Pesawat terasa seperti terganjal oleh awan-awan hitam.“Semua diharap tenang. Kita sedang melewati badai yang tidak bisa diperkirakan. Pelampung ada di bawah kursi dan harap berdoa dalam hati masing-masing.”Suara pramugari memenuhi ruang pesawat.Davin hanya memejamkan mata dan mengikuti semua saran dari pramugari.Berbeda dengan Melvin, ia nampak tenang dan sudah siap ketika pesawat tiba-tiba jatuh.Hampir sepuluh menit sejak pesawat seperti sedang digoyang-goyang karena awan tebal hitam dan badai langit, matahari mulai tampak dari kejauhan.“Syukurlah, kita sudah aman.”“Apa aku kata, tidak perlu takut. Ini hanya awan hitam biasa dan pilot pasti sudah lihai melewati masalah seperti ini.”Sekitar satu jam perjalanan sudah dilewati.Mereka bertiga duduk-duduk santai di lounge bandara sembari menunggu jemputan dari anak buah Harry.Di samping mereka, berjejer banyak toko makanan ringan berupa roti dan minuman panas.Melvin memandang ke arah kanan, perutnya berbunyi karena sejak tadi s
Harry memutar lagu seorang musisi terkenal Inggris zaman 90-an dan membuat Melvin tertidur pulas.Perut yang kenyang adalah sumber kantuk paling utama.Dibalik itu, rasa capek yang dialami Melvin karena sejak pagi melakukan aktivitas juga menjadi pemicu lanjutan dari rasa kantuknya.Harry duduk di depan bersama Davin.“Bagaimana udara di London, Tuan?”“Hmm, sedikit lebih hangat daripada Edinburgh. Tapi kalau dibandingkan Glasgow dan sungai Clyde-nya, aku rasa disana lebih baik.”“Suhu perkotaan di Glasgow yang letaknya ada di kiri-kanan sungai Clyde tidak bisa dikalahkan, bahkan bisa dibilang yang terbaik di Inggris.”Perbincangan membuat perjalanan tidak terlalu berasa.Mereka sudah memasuki batas kota dan disambut dengan arsitektur kuno di plakat ucapan selamat datang.Dari struktur kayu yang sedikit rapuh, sudah jelas sekali kalau plakat ini berdiri dari puluhan tahun yang lalu.Saat mobil sedan sudah memasuki kawasan Cambridge, Davin teringat ada hal penting yang harus ia sampaik
“Harry, kau pergi dan jaga pintu,” bisik Davin sangat pelan.“Jangan segan-segan untuk menusukkan pisau ini kalau ada orang yang membahayakan.“Dan satu lagi, pastikan tidak ada orang yang lalu-lalang atau mengintip di pintu rumah yang jebol.”Semua perintah Davin langsung digarap cepat oleh Harry.Sang pangeran memberikan pisaunya kepada kerabat ayahnya itu dan membiarkan Ken untuk tetap menemani majikannya.Sementara Melvin menunggu aba-aba dari Davin.“Kalau dari titik ini, sepertinya mereka sudah siap menerkam begitu kita naik ke tangga lantai dua.”“Lantas aku harus bagaimana?”“Hmm, sebentar...”Davin memutar otaknya dan melihat sekeliling.Ada sebuah ketapel kecil yang ada di dekat aquarium tanpa ikan.“Aku punya ide, Melvin, tapi ini sangatlah beresiko.”Setelah mengecek jika ketapel itu masih berfungsi normal, Davin langsung mempersiapkan belati kecilnya yang digunakan sebagai amunisi.Melvin mendapat perintah untuk membuat suara derap langkah kaki seperti orang berlari menai
Harry memberikan pisau yang ada di tangannya kepada Melvin.“Aku sangat takut, Melvin. Mungkin kau saja yang membunuh, aku tidak berani.”“Baiklah, tapi kakiku sudah tidak kuat lagi untuk berlari.”“Kita akan aman disini. Aku akan terus berdoa, semoga Tuhan masih membela kita.”“Doa tidak ada gunanya untuk sekarang. Yang terpenting adalah aksi, jangan berhenti berusaha dan hanya menunggu keajaiban!”Di bawah tangga itu, Melvin sempat bertatapan sekilas dengan Davin dan mereka saling memberi kode dengan isyarat jari.“Ambil pisau itu, dan lemparkan saat aku memberi aba-aba.”Begitu Davin mengerti maksud kalimat Melvin, ia menyeret mayat lelaki yang dibunuhnya tadi ke dalam kamar.Untung, kecepatan tangan Davin mengalahkan reflek dua orang yang tersisa dan membuatnya aman tanpa terkena goresan peluru.Setelah mencabut pisau kecil miliknya, Davin menaruh pisau itu di samping telunjuk kiri dengan posisi tangan kanan membentuk angka nol.Jika kalian ingat posisi ketika melempar kelereng, k
