah satu kawasan presitisius Edinburgh itu.“Jujur, aku hanya sebagai pemeran pengganti waktu penculikan itu. Se
Langit Edinburgh pagi ini sedikit mendung.Dengan datangnya musim dingin dan ditambah sinar matahari tidak bisa menembus awan tebal di langit-langit, suhu udara menurun drastis dan dinginnya menusuk-nusuk sampai ke tulang.“Hey, Son, long time no hear your voice,” sambut Prince Eiduart, ayah kandung Davin yang ternyata masih hidup dan keberadaannya dirahasiakan oleh Nayama.“Urusan sepenting apakah yang membuatmu langsung meneleponku tanpa perantara Melvin seperti yang biasa kau lakukan?”“Hah? Jangan bercanda! Lima belas tahun aku mengetahui fakta bahwa kau sudah meninggal dan sekarang kau bertanya demikian? Ironi sekali! Aku sudah menunggumu, lama sekali. Kenapa? Kenapa kau tega membiarkan anak umur tujuh tahun tumbuh bukan di bawah asuhan orang tua, melainkan kakek sendiri?”Prince Eiduart tertawa mengejek, menyadari jika anaknya melempar sebuah majas ironi karena tidak bertanya kabar terlebih dahulu setelah lama tidak bertemu dengannya.“How are you, my Little Prince? Hahaha, suda
Waktu sudah menunjukkan pukul lima belas pagi dan tidak ada seorang pelayan yang menghampiri mereka untuk bertanya tentang pesanan tambahan atau sekedar menyapa.Untuk kafe sekelas ini, Davin dapat membelinya dengan satu kedipan mata.“Aku muak sekali. Pelayan itu sepertinya menganggapku tidak punya uang. Segera bayar dan kita akan sarapan pagi di George Street, New Scotlandia.”Davin berjalan lebih dulu meninggalkan Melvin yang membayar semua pesanan dengan uang cash. Ia yang melewati pintu keluar, tidak mendapat sambutan apapun dari greeter atau ucapan terima kasih telah berkunjung.Dari pakaiannya yang sangat sederhana –sebuah hoodie biasa yang dibalut dengan celana hitam panjang yang dibelinya saat perjalanan kesini, mungkin pelayan hanya menganggapnya sebagai sopir atau sebatas bodyguard karena badannya yang ideal dan agak kakar.Berbeda saat Melvin berjalan. Ia yang menggunakan tuxedo lapis tiga untuk meminimalisir hawa dingin, mendapat sambutan hangat ketika melewati dua greete
“I’m Davin, the son of Prince Eiduart,” ujar Davin pada security penjaga pos untuk parkir mobil. “Seingatku, di sini ada tempat parkir khusus untuk keluarga darah biru.”Baru kali ini Melvin mendengar Davin menyebut identitasnya langsung di hadapan orang asing. Bahkan, setelah belasan tahun dia bersahabat dengan pria itu.“Percayalah, Melvin, ini adalah bar legendaris dengan pelayanan terbaik di Edinburgh,” santai Davin.“It’s amazing, so beautiful!” kata Melvin, dia mulai melirik seluruh isi bar.“Aku belum pernah melihat ornamen dan tata letak tempat seperti ini. Dari depan, aku bisa menduga jika sang perancang memadukan arsitektur Inggris kuno dan modern dengan tangan dinginnya.”Jalan-jalan dan travelling tentu menjadi pilihan mereka berdua dikala bosan. Berkunjung ke museum, melihat situs bersejarah kuno, hingga langsung ikut penelitian tim sains Edinburgh University pun juga pernah mereka lakukan.Masa muda yang indah. Davin memiliki harta, sedangkan Melvin memiliki channel dan
Gambar kertas dengan beberapa tulisan kecil di dalamnya. Saat dizoom, ia menyadari jika itu kode rahasia yang dikirim melalui Andre. Sepertinya, Prince Eiduart benar-benar berangkat menemui Davin sore nanti.Davin seperti menyindir ayahnya sendiri dan seluruh harta kekayaan keluarga.Jujur, ia termasuk orang yang beruntung terlahir dengan darah biru, tetapi ia nampak tidak begitu senang. Baginya, kebahagiaan bukanlah sebatas harta benda belaka.Tip diberikan kepada waitress. Tidak lupa, Melvin menitipkan kartu namanya –yang tertulis jika dia adalah ajudan pribadi dari keluarga Nayama –dan menyuruh waitress itu memberikannya pada perempuan cantik yang sedari tadi ia perhatikan.Sebelum beranjak dari tempat duduknya, Melvin sempat melirik ekspresi terkejut perempuan waitress itu, belum lagi ada cap nama Davin disana.“Be-benarkah ini? Aku tidak bermimpi, kan? Menjamu Tuan Muda Nayama adalah salah satu prestasi terbesar dalam hidupku. Beruntung. Aku sungguh beruntung!” Ucap perempuan itu
“Mommy,” pandang Davin pada wajah ibunya yang mulai keriput dan tua, kemudian mengelusnya dengan punggung tangan kanan. Sangat lembut. “Maafkan aku karena sudah membiarkanmu tersiksa dan tidak bisa memberitahu kabarku secara langsung.”Nessa masih tegar. Ia menepuk pundak anaknya dan berdiri, menggandeng Davin ke lantai satu dan keluar lewat pintu belakang. “Mari, Davin, ibu ingin menunjukkan sesuatu untukmu.”Davin menoleh ke belakang, mencari-cari Melvin yang tiba-tiba menghilang. Ia tidak kuasa menahan tarikan ibunya yang semakin kencang tapi halus, mengajaknya turun ke lantai satu.Pintu belakang dibuka dan ledakan aroma langsung menyerang.Sebuah kebun luas dengan berbagai jenis bunga ada disana. “Hiburanku sembari menunggu kepulanganmu ke rumah adalah merawat seluruh kebun ini.Sebelum kau ingat tentang istana ini, ibu sempat bersembunyi selama beberapa tahun. Namun, sejak insiden penembakan di Bukit Be
Davin kini menyimak kisah masa lalu Nessa yang membuat perempuan paruh baya itu kuat untuk berada di rumah selama lima belas tahun penantian.Sama seperti saat ini, kala itu ayah Nessa duduk sendiri di lounge bandara yang menunggu keberangkatan pesawat ke London. Tiba-tiba saja ada seorang anak muda menghampiri dan menyapa.“Hendak ke London, Pak? Sendirian?”“Iya,” senyumnya masam menjawab pertanyaan pemuda itu. “Kerja apa, Mas?”“Apa adanya, Pak, semua kerjaan saya lakukan. Ya, serabutan gitu,” sahut anak muda itu sekenanya.“Enak ya, Mas, kerja serabutan tapi mapan,” senyum ayah Nessa mengembang. “Kalau saya orangnya mapan tapi jiwanya serabutan.”Setelah itu, ayah Nessa mengisahkan tentang keluarganya. Istrinya sudah meninggal tepat saat Nessa –ibu Davin –dilahirkan. Ia juga memiliki dua orang anak yang juga mapan. Gap usia Nessa dengan dua kakaknya inila