Wajah Aghnia sempat bingung, karena penggelapan dana di perusahaan Hasya Company merupakan sebuah penghinaan, karena Hasya Company dikenal dengan aturan yang ketat dan tidak segan untuk memecat bahkan memenjarakan orang yang melakukan tindakan kriminal di perusahaan.
“Penggelapan dana? Di perusahaan ini?” tanya Aghnia dengan wajah yang tidak percaya dengan Baron.“Iya, seperti yang kamu bilang, orang yang menulis laporan ini mengatakan bahwa memang yang tercatat adalah setengah dari jumlah dana investor, menurut kamu kemana setengahnya? Apa itu hilang begitu saja?” Aghnia masih tidak percaya dengan Baron, bahkan wajahnya menunjukkan bahwa Baron mengatakan hal tersebut tanpa bukti.“Baron, kamu mengatakan itu tanpa hal mendasar! Kamu hanya berspekulasi bahwa ada penggelapan di sini!” ujar Aghnia. Baron pun menyabarkan dirinya karena ia sangat mengerti bagaimana sifat Aghnia yang keras kepala dan juga selalu ingin menang.“Aghnia, jika bukan penggelapan dana lalu apa? Ada alternatif lain sebagai alasan uang itu hilang setengah?” tanya Baron dengan wajah yang tegas. Aghnia menggeleng dan melihat Baron seakan-akan Baron selalu sama dari dulu.“Baron, aku masih tidak paham dengan jalan pikiranmu! Kamu masih saja naif dari dulu, selalu berpikiran negatif tanpa memikirkan hal yang lain terlebih dahulu! Sudahlah, dari dulu kamu memang selalu seenaknya!” Aghnia berjalan pergi meninggalkan Baron, Baron pun memanggil Aghnia.“Aghnia!”“Jangan panggil namaku di sini! Aku atasanmu, paham?! Harusnya kamu sudah mengerti bahwa kamu hanya OB di sini!” Baron hanya melihat istrinya pergi ke ruangannya tapi dalam hatinya jelas ada kekhawatiran yang mendalam.“Kamu yang naif Aghnia,” batin Baron. Baron pun kembali ke ruangan staff dan sedang beristirahat sejenak, ia sempat berpikiran bahwa Aghnia memang tidak akan bisa merubah perusahaan ini lebih baik karena sifat Aghnia yang keras kepala.“Hah, sebenarnya apa tindakan aku ini benar dengan membiarkan Aghnia mengurus semuanya sendirian?” gumam Baron. Baron memandangi ponselnya dan tidak lama kemudian datanglah seorang wanita yang bertinggi sekitar 170 cm dan berambut panjang berwarna hitam. Wanita tersebut melihat Baron yang sedang fokus dengan pikirannya.“Mas? Mas?” panggil wanita itu berkali-kali. Baron pun dikejutkan oleh wanita itu karena ia tiba-tiba mendekatkan wajahnya ke wajah Baron.“Astaga, ada apa ya?”“Kamu kan, kamu yang tadi ke ruangan Bu Aghnia kan?” Baron ingat ternyata wanita itu adalah wanita yang ada di sisi Aghnia, dia adalah asisten pribadi Aghnia.“Iya Bu, apa ada yang bisa saya bantu?” tanya Baron. Wanita itu hanya tersenyum dan menjulurkan tangannya.“Perkenalkan, nama saya Miya. Saya asisten Bu Aghnia,” ucap Miya. Baron pun berdiri dan menjabat balik Miya.“Halo Miya, saya Baron. OB baru di sini,” ucap Baron.“Baron? Nama yang bagus, saya harap kamu tidak memikirkan apa yang terjadi tadi,” kata Miya. Miya merupakan asisten baru Aghnia, wajar memang belum pernah ada yang mengenal wajah Baron dulu, karena perusahaan tersebut sering memecat para pekerja. Meskipun, ada beberapa orang yang lama di sana tapi Baron yang sudah berubah pun cukup sulit untuk dikenali. Baron hanya mengangguk dan kembali duduk, lalu Miya pun membuat kopi dan tiba-tiba Miya pun duduk di sebelah Baron. Baron sempat merasa tidak nyaman karena ia memang tidak pernah terlalu dekat dengan wanita selama di kamp. Miya pun melihat gelagat Baron yang terlihat tidak nyaman, dan ia pun mendekati Baron lalu ia melihat wajah Baron.