“Sombong sekali kau anak muda. Jangan menyesal saat membuat laporan di penjara nanti!” kata salah satu polisi.“Silakan saja, aku tidak akan menyesali ucapanku.” Melvin dengan sombongnya menantang para polisi. Dia ingin mengetes seberapa cerdas sang polisi jika dibandingkan dengan petugas keamanan istana.Di depan Melvin, ada Harry yang ketakutan setengah mati karena ditangkap polisi.Cambridge bukanlah daerah kekuasaannya karena ia lebih terkenal di Nottingham.Bisnis restorannya belum sampai menggaet orang-orang dunia bawah karena anak resto di Cambridge belum terlalu besar.Dari tangga lantai dua, terdengar suara pijakan kaki.Davin turun dan disambut dengan todongan senjata enam anggota polisi.“Stop! Jangan bergerak lebih atau aku akan melumpuhkanmu!”Teriakan polisi tidak berakibat apapun pada Davin, tapi sang pangeran menuruti keinginan enam polisi yang menodongnya.“Angka
Beberapa anak buah Mark langsung menghampiri dan diperintah agar mengawasi Melvin selama 24 jam non stop. Berbalik halnya dengan Davin dan Harry, mereka bercerita apa adanya, tidak melawan, dan cenderung diam saja saat dibentak.Harry sendiri tipe orang yang tidak suka keributan. Kalau Davin membentak, dia bisa dipastikan akan tetap diam saja.“Bilang kepada satu temanmu itu, jangan macam-macam kepada polisi Cambridge. Ini bukan Edinburgh, dan aku bisa bertindak lebih keras dari sebelumnya.” Davin menghela nafas dan angkat bicara.“Tidak perlu kekerasan, Tuan, para tersangka, korban, maupun orang yang berniat menolong seperti kami akan terganggu.“Malahan, ketika kau sedikit-sedikit menggunakan kekerasan, itu tidak akan menyelesaikan masalah.“Tenanglah dan berpikir jernih. Percaya padaku, itu akan berhasil.”Bukannya malah tenang dan menuruti kata Davin, Mark marah karena merasa dinasehati oleh bocah yang
Di depan gedung persidangan sudah dipadati beberapa orang yang penasaran.Mungkin satu atau dua dari mereka sadar jika yang ditangkap itu sosok MelvinSteel dan DavinNayama.Segelintir yang lain bisa jadi mengenal siapa Harry, sang pemilik restoran Asia paling besar di Manchester.Tiga orang itu memiliki ketenarannya masing-masing dan bodohnya Mark tidak menyadari hal tersebut.Yah, begitulah ketika seorang polisi hanya peduli pada uang dan foya-foya tanpa update berita terkini, kurang pergaulan dan cenderung tidak mengikuti tren."Bukankah itu Prince Davin?" Bisik salah satu pengunjung yang memadati depan gedung persidangan."Benar," ada wartawan yang menjawab, "itu adalah Prince Davindan akan menjadi berita bagus untukku."Nama DavinNayamatidak terkenal di Edinburgh, tapi efeknya sangat mendunia.Banyak orang-orang Inggris yang mengagumi watak pangeran karena kerendahan hatinya untuk meninggalkan
Nayama, Davin, dan Smith, tiga nama besar yang sangat membumbung di Edinburgh.Meskipun Smith adalah lulusan dari kemiliteran khusus Skotlandia, namanya sangat terkenal karena jasanya setelah perang besar di bagian Barat Inggris beberapa dekade lalu.“Eh, bukankah kau akan mengetuk palu barusan, kenapa malah diam saja? Segera lakukan.“Aku bersalah, kok. Tidak usah khawatir, kau sudah menjalankan tugasmu dengan baik.“Sudah, ketuk saja palunya agar persidangan cepat selesai. Kasihan orang-orang yang duduk ini, mereka ingin mengetahui hasilnya.”Been terdiam kaku untuk beberapa saat, lantas dia berlari menuju Davin dan bersimpuh di kakinya.Ironi bukan?Kejam sekali pembalasan Davin.Bukan hanya fisik dan mental yang terluka, melainkan berdampak pada psikis yang membuat Been trauma mendalam.Pengajaran secara tidak langsung ini sangat membekas dan Been kemungkinan tidak akan mau menerima suap lagi