“Tuan Presiden, kami tidak menemukan siapapun di tempat itu, bahkan petunjuk pun tidak kami temukan!” Seorang lelaki mengenakan setelan jas hitam dengan celana berwarna sama menghadap Presiden Keith di istananya. Penampilannya menggunakan kacamata hitam menambah kegagahannya. Namanya Jenderal Aeson. Kepala Badan Intelijen Negara Red Diamond.“Hmmm.. Licin sekali anak itu! Aku semakin yakin sekarang, dialah orang yang telah membantu menyelamatkan Hakim Madhiaz. Mengapa sekarang dia bertindak diluar kesepakatan. Aku tidak pernah memintanya untuk mengganggu orang lain kecuali Hector dan anak buahnya,” batin Presiden Keith.Kemudian sang Presiden memerintahkan bawahannya itu untuk meninggalkan tempat. Ia berkata bahwa sudah selesai urusannya di tempat itu.Tak lama berselang, ketika Presiden Keith berbalik hendak menuju kursi kepresidenan, ia dikejutkan oleh kemunculan Kal yang sudah duduk di tempat itu.Presiden Keith terkejut. Tapi ia tetap berusaha terlihat tenang. Ia tahu pemuda yan
“Gila, ini benar-benar gila. Dalam sehari kekayaan orang itu bisa meningkat 100 kali lipat, bagaimana bisa?”Tuan Long benar-benar dibuat tidak habis pikir dengan apa yang terjadi. Selama puluhan tahun Ia bergelut di bidang saham tidak pernah mengalami untung sebesar yang didapatkan oleh orang yang ia kenal sebagai Nel Walton.Kal sendiri sudah menjual 45% saham yang ia miliki. Saat ini ia masih memegang saham perusahaan yang bergerak dibidang teknologi digital itu. Artinya ia masih pemilik perusahaan yang mulai bangkit itu.Meski hanya menjual 45% dari saham perusahaan itu, keuntungan yang ia dapat bisa dikatakan membuat ia menjadi orang terkaya di kota Golden City saat itu. Keadaan yang membuat orang-orang penasaran dengan sosok Nel Walton, nama samaran Kal sang menantu presiden.“Sungguh aku penasaran bagaimana sosok Nel Walton itu. Bagaimana bisa dia sejitu itu berinsting akan naiknya harga saham Navigation Technology. Sungguh sulit dimengerti,” ucap tuan Long disambut anggukkan
“Sayang bangun!”Samar-samar telinga Kal mendengar suara perempuan membangunkannya. Badannya sedikit digoyang-goyangkan.“Mmmmhh,” hanya gumaman itu yang dilakukan Kal untuk merespon. Matanya terlalu berat untuk dibuka. Badannya pun masih begitu menempel pada kasur tempat tidur ia berbaring.Tok.. tok.. tok..Terdengar suara pintu kamarnya diketuk. Meski sedikit kesal begitu pagi orang sudah mengetuk kamarnya, Kal hanya diam. Seseorang yang berada di sampingnya yang bereaksi.Kal sedikit membuka matanya. Dilihatnya sesosok perempuan bertubuh ramping dengan rambutnya yang panjang hingga ke pinggang berjalan memunggunginya menuju pintu.“Siapa?” tanya perempuan itu tegas namun terkesan lembut dengan suaranya yang merdu.“Maaf kami mengganggu nona Joana. Dari kepolisian ingin bertemu!” ucap suara yang berada di balik pintu.“Hmmm.. pagi-pagi betul,” gumam perempuan itu setengah mengeluh. “Pengawal, katakan pada mereka untuk menunggu!” ucapnya lagi memerintah.Mata Kal yang begitu mengant
Kal melajukan speed boatnya dengan kecepatan penuh menuju kapal besar yang menjadi targetnya. Angin laut menyapu wajahnya, tetapi fokusnya tak sedikit pun beralih. Kemunculannya dengan kecepatan seperti itu bagai malaikat maut yang menjadi momok menakutkan bagi musuh.Di kapal besar, Kapten memandang dengan tajam ke arah speedboat yang semakin mendekat. Dia segera memberikan perintah kepada anak buahnya yang berada di sekelilingnya."Siapkan senjata! Jangan biarkan dia mendekat lebih jauh!" ucap Kapten sambil menatap Kal yang semakin dekat.Seluruh anak buah kapal menyiapkan senjata dan mengarahkannya kepada Kal. Dalam satu kali ucapan tembak oleh sang kapten, mereka pun menembak. Anehnya tembakan beruntun itu tak satupun mengenai sasaran.“Licin sekali. Gunakan basoka!” seru kapten kapal.Salah satu anak buah kapal mengangkat senjata berat yang telah disiapkan sebelumnya. Dengan pandangan tajam, dia menembakkan beberapa kali ke arah speedboat Kal, berharap untuk menghentikan pergerak
Bab 18. Penolakan Presiden“Tuan Hector, apa benar barang-barang ilegal yang disita oleh kepolisian dari kapal barang ilegal itu milik tuan? Apa itu artinya barang-barang yang perusahaan tuan jual selama ini adalah ilegal?”“Maaf untuk semua informasi silahkan tanya ke pengacara saya!”Hector nampak sangat kesal ditanya wartawan mengenai kejadian yang baru saja menimpa perusahaannya. Semua terlanjur terekspose ke media dan tidak bisa dia mengelak. Sekarang yang ia dapat lakukan mencari cara agar penyelundupan barang ilegal itu terkesan ia sama sekali tidak mengetahui.Beruntungnya yang menjadi direktur di perusahaan miliknya itu bukan ia sendiri. Sehingga ia masih bisa mengelak dengan mengatakan bahwa apa yang terjadi diluar sepengetahuannya.Saat itu Hector sedang menuju Istana Kepresidenan. Ia berniat menemui Presiden Keith. Namun kali ini niatnya itu terhalang protokoler. Apalagi ia saat ini dengan status tersangkanya.Sebuah notifikasi pesan masuk ke ponselnya, “Tuan Hector, untuk
“Kau terlalu gegabah bocah! Terlalu dini kau mengusik Hector sedemikian rupa!”“Hahaha.. Kau tidak perlu khawatir, semua telah ku perhitungkan. Tak akan dia mengetahui siapa aku.”Presiden Keith setengah membentak marah kepada Kal. Mereka terlibat pembicaraan hebat. Menantu terbuangnya itu kembali menyambangi orang nomor satu di negara Red Diamond itu. “Aku hanya khawatir dia akan nekat berbuat sesuatu kepada Joana!” “Selama dia masih membutuhkanmu, tak akan dia menyentuh Joana. Sekarang aku ingin kau memberikan ku data semua kekayaan Hector. Aku akan membuat ia menjadi gembel!” Kal bersuara dengan dingin. Ucapan menantunya itu membuat sang Presiden sedikit bergidik. Sekarang ia baru sadar telah berurusan dengan singa yang ganas. Sosok yang ia kira hanya seekor anjing yang bisa dikendalikan, ternyata ganas dan liar.Namun tidak mungkin ia begitu saja meminta Kal berhenti bertindak. Apalagi yang dilakukan oleh menantu terbuangnya itu sedikit banyaknya melenyapkan duri dalam daging
“Apa-apaan ini! Berani sekali mengancam. Apa orang itu tidak tahu kita ini orang kepercayaan siapa?”Pagi-pagi sekali kawasan pembangunan hunian baru di sudut kota Golden City terjadi kehebohan. Hari itu kawasan yang dulunya merupakan kawasan padat penduduk yang telah diambil alih kepemilikannya oleh salah seorang pejabat sekaligus pengusaha itu dibuat gempar. Bagaimana tidak sebuah tulisan ‘Berani merobohkan rumah-rumah di sini, maka nasib kalian akan seperti ini’ terpajang pada spanduk besar tepat di depan pintu masuk kawasan itu. Yang membuat heboh keadaan di bawah spanduk itu terdapat sesosok mayat dalam keadaan seluruh kulitnya menghitam. Semua kenal siapa orang itu. Dia tidak lain adalah salah seorang mandor proyek.Bukan hanya para pekerja yang dibuat heboh, tapi warga yang biasa berdemo karena merasa rumah mereka diambil paksa juga dibuat tegang. Mereka menerka-nerka siapa yang sudah berani membunuh mandor proyek yang biasa mengusir dan menghajar para penduduk itu.Disatu s
“Sebaiknya kau tinggalkan tempat ini, Tuan Menteri," desis suara ancaman, memotong keheningan kekalutan yang melanda tempat itu. “Atau kau akan bernasib sama dengan mobilmu itu!” lanjut suara itu. Suara ancaman terdengar, namun tak ada satupun yang tau siapa pelakunya. Ancaman itu menyusup keluar dari pengeras suara mobil-mobil yang menjadi pengawal sang menteri. Menteri Brade, pucat pasi, melihat sekelilingnya dengan perasaan cemas yang membuncah di dalam dadanya. Matanya memancarkan ketidakpercayaan saat ia mencoba mencerna kenyataan bahwa ancaman itu datang dari mobil-mobil yang seharusnya menjaganya dengan ketat. Seolah menyadari kemungkinan bahaya yang mengintai, ekspresi wajahnya merekah menjadi kebingungan campur ketakutan. Bummmmm! Tiba-tiba, sebuah dentuman mengerikan mengguncang udara. Satu mobil polisi di tengah konvoi meledak dengan kekuatan dahsyat, menyebabkan kekacauan dan kepanikan di antara para pengawal dan penjaga keamanan yang bergegas menyelamatkan diri dari k