Apa yang harus aku lakukan jika jantungku ini yang menginginkanmu Isabelle. Aku pun tidak tahu manakah yang bisa ku sebut cinta atau hanya hasrat dan ambisi ingin memilikimu serta selalu bersamamu.
Lihat lebih banyak“Ayah…!!!” teriak Isabel ketika mendengar berita kecelakaan mobil yang sangat ia kenali. Mobil Mercedes Benz yang khusus sering digunakan oleh sang ayah ketika bertugas mengantar sang bos besar.
Isabel segera menuju Rumah Sakit untuk memastikan kondisi sang ayah yang sudah terkapar lemah dalam berita di televisi tadi. Perasaannya berkecamuk tatkala mengetahui jika sang ayah terluka parah. Orang yang sangat ia kasihi, satu-satunya yang selalu mengharapkan dirinya berhasil sukses dan berjaya.“Ayah aku mohon, bertahanlah demi aku ayah,” tutur Isabel seraya tersedu. Air mata tidak berhenti mengalir di pipinya seraya mengemudi mobil dengan kecepatan penuh.Sesampainya di Rumah Sakit, Isabel segera pergi menuju resepsionis untuk menanyakan sang ayah. Saat tengah kalut menunggu petugas resepsionis mencari data dan nama dari sang ayah, tiba-tiba Isabel melihat sang Tuan Muda berjalan dikawal oleh dua orang bodyguard menuju dirinya.“Apa yang kau lakukan disini?,” tanya James Van Der Mick.“A-aku sedang mencari keberadaan dari ayahku, dia kecelakaan dan dikabarkan dibawa ke Rumah Sakit ini untuk mendapatkan perawatan Tuan.” sahut Isabel dengan perasaan sedikit gugup.James pun hanya mengangguk, lalu berlalu dari sana meninggalkan Isabel yang masih panik dan tergesa-gesa.“Nona, pasien atas nama Tuan Atmajaya masih berada di ruang Unit Gawat Darurat.” ungkap petugas resepsionis tadi yang sedang berjaga.“Terima kasih Suster, kalau begitu saya permisi.” tutur Isabel, ia langsung pergi setelah mendapatkan informasi dari petugas tadi.Isabel berlari dengan tergopoh-gopoh sebab perasaan panik membuat tubuhnya melemah saat mendengar sang ayah kecelakaan. Satu persatu ruangan terlewati hingga ia sampai di depan pintu Unit Gawat Darurat yang ia tuju. Baru saja kakinya menginjak di depan pintu, sebuah bed pasien di dorong keluar dari dalam Unit Gawat Darurat.Isabel mematung ketika melihat sosok yang tertutup dengan kain putih terbaring di bed tersebut, selangkah demi selangkah ia berjalan menuju bed yang berjarak satu meter di depannya.“Ayah..!!!” teriak Isabel seraya memeluk jenazah tersebut, air matanya tumpah saat mengetahui jika sang ayah sudah menjadi jasad.Dokter dan Suster pun saling tatap satu sama lain, merasa heran dengan Isabel yang tengah menangisi jasad yang mereka bawa.“Maaf Nona, tetapi pasien ini berjenis kelamin perempuan.” tutur Dokter memberi tahu Isabel agar tidak terus menangisi jenazah yang salah.Isabel segera bangkit dan menyeka air matanya, setelah itu kembali memastikan kepada Dokter tersebut jika jasad yang ada di bed itu bukan sang ayah.“Benarkah? Berarti Ayahku masih hidup?” tanya Isabel dengan sedikit senyum di bibirnya.Dokter pun kembali menoleh kepada Suster yang menemaninya dan mencoba untuk memberikan kode.“Nona, silahkan anda cek di dalam pasien yang anda maksud.” pinta Suster membuat alasan agar Isabel mengetahui sendiri kondisi dan nasib sang ayah.Kemudian Isabel bergegas masuk dan memeriksa kondisi sang ayah yang berada di dalam. Terlihat satu bed yang terdapat pasien yang sama dengan berselimut kain putih, kain yang menjadi pertanda kepastian kematian.