“Kamu jangan khawatir, Bu Aghnia itu sebenarnya baik hanya saja akhir-akhir Vanessa itu sering datang ke sini untuk mengakuisisi perusahaan ini,” ujar Miya. Baron melihat Miya yang sepertinya juga sudah cukup muak dengan perlakuan dari Vanessa. Baron tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, dengan Miya, Baron bisa mengulik permasalahan perusahaan Aghnia.“Maaf, Bu apa tidak masalah menceritakan itu kepada saya? Padahal, saya ini kan hanya OB baru.” Miya melihat ke arah Baron dan tersenyum tipis.“Memangnya kenapa? Memangnya kamu mata-matanya Vanessa? Yah, memang aneh karena menceritakan ini tapi kamu tetaplah karyawan di sini, bahkan hampir semua karyawan tau permasalahannya.” Baron mengerutkan keningnya dan semakin penasaran akan awal permasalahan perusahaan ini.“Permasalahan Bu?” tanya Baron.“Sebenernya, beberapa tahun yang lalu perusahaan ini masih sangat jaya tapi entah apa yang terjadi, setiap vendor yang akan kerjasama dengan kita pasti disabotase oleh orang lain, setiap projekan pasti langsung diambil alih oleh mereka, itu jelas membuat value perusahaan turun secara berkala, ada banyak pemegang saham yang ikut lepas setelah menurunnya kinerja perusahaan. Lalu, dalam beberapa saat Vanessa mencoba untuk mengakuisisi perusahaan ini dengan cara apapun, bahkan tadi saja Vanessa mengultimatum Bu Aghnia, entah kapan perusahaan ini akan kembali dalam masa jaya nya,” ujar Miya. Baron yang mendengarnya pun terlihat tidak terlalu semangat karena Miya terlalu panjang dalam menjelaskan.“Jadi, singkatnya selama beberapa tahun kebelakang ada yang menyabotase vendor lalu Vanessa datang untuk membeli perusahaan yang sudah turun valuenya?”“Kamu cerdas juga, sayang kalau cuma jadi OB.” Miya pun berdiri dan beranjak untuk pergi, sebelum pergi Baron dititipi pesan oleh Miya.“Mas Baron, saya harap kamu sabar menghadapi Bu Aghnia,” ucap Miya yang langsung pergi. … Pada sore hari saat jam kerja usai, Baron menelepon Nolan.“Halo, Nolan. Aku mau kamu selidiki wanita yang sudah aku kirim fotonya, dia bernama Vanessa aku ingin tahu apa dan siapa dia di keluarga Vigo!” ujar Baron.“Baik, ketua. Apa ketua masih akan berada di rumah istri ketua?” tanya Nolan.“Iya, untuk sementara waktu akan ada di rumah istriku,” jawab Baron. Baron berjalan sambil menelepon, tapi dari jauh Baron menyadari bahwa dia dibuntuti oleh beberapa mobil.“Nolan, apa Tzagia memberikan aturan khusus padaku?” tanya Baron sembari melirik ke sekelilingnya.“Tidak ada ketua, mungkin Tzagia Romanov mengharapkan agar ketua bisa menahan diri,” jawab Nolan.“Begitu?”“Ada apa ketua?”“Ada beberapa mobil yang sedari tadi mengikuti ku, aku tidak terlalu yakin tapi rasanya mereka mengincarku!” Mendengar itu, Nolan pun langsung bersiaga.“Ketua, saya akan mengirimkan beberapa pasukan ke sana!” Nolan langsung mematikan telponnya, Baron kembali melihat sekeliling, ada sekitar 6 mobil yang berjalan pelan seperti dikomandoi seseorang. Baron berjalan dengan mempercepat temponya, Baron sempat melirik sedikit lalu Baron memutari beberapa tempat yang sama dan memang benar, Baron diikuti oleh beberapa mobil. Baron pergi ke jalan yang sepi dan orang-orang yang ada di mobil itu pun keluar.“Kemana dia?!”“Cari-cari cepat!” Baron yang ada di atas sebuah bangunan yang hanya 1 lantai bertinggi 10 meter.“Si*l*n! Mereka mengikutiku, pasti ada seseorang yang menyuruh mereka! Baiklah, akan aku tunjukkan dengan siapa mereka berhadapan!” Bersambung…Mereka semua benar-benar mencari Baron di semua jalanan, bahkan mereka tidak melewatkan tempat-tempat kecil yang memungkinkan untuk Baron bersembunyi.“Di mana dia?! Bisa gawat kalau Bos tahu kita tidak bisa menemukan dia!” Saat Baron melihat sebuah kesempatan dengan menemukan seseorang yang datang sendiri ke tempatnya, Baron langsung menyergap orang itu dari belakang dan melakukan Rear naked choke dan membuat orang itu pingsan dengan seketika. Baron membawa orang itu dan menyembunyikan dia di tong sampah, setelahnya Baron memperhatikan semua kondisi di lingkungan itu, yang dimana tidak memungkinkan untuk Baron menghindari pertarungan. Sebuah jalan yang sempit dan juga padat. Saat Baron sedang memperhatikan, tiba-tiba seseorang dengan pisau lipat menemukan Baron dan menodong Baron dengan pisau kecil itu.“Ketemu juga!” Sebuah tindakan konyol ketika menodong seorang Jendral besar hanya dengan bermodalkan pisau lipat kecil yang tidak ada artinya bagi Baron Vasilias yang sudah meng
Baron pulang dengan Nolan yang berada di bangku kemudi, Nolan sempat melihat ke arah Baron melalui convex mirror. Wajah Baron terlihat begitu kesal dengan beberapa otot wajah yang terlihat jelas.“Wah, sebaiknya aku diam saja. Lagian, Jendral punya masalah pribadi di sini,” batin Nolan. Baron melihat ke arah jalanan yang bisa membuat Baron sedikit tenang, lalu Baron bertanya pada Nolan, “Nolan, apa ada kabar soal pencarian Vanessa?” Dengan melihat convex mirror, Nolan menjawab pertanyaan dari Baron, “Maaf, Jendra. Kami belum menemukan informasi mengenai orang yang dicari oleh Jendral. Tapi, kamu akan berusaha secepat mungkin, kita benar-benar baru di sini.” Baron menganggukkan kepalanya, lantas mereka pun hampir tiba di dekat rumah keluarga Hasya.“Nolan, aku turun di sini saja. Lagian, di depan sana sudah terpantau oleh cctv dan juga ini sudah cukup larut,” ucap Baron dengan menunjuk ke arah rumah keluarga Hasya.“Siap, Jendral!” Baron pun pulang dengan rasa yang kuat untuk men
“Lama tidak bertemu, Baron Vasilias dan Anda pasti Aghnia Hasya!” sapa Laksdya Wirnata dengan penuh hormat dan juga wajah yang berseri.“Wirnata?”“Benar sekali, astaga Saya tidak menyangka bisa bertemu dengan Anda di sini, dan ini istri Anda yang sering Anda ceritakan?” “Iya, dia yang sering aku ceritakan, kenalkan, Aghnia Hasya istri saya yang paling saya cintai!” ucap Baron sembari memperkenalkan Aghnia kepada Laksdya Wirnata, “Halo!”“Ah, salam kenal ternyata memang benar apa yang diucapkan oleh Baron dulu, anda memang sangat cantik!” Wajah Aghnia sempat memerah karena tanpa ia ketahui Baron masih memuji Aghnia di hadapan orang lain. Pemandangan itu, jelas membuat semua yang ada di sana tercengang. Terlebih lagi, Baron belum lama ada di Indonesia, tapi Laksdya Wirnata yang terkenal baru-baru ini mengenal Baron bahkan Aghnia juga.“La-laksdya Wirnata menyapa Baron dan juga Aghnia? Bagaimana mungkin?” batin Sophie dengan wajahnya yang terkejut, “Sophie, apa yang baru saja kulih
Walikota Andre yang melihat semua orang yang ada di sana memberi hormat kepada Baron, bahkan Laksda Wirnata memperingatkan mereka agar tidak memicu perang dengan pasukan yang dipimpin oleh Baron.“W-wirnata, ada apa ini?” tanya Walikota Andre.“Andre….dia bukanlah sosok yang bisa di sentuh sembarangan, sosok Jendral yang memimpin Pertempuran Agung beberapa waktu lalu, pertempuran itu diikuti oleh 5 Negara besar, tapi mereka bisa dikalahkan dalam waktu 1 bulan!” Wajah Walikota Andre memunculkan keringat kecil dan melihat ke arah Baron, Baron menatap balik dan perasaan yang sama di rasakan oleh Walikota Andre. Perbedaan aura dan juga karisma Baron Vasilias yang semakin tinggi, membuat ia bertanya kepada dirinya sendiri, “Apa dia orang yang sama, orang yang tadi aku temui? Kenapa rasanya dia memberikan aura mengancam?” “Juga, Jendral Theos merupakan pemimpin dari 12 Dynami, Batalion yang memuncaki daftar pasukan terkuat!” imbuh Laksdya Wirnata. Dengan wajah Baron yang tidak memuncu
Mereka membentuk lingkaran dan Baron berada di tengah-tengah kerumunan, dengan Baron yang ditodong pistol harusnya itu membuat mereka jauh lebih berani. Justru, malah sebaliknya tak ada yang berani menarik pelatuk. Baron melirik mereka dengan lirikan yang tajam, lalu Baron pun tersenyum dan mengatakan yang membuat kepercayaan diri mereka jatuh, "Kenapa? Ragu untuk menembakku?" Salah satu dari mereka terkejut karena Baron seakan mengetahui ketidakpercyaan mereka dalam menarik pelatuk, alasannya karena Baron berada di tngah akan sangat berbahaya jika mereka menembak dengan gegabah, bisa-bisa mereka sendiri yang akan tertembak."B-bagaimana bisa dia tahu?" Baron yang mendengar hal tersebut langsung melihat ke arah orang yang berbicara dan tersenyum sinis padanya, "Bagaimana aku bisa tahu? Mudah saja, aku sudah sangat berpengalaman di medan perang dan pasti kalian tidak pernah terjun ke sana. Tapi, kalian dengan beraninya menculik istri dari Baron Vasilias. Tembak saja, kita akan lihat
Baron sudah berada di puncak emosinya, karena istri yang ia cintai akan dinodai oleh seseorang yang bahkan tidak ia kenal.“Menyentuh istriku, artinya kematian untukmu!” ujar Baron dengan wajahnya yang menegang, Billy masih mencoba untuk meminta pertolongan, “D-dia itu akan menjadi milikku! Aku Billy Hatarajasa, bisa memiliki apapun yang aku mau!” Baron mengangkat pria itu dan melemparkannya ke arah pintu kamar mandi, pintu itu pun pecah karena terbuat dari akrilik jadi tidak menyebabkan luka yang fatal.“Bersyukurlah! Pintu itu terbuat dari akrilik, buka dari kaca jika itu dari kaca. Kau, pasti akan mati!” Saat Baron berjalan mendekat ke arah Billy, Billy masih saja mengoceh seperti orang b*doh yang tidak paham akan situasi.“K-k-kau mau apa apa? Jangan mendekat, keluarga Hatarajasa bisa saja membuat keluarga Hasya hilang dari kota J!”“Yah, kita akan lihat siapa yang akan mati lebih dulu!” ujar Baron, