Share

Tersingkir

Author: Merry Heafy
last update Last Updated: 2024-07-03 17:23:01

#5

Nirma tersenyum getir. Dunianya sudah runtuh. Kini Nirma tak lagi mempunyai tempat bersandar.

"Harusnya kamu ceraikan kuda nil itu dari dulu!" cetus Bu Retno senang bukan main saat melihat putranya menalak Nirma.

Luna juga ikut kegirangan melihat keributan Nirma dan Andra, yang berakhir dengan ucapan talak dari Andra.

"Aku mau kita cerai! Aku udah muak sama kamu, Nirma!" seru Andra.

Nirma hanya diam. Andra, Bu Retno, dan Luna masih menanti respon dari Nirma.

"Padahal aku lagi hamil sekarang," batin Nirma miris.

Jika saja Andra mau meminta maaf pada Nirma dan memperbaiki hubungan dengan Nirma, mungkin Nirma masih akan memberikan kesempatan pada sang suami. Nirma masih ingin membagikan kabar bahagia mengenai kehamilannya pada sang suami.

Namun, yang terjadi justru Andra sendiri sudah tak mau hidup bersama dengan Nirma, untuk apa dia memberitahu Andra mengenai anak yang ia kandung? 

"Kamu yakin mau pisah dariku, Mas?" tanya Nirma dengan suara bergetar. "Apa kamu nggak akan nyesel nanti?"

Andra melempar senyum sinis pada Nirma. "Aku nyesel? Justru aku seneng, Nirma! Aku udah nggak mau lagi punya istri gendut!" sahut Andra.

Dada Nirma makin sesak, hingga wanita itu kesulitan bernapas. Nirma mengusap air mata yang mengalir di pipinya, kemudian wanita itu memberanikan diri menatap mata Andra.

"Apa aku udah nggak ada harganya lagi di mata kamu?" tanya Nirma.

"Nirma, kalau kamu jual diri, menurutmu siapa yang akan beli kamu? Nggak akan ada orang yang mau ngeluarin duitnya buat perempuan gendut kayak kamu!" cibir Andra.

Nirma tetap berusaha tegar. Karena suaminya tak mau lagi mempertahankan rumah tangga mereka, maka Nirma juga tidak akan memperjuangkan orang yang tak mau menghargai dirinya. "Baik, Mas! Kalau kamu memang mau pisah, aku terima!" seru Nirma kemudian.

"Maafkan Mama ya, Nak? Mama nggak bisa kenalin kamu sama Papa," batin Nirma sembari mengusap perutnya dengan lembut.

"Aku akan urus berkas gugatannya! Kamu cuma perlu datang ke pengadilan sampai kita dapat akta cerai!" cetus Andra.

Nirma menangis dalam hati. Lututnya lemas dan pikirannya mulai blank.

"Ngapain kamu masih berdiri di sini? Kamu udah bukan istri Andra lagi! Pergi dari rumah ini sekarang juga!" usir Bu Retno pada Nirma.

Nirma membelalakkan mata. Wanita itu bahkan tidak diizinkan menyelesaikan tangisannya di rumah tersebut.

"Ibu benar! Kamu bukan siapa-siapa lagi di sini, Nirma! Sebaiknya kamu kemasin barang-barang kamu sekarang dan pergi dari sini!" imbuh Andra.

Nirma mematung. Ia tak menyangka akan diusir dari rumah sang suami secepat ini. 

"Aku harus pergi ke mana? Aku nggak punya tempat tujuan untuk pulang," batin Nirma.

Nirma adalah seorang yatim piatu. Nirma tidak mempunyai keluarga maupun kerabat. Satu-satunya rumah yang menjadi tempat pulang Nirma setiap hari hanyalah rumah milik Andra. Satu-satunya keluarga yang dimiliki oleh Nirma hanyalah suaminya. Tanpa Andra, Nirma tidak mempunyai siapa-siapa lagi di dunia ini.

"Buruan kemasin barang kamu!" sentak Bu Retno.

"Jangan bikin mata aku sepet, Nirma! Aku udah nggak mau lagi lihat muka kamu di rumah ini!" timpal Andra.

"Dasar gendut!" ejek Bu Retno sembari menyenggol bahu Nirma dengan sengaja.

Bu Retno membuka lemari pakaian milik Nirma, kemudian melemparkan baju-baju Nirma ke lantai. "Beresin barang kamu sekarang!" perintah Bu Retno.

Bu Retno keluar dari kamar, kemudian disusul oleh Andra dan Luna. Luna sempat menoleh ke arah Nirma dan memandang wanita itu dengan tatapan remeh.

"Pungut semua sampah-sampahmu itu! Jangan sampai ada yang tertinggal!" seru Andra sebelum pergi meninggalkan kamar.

Nirma menghela napas berulang kali. Wanita itu berusaha menenangkan pikirannya yang kacau balau. Nirma harus tetap fokus. Wanita itu harus mulai memikirkan rencana kedepannya setelah ia pergi dari rumah Andra.

"Kenapa semua orang membuangku?" gumam Nirma dengan wajah murung.

Wanita itu merasa dunia tidak menginginkannya. Keluarganya sudah menelantarkannya, dan kini suaminya juga membuang dirinya.

"Apa aku nggak boleh punya keluarga? Apa aku nggak boleh bahagia?" oceh Nirma diiringi derai air mata yang mengalir deras.

Nirma memungut satu persatu pakaiannya yang berceceran di lantai, kemudian memasukkannya ke dalam tas besar. Wanita itu mengemasi barang-barangnya sambil menangis. Setelah ia selesai mengangkut semua barang miliknya, Nirma pun bergegas membawa tasnya keluar dari kamar yang sudah menjadi tempat istirahatnya selama 5 tahun terakhir.

"Selamat tinggal, kenangan buruk. Mulai hari ini, semua hal yang ada di rumah ini cuma akan jadi kenangan buruk buatku."

"Udah belum sih, Gendut? Lama banget beres-beresnya!" teriak Bu Retno pada Nirma.

Nirma segera keluar dari kamar. Bu Retno, Andra, dan Luna saat ini tengah duduk bersama di ruang tamu dan berbincang dengan santai, seolah tak terjadi apa-apa.

"Luna, kamu belum makan malam, kan? Kamu makan di sini sekalian aja," tawar Bu Retno pada Luna dengan ramah. Mereka berdua terlihat sangat akrab dan tidak sungkan memperlihatkan senyuman di depan orang yang telah mereka sakiti.

"Aku boleh makan di sini, Tante?"

"Boleh dong! Nanti Tante pesan makanan, ya?"

Obrolan Bu Retno dan Luna pun langsung terhenti begitu Mereka melihat Nirma. Sepertinya, Bu Retno masih akan mengusik Nirma dengan kata-kata jahatnya sebelum menantunya itu pergi.

"Sana pergi! Kamu udah tau belum mau pergi ke mana?" tanya Bu Ratno sarkas.

"Jangan nanya gitu, Bu! Nirma bisa ke mana memangnya? Dia kan yatim piatu," timpal Andra.

"Jangan sampai tidur di kolong jembatan, ya!" ledek Bu Retno.

"Kamu pasti punya uang kan buat cari kontrakan? Jangan tidur di kolong jembatan," ucap Luna ikut menyela.

"Biarin aja dia jadi gembel! Dia 'kan nggak punya uang dan nggak punya siapa-siapa di sini," seru Andra ikut mengatai Nirma.

Mereka semua menertawakan Nirma tanpa menaruh simpati sedikitpun pada wanita itu. Bu Retno dan Andra berulang kali menyebut kata gembel untuk mengolok-olok Nirma.

Nirma hanya diam. Wanita itu menerima semua hinaan dan cemooh dari keluarga suaminya.

Karena tak kuat lagi mendengar cibiran dan ejekan, Nirma pun segera meninggalkan rumah yang penuh dengan manusia bejat itu tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

"Udah mau pergi, ya? Pergi yang jauh sana! Jangan balik ke sini lagi!" teriak Bu Retno.

Hati dan mental Nirma sudah hancur berkeping-keping. Wanita itu melangkahkan kaki, menyusuri jalan tanpa arah dan tujuan. Nirma tak tahu harus berbuat apa dan ke mana. 

Mata Nirma berkabut. Nirma melangkah tanpa memerhatikan sekeliling. Tanpa sadar, Nirma sudah berada di tengah jalan. Wanita itu menoleh ke salah satu sisi jalan dan melihat sebuah kendaraan yang melaju kencang menuju ke arahnya.

Sorot lampu kendaraan yang menyilaukan membuat Nirma tak bisa melihat dengan jelas. Beberapa detik kemudian, tubuh gempal wanita itu pun dihantam oleh kendaraan roda empat yang melintas.

Brak! Tubuh Nirma terbang ke langit lalu terhantam ke aspal dengan keras. Badan wanita itu sudah bersimbah darah dan Nirma sudah tak bisa menggerakkan anggota tubuhnya.

"Apa aku ... akan mati?"

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menantu Terhina Ternyata Nona Pewaris   Takdir yang Berubah

    #41Keesokan harinya, Nirma izin tidak masuk kerja. Dia mencari tahu hotel mana yang menjadi tempat tinggal Fathir selama di Indonesia. Berkat informan gratis, yaitu David, dia bisa mendapatkannya pagi itu juga. Begitu juga dengan waktu keberangkatan pesawat Fathir. Karena dia sudah terlanjur telat mengambil keputusan, jadi tujuannya sekarang adalah bandara.Masih pukul tujuh pagi, tetapi jalanan sudah macet parah. Nirma membawa mobilnya sendiri tanpa sopir jadi dia bisa leluasa pergi ke mana saja dengan kecepatan yang dibilang sedikit terburu-buru. “Keberangkatan pesawatnya lima belas menit lagi,” gerutunya dengan wajah kesal. Dia melirik jam tangan dan waktu berlalu lima menit semenjak terjebak macet. Dia merutuki kebodohannya sendiri karena terlalu banyak berpikir. Nirma sudah sadar berkat ucapan kakaknya. Mungkin ini kebiasaan yang harus dibuang Nirma mulai sekarang karena dia tidak boleh terus menerus bergantung pada kakaknya, bukan? Nirma keluar dari mobil dan mencari tukang o

  • Menantu Terhina Ternyata Nona Pewaris   Galau

    #40Hari demi hari mereka lewati dengan sering bertemu. Fathir lebih sering datang ke kantor Nirma dan mengajaknya makan siang bersama. Orang-orang kantor jadi mulai terbiasa dengan kehadiran lelaki itu, bahkan ada yang bergosip bahwa Fathir adalah kekasih Nirma. Nirma sendiri tidak terlalu memusingkan gosip itu dan melakukan pekerjaannya seperti biasa. Lalu, saat akhir pekan, Fathir bahkan berkunjung ke rumahnya dan mengajak jalan. Terkadang pria itu datang tiba-tiba, karena setiap menelepon Nirma atau mengirim pesan, pasti tidak dijawab. Nirma hanya masih belum terbiasa, makanya lebih sering menghindar. Lalu, satu Minggu setelahnya mereka kembali berjalan bersama. Hanya jalan sambil melihat-lihat taman karena Nirma tidak terlalu menyukai mal atau tempat belanja lain. “Apa yang kamu mau? Aku akan belikan semuanya.”“Nirma, nanti kalau hubungan kita lanjut, apa yang ingin kamu lakukan?”“Nirma, aku mau main itu.”“Aku mau makan permen kapas, kamu mau nggak?”“Ayo kita jajan sepuasn

  • Menantu Terhina Ternyata Nona Pewaris   Kencan Pertama

    #39Bukan tanpa alasan Nirma bertanya begitu dan suasana hatinya menjadi sedikit buruk. Dia tidak bisa benar-benar menerima orang yang menyukainya saat ini. Bagi Nirma, masa lalu bukan sekadar sesuatu yang bisa diabaikan begitu saja. Karena masa lalu juga membentuk dirinya yang sekarang. Nirma saja masih sering kesulitan menangani rasa insecure setiap kali mengingat masa-masa kelamnya saat masih menjadi istri Andra.“Tau, kok.” Fathir menjawabnya dengan santai dan seulas senyum terpatri di wajahnya. “Makanya aku datang ke sini.”“Kamu nggak merasa keberatan sama sekali? Aku seorang janda dan dulu pernah sangat buruk rupa.” Sekali lagi Nirma menegaskan ucapannya. “Nggak ada yang buruk rupa, Nirma. Kalau yang kamu maksud adalah kamu yang gendut dan kurang perawatan? Itu bukan buruk rupa, ya, minimal bagiku. Karena buruk rupa yang sesungguhnya itu sikap yang buruk dan toksik.”“Jadi maksudmu adalah cantik dari hati?” tanya Nirma skeptis. “Itu cuma omong kosong yang bertahan selama abad

  • Menantu Terhina Ternyata Nona Pewaris   Pujian Fathir

    #38Bu Retno tidak pernah berpikir bahwa masalah ini akan merenggut harta yang telah dia miliki. Bukan hanya itu, sekarang dia harus dihadapkan dengan denda sejumlah uang yang tidak bisa dia perkirakan nominalnya. Karena denda itulah dia terpaksa harus menjual semua yang dia miliki, perhiasan dan kendaraan yang dia miliki. Namun, jelas itu tidak bisa menutupi uang denda yang seharusnya. “Apa aku harus mengambil pinjaman di bank? Tapi, aku rasa itu nggak mungkin karena aku sendiri belum punya kerjaan. Pihak bank juga nggak akan mungkin memberiku izin untuk itu.”Sudah beberapa hari ini dia uring-uringan pinjam ke rentenir, tetapi karena jumlah uang yang fantastis, dia mengalami kesulitan. Ada jaminan yang mereka minta dan itu adalah rumahnya. “Cuma itu yang ibu punya, ‘kan? Kalau begitu jual saja rumahnya, itu juga kayaknya masih kurang nominal uangnya.” Begitu kata rentenir di mana Retno ingin berhutang.Jelas saja Retno tidak mau. Dia sudah tidak memiliki apa pun lagi. Perhiasan, t

  • Menantu Terhina Ternyata Nona Pewaris   Calon Suami

    #37Rumah orang tua Luna selama dua hari belakangan menjadi destinasi dua pria yang berbeda pekerjaan. Yang satu adalah pengacara, satunya lagi adalah jaksa penuntut. Alih-alih polisi, dua orang itu terus menanyakan keberadaan Luna. Tentu saja alamat orang tua wanita itu mudah untuk didapat.  “Apa yang harus kami lakukan, Pak? Luna nggak mau keluar dari kamarnya,” jelas sang ibu kepada dua tamunya.“Lagi?” jawab si pengacara. “Apa nggak bisa dibujuk, Bu?”“Kami udah melakukan semua sebisa kami, tapi dia memang keras kepala.” Wajah wanita paruh baya itu tampak pucat. Sepertinya kasus yang menimpa menantunya membuat dia terguncang. Terlebih ini juga menyeret nama Luna. “Kalau seperti ini terus, polisi mungkin akan turun tangan, Bu. Coba pikirkan baik-baik efeknya untuk putri Anda.”Perbincangan itu tampaknya sampai ke telinga Luna yang mengintip di area pintu dapur, dekat den

  • Menantu Terhina Ternyata Nona Pewaris   Frustrasi

    #36 Di kantor, kini Nirma sedang berkutat dengan pekerjaannya. Di atas meja terdapat laporan tentang perkembangan kasus korupsi yang menyeret mantan suaminya dan Luna. Hubungan kedua orang itu sudah menyebar seantero perusahaan sehingga saat ini dan mungkin sampai beberapa waktu ke depan akan menjadi buah bibir yang panas untuk dibicarakan. Nirma selaku pemimpin perusahaan tentunya mengambil tindakan selain melaporkannya ke polisi. Dia sudah memecat dua orang itu sehingga tidak ada lagi jejak keberadaan mereka, kecuali nama buruk. Seseorang mengetuk pintu dan Nirma mempersilakan masuk. Aleena menyapa sang adik dengan hangat seperti biasanya. “Aku dengar Bu Retno udah bebas dari penjara,” katanya seraya duduk di sofa yang tak jauh dari meja kerja Nirma.“Iya, Kak. Kemarin juga kantor polisi sempat kerepotan karena Mas Andra membuat keributan.” Dia menggelengkan kepala, tidak habis pikir dengan kelakuan mantan suaminya yang meski sudah jelas salah, tetapi masih membuat drama berkepa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status