“Ayah…!!!” gumam Isabel. Tubuhnya luruh ke lantai menyaksikan sang ayah yang juga sudah menjadi jasad.“Tidak,, bukan! itu bukan ayah,” ungkap Isabel lagi lalu segera menghampiri tubuh yang sudah terbujur kaku dan tak bernyawa.Perlahan Isabel membuka kain penutup dan menyaksikan wajah sang ayah yang sudah pucat, tangan yang mendingin serta mata yang tertutup. Suara Isabel tercekat tatkala melihat jasad yang terbaring di hadapannya adalah orang yang paling dikasihinya dan juga dicintainya.Saat Isabel tengah menangisi jasad sang ayah, terdengar suara ketukan langkah kaki dari sebuah sepatu pantofel. Langkah kaki yang begitu berat terdengar, menandakan yang datang adalah seorang yang berbadan tinggi dan juga seorang laki-laki.“Nona Muda” ucap seseorang yang baru saja menghentikan langkah kakinya di belakang Isabel yang tengah bersujud lemah.Isabel pun segera menoleh, panggilan nona muda untuknya terasa sangat asing di telinga Isabel.“Apakah Tuan memanggilku?” tanya Isabel saat mendengar seorang laki-laki memanggilnya.“Ya, perkenalkan aku Ray. Tuan Besar menunggu anda di Mansion.” tutur laki-laki yang memanggil Isabel dengan sebutan nona muda. Isabel pun tampak bingung dengan ucapan laki-laki paruh baya yang memanggilnya dengan sebutan nona muda. Ia tertegun untuk beberapa saat, mencerna apa yang sedang terjadi pada dirinya saat ini.“T-tapi ayahku baru saja meninggal, aku harus mengurus pemakamannya.” tutur Isabel memberitahu Ray sang utusan dari Tuan besar.“Tidak perlu khawatir Nona, ketiga orang suruhan Tuan Besar akan segera mengurusnya,” ungkap Ray lagi seraya membantu Isabel bangkit dari duduknya.Isabel pun terpaksa bangun dan mengikuti setiap arahan dari laki-laki paruh baya itu, namun ia tersadar dan sempat bertanya siapa tuan besar yang dimaksud oleh laki-laki yang memanggilnya nona muda tadi.“Tunggu, siapa hendaknya Tuan Besar yang anda maksud?, apakah aku mengenalnya?” tanya Isabel penuh dengan pertanyaan di benaknya.Laki-laki itu pun terdiam sejenak untuk menjawab pertanyaan dari Isabel.“Nanti kau juga akan Nona akan mengetahuinya siapa yang akan anda temui di Mansion Tuan Besar.” tutur laki-laki itu, lalu menuntun Isabel berjalan menuju mobil yang sudah menunggu di parkiran.Sepanjang perjalanan, Isabel hanya terdiam menyaksikan lalu lalang mobil yang melintas. semua perasaan di dalam benaknya berkecamuk tentang siapa tuan besar yang dimaksud oleh Ray, dan juga mengapa bos nya James ada di sana. Setelah menempuh perjalanan yang cukup melelahkan, akhirnya Isabel sampai di depan sebuah Mansion yang begitu mewah dan juga megah.Deretan patung antik yang berasal dari abad lama pun tersusun dengan rapi di sana. Tiang-tiang tinggi yang berjejer menopang bangunan itu hingga ke lantai tiga. Isabel pun tampak takjub akan hal itu, bangunan yang sering ditonton dalam serial favoritnya, kini berada di hadapannya dan kakinya pun sedikit gemetar saat menapak di halaman Mansion megah tersebut.“Tuan, apakah Tuan Besar yang kau maksud ada disini?” tanya Isabel dengan terus terperangah tanpa menatap lawan bicaranya.“Tentu saja, silahkan masuk Nona Muda. Kedatanganmu sudah ditunggu!” pinta Ray seraya mempersilahkan Isabel masuk.Dengan langkah tertatih, Isabel mulai menapakkan kakinya hingga ke depan pintu masuk yang sudah dibuka oleh pelayang yang berjaga. Tampak penjaga berdiri dan berbaris seperti menyambut nyonya besar di rumah itu.Ray pun berjalan mendahului Isabel, lalu menemukan tuan besarnya sedang berdiri menatap ke arah jendela dan memandangi danau.“Tuan Besar, Nona Muda sudah sampai!” tutur Ray seraya menghadap kepada tuan besar yang ia maksud. Laki-laki yang Ray panggil tuan besar pun segera menoleh dan menatap Isabel dengan lekat.“Apakah kau putri dari Atmaja, Isabel?” tanya tuan besar itu.“I-iya Tuan, kiranya kau bisa mengetahui apa maksud dan tujuanmu memanggilku kemari?. Dan dari mana kau mengenalku, apakah kau tidak salah orang?” tanya Isabel dengan sedikit gugup.Suara cambukan itu terdengar sangat pedih di telinga Thomas, Van Der Mick yang tidak akan segan mencambuk sang putra jika melakukan kesalahan.“Tuan aku mohion, lepaskan Tuan James dia tidak bersalah untuk hal berlian biru itu,” teriak Thomas lagi memohon di dalam cengkraman penjaga.Tidak sedikitpun suara pekikan dari James yang justru membuat Thomas semakin khawatir.Saat Van Der Mick tengah sibuk mencambuk James, tiba tiba saja langkah kaki yang nyaring terdengar terburu buru berlari ke arah ruangan cambuk itu.“Daddy,,” teriak anak kecil yang ternyata adalah Jayden.“Jay,” teriak James yang terkejut melihat kedatangan dari sang putra yang Isabelle bawa kesana.“Are you okay Dad?, apa Grandpa menyakitimu?. Katakan padaku Dad, aku akan menghukumnya untukmu,” ucap Jayden yang sudah bersimpuh di depan James yang tengah tertelungkup.James pun hanya tersenyum getir melihat sang putra yang tengah ingin membela dirinya.“Grandpa menghukum Daddy karena Daddy nakal, jika Dady tidak nakal m
Suara keributan terdengar begitu sangat nyaring dari dalam ruangan divisi pemasaran.Teriakan dari Patrician dan juga Isabelle membuat semua atensi jatuh dan tertuju kepada mereka.“Apa kau sudah gila?, kau bisa merusaknya Isabelle,” pekik Patricia dengan terus mengamankan sebuah kalung yang sudah dirinya buat untuk desain terbaru yang siap dirilis di perusahaan James.“Aku sudah mengatakannya, jika desain itu belum sempurna. JIka kau memaksanya untuk ditampilkan di galeri, itu akan membuat kesan memaksakan hal yang belum sepenuhnya terbentuk,” ucap Isabelle menjelaskan desain miliknya yang juga dibuat olehnya.Saat keduanya bertengkar, tiba tiba saja Maria datang dan mencoba untuk menengahi.Namun yang terjadi bukan menengahi, melainkan Maria membela patricia dan menyudutkan Isabelle habis habisan.“Kau, jangan terlalu ikut campur dengan urusan desain yang sudah dipilih dan dibuat oleh Patricia. Urus saja pekerjaanmu sendiri Isabelle, aku yang berhak memutuskan apakah desain ini laya
“Black Rose, bisakah kau segera datang kesini. Ada hal penting yang ingin aku sampaikan,” ucap Leon yang tengah menelpon sang bosa besar.“Apakah ada masalah besar Leon?, tampaknya kau begitu panik?,” tanya Black Rose dari seberang telepon.Tanpa banyak berucap lagi, Leon pun memberitahukan hingga ke akar masalahnya kepada Black Rose. Setelah mendengar alasan dari Leon, Black Rose segera bergegas menemui Leon.Disamping itu, James tengah merasakan kesal karena bahan baku untuk perhiasannya telah dicuri oleh Black Rose dan membuatnya tidak bisa memproduksi desain terbaru di perusahaannya.“Bagaimana Thom, apakah kau sudah menemukan pemasok berlian yang aku inginkan kemarin?,” tanya James pada Thomas.Namun Thomas hanya menggeleng, sebab dirinya memang belum bisa menemukan pemasok terbaru untuk berlian yang diinginkan dan juga dibutuhkan oleh James.James hanya terus saja menggigit kuku jarinya dan berusaha menemukan jalan keluar yang dirasanya akan buntu.James tau jika yang menjual ba
Pagi terasa begitu hangat, mentari menyinari ruangan menerobos masuk dari celah jendela. Membuat mata James mengerjap karena silaunya, dan ternyata dunianya terlihat begitu dekat berada di depan matanya.Tangannya secara teratur ingin mengusap pucuk kepala dari Isabelle yang tengah menemaninya di sana.Namun saat tangan dari James hendak terangkat, Isabelle tampak terusik dan terbangun dari tidurnya.James yang menyadarinya pun segera kembali berpura pura tertidur, james ingin melihat reaksi apa yang akan Isabelle lakukan saat melihat dirinya belum sadar.“Ya Tuhan, ini sudah jam berapa?,” gumam Isabelle terkejut karena hari sudah terlihat sangat cerah.Dilihatnya jam di tangannya yang menunjukkan pukul tujuh lebih dua puluh menit.“pukul tujuh?, bagaimana bisa aku tertidur begitu pulas sementara james belum sadar.” gumamnya lagi seraya menoleh ke arah James.Terlihat selang infus dan juga selang transfusi darah, selang oksigen pun turut membantu James yang terbaring lemah di bed.“Ap
“Apa yang kau maksud Tuan?,” tanya Isabelle yang terkejut mendengar ucapan J.Isabelle pun segera menarik Jayden dari pelukan J dan menyembunyikannya di balik badan mungilnya.J pun tampak menghela nafas dan mencoba untuk tetap tenang agar kepalanya tidak terasa sakit lagi saat mengingat setiap kejadian demi kejadian yang pernah terjadi.“Belle, boleh kita bicara berdua?,” tanya J dengan sangat lembut.Isabelle juga terheran dengan nama panggilan yang J ucap baru saja.“Tidak, aku tidak ingin bicara denganmu. Kalian berdua boleh pergi, aku sudah tidak membutuhkan bantuan kalian lagi,” tutur Isabelle yang mulai kesal dan marah terhadap J.Namun J tidak langsung menyerah, J mencoba membujuknya sekali lagi melalui Jayden.“Nak, Papi perlu bicara dengan Mami mu, apakah kau mau membantu Papi membujuk Mami agar mau bicara dengan Papi?,” tanya J dengan terus berjongkok di depan Jayden dan Isabelle.Jayden pun terlihat mengangguk dan segera berlari ke arah Thomas, genggaman tangan Isabelle pu
Sementara itu, di apartemen Isabelle tampak Jayden yang sudah menunggu isabelle sedari tadi. Nany dari Jayden pun segera berpamitan dan pulang.“Apa kau marah pada Mami?,” tanya Isabelle seraya mendekati Jayden yang tengah duduk di sofa dan memanyunkan bibirnya.“Stop, jangan mendekat atau aku akan semakin marah padamu,” tutur Jayden yang kesal dengan sang Mami yang pulang sangat larut.“Maaf honey, Mami ada pekerjaan mendesak yang mengharuskan Mami pulang terlambat,” ucap Isabelle pada Jayden.Namun Jayden terus saja merajuk, Isabelle pun terus mencari cara untuk membujuk Jayden agar tidak marah lagi.“Baiklah, mari kita buat perjanjian,” ajak Isabelle pada sang putra.“Perjanjian apa?, apa kau berusaha membujukku Mami?,” tanya Jayden yang sudah paham dengan tak tik sang Mami.Isabelle pun tampak mengangguk dan tersenyum canggung.“Tidak, aku tidak ingin bernegosiasi denganmu. Tawaranmu pasti tidak akan menarik dan aku pun tidak mau menerima negoisiasi itu,” tutur Jayden yang sudah t
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen