LOGINBastian yang melihat Livy keluar dari kamar Brigit langsung mendekatinya. “Livy? Kamu ngapain masuk kamar Brigit?” tanya Bastian bingung. Dalam pikirannya terdapat spekulasi buruk karena Livy masuk ke kamar Brigit tanpa ijin. Bastian tidak mengetahui kalau di dalam kamar juga ada Brigit. Belum sempat Livy menjawab, pintu kamar Brigit terbuka dan Brigit keluar dari kamarnya. Brigit terkejut karena Livy masih di depan kamarnya dan Bastian juga ada di sana. Pikirannya langsung kembali berpikir yang tidak-tidak.“Livy, Bastian, ada apa?” tanya Brigit. Bastian yang melihat Brigit keluar dari kamarnya pun menjadi lega. Ternyata apa yang ada di pikiran nya tidak benar. “Tidak, kupikir tadi Livy masuk ke kamarmu tanpa izin.” Ia menyunggingkan senyum tipis. Brigit mengangguk. “Oh, Livy masuk ke kamarku karena aku yang memintanya.” Brigit menjelaskan. Daripada Livy mengatakan lebih dulu mending ia yang menjelaskan kepada Bastian.Bastian mengernyit. “Kenapa kamu meminta Livy masuk ke kamar k
Livy mengikuti Brigit dari belakang. Tangannya saling meremas karena takut Brigit menanyakan pertanyaan yang tidak bisa ia jawab. Tatapannya menjelajah mencari sesuatu yang bisa membuatnya tidak jadi ke kamar Brigit, tetapi sayangnya tidak ada apa pun. Ia tidak bisa menghindar lagi.Brigit melirik ke belakang. Ia bisa melihat kegelisahan Livy karena akan diinterogasi olehnya. Brigit dan Livy pun sampai ke kamarnya dan berhenti begitu berada di tengah kamar. Ketika berbalik, Livy sudah memasuki kamarnya. Ia menunduk melihat lantai.“Tutup pintunya.” Brigit memerintah. Ia sengaja ingin berbicara di kamarnya agar tidak ada yang mendengar perbincangan itu. Karena apa yang akan dia bicarakan ini menyangkut tentang Bastian dan juga kedekatan mereka.Livy menurut dan menutup pintu kamar Brigit. Setelah selesai ia langsung mendekat ke arah Brigit. “Ada apa, Brigit?” tanya Livy langsung. Padahal ia sudah tahu apa yang akan ditanyakan oleh Brigit, tetapi bersikap seolah tidak tahu. Brigit men
“Maaf, Livy. Aku hanya mengatakannya saja karena kupikir ini tidak akan berpengaruh apa pun.” Nick meminta maaf karena merasa bersalah.Pria itu memang lancang mengajak Livy ke ranjang padahal masalah vidio saja belum selesai. Tapi bagaimana lagi, bayangan sensasi tubuh Livy malam itu membuatnya kecanduan dan ingin mengulangi lagi hal yang sama.“Ya, aku tahu ini memang tidak berpengaruh. Tapi apa pantas kita senang-senang di atas ranjang sementara masalah ini belum selesai?” tanya Nick. Ia harus menyadarkan Nick kalau laki-laki itu harus sibuk dengan hal lain. Yang lebih utama, Nick harus meminta maaf terlebih dulu kepada Bastian.“Tentu saja tidak pantas. Ya sudah kalau begitu. Nanti kalau sudah waktunya aku akan meminta maaf pada Bastian.” Nick memang kecewa karena Livy menolak, tetapi alasan wanita itu masuk akal. Nick justru malu dengan dirinya sendiri karena mengajak Livy berhubungan di waktu yang tidak tepat. “Benar begitu, jadi lebih baik fokus pada permintaan maafmu.” Bagaim
Livy yang mendengar panggilan Nick langsung berhenti. Padahal, tangannya sedikit lagi menyentuh pintu kaca di depannya. Livy balik badan dan menemukan Nick yang ngos-ngosan. “Kamu kenapa, Nick? Kenapa lari-lari mengejarku?” tanya Livy bingung."Hei, kenapa?" tanya Livy lagi. Sepertinya tidak ada lagi yang perlu mereka bicarakan, tetapi Nick mengejarnya, jadi pasti ada yang ingin dikatakan orang itu.“Tunggu dulu, Livy. Aku ingin bilang kalau sebaiknya kamu jangan gegabah.” Nick mengatur napasnya agar tidak putus-putus.Dia berusaha untuk kembali bernapas normal.Livy mengernyit. “Kenapa? Bukannya aku gegabah, tetapi Wagner harus segera ditangkap agar tidak terjadi kebocoran video ini.” Livy tidak mau video itu sampai tersebar atau Wagner sempat menggunakan itu untuk memeras Bastian. Apalagi kalau sampai di tangan pacarnya, Lovy tidak mau sampai itu terjadi.“Masalahnya, kalau hanya dengan video itu kamu tidak bisa menangkap Wagner. Apalagi yang mengambil video itu aku, jadi Wagner tid
Setelah video selesai terkirim, Livy segera membuka video itu dan mulai menontonnya. Ketika menonton video itu, Livy sangat terkejut karena video itu menampilkan mulai awal dirinya masuk hingga akhir. Livy menutup mulutnya tidak percaya dan menatap Nick tajam. Ini benar-benar kejahatan yang direncanakan. Bastian pasti tidak akan memaafkan orang-orang yang mengambil video itu jika mereka menyebarkan ke publik.“Jadi malam itu semua yang terjadi kamu video? Kamu sadar nggak sih sama apa yang kamu perbuat? Kamu membuat peluang musuh untuk memiliki kelemahan Bastian!” ujar Livy sambil marah, wajahnya memerah menahan emosi. Ia benar-benar geram dan tidak habis pikir dengan Nick karena merencanakan hal itu.Sekarang ada kelemahan Bastian yang bisa kapan saja digunakan oleh musuh untuk menghancurkan Bastian. Hal ini tidaklah sesederhana sekedar mencemarkan nama baik.“Maaf, Livy. Saat itu yang terpikir olehku hanyalah bagaimana caranya bisa mendapatkan uang dari Bastian.” Nick menyesal mere
Livy langsung mengangguk. “Baik, kalau begitu kita langsung saja agar tidak kelamaan.”Dia mengajak Bastian berangkat. Bastian dan Livy pun melangkahkan kakinya ke mobil Brigit. Mobil mewah itu tampak bersinar dan membuat Bastian dan Livy tampak menonjol.Ketika mereka hampir sampai di restoran tempat Livy akan bertemu Nick, Livy menghentikan Bastian.“Kalau tidak salah di kafe itu ada bagian outdoor, kamu di sana saja agar tidak perlu masuk ke ruangan.” Livy mengeluarkan ponselnya dan menghubungi nomor Bastian. “Ayo angkat,” pinta Livy.Bastian pun menurut. Ia menggeser icon hijau sehingga layar menampilkan profil dan waktu. “Volumenya jangan lupa.” Bastian mengingatkan. Livy segera mengurangi volume suaranya agar sewaktu-waktu ketika Bastian tidak sengaja berbicara atau ada suara di sekelilingnya tidak membuat mereka ketahuan.“Oke, sudah selesai. Ponselnya akan kuletakkan di tas dan kutaruh di meja agar suaranya jelas.” Livy memberitahukan rencananya.“Oke, sekarang kita ke sana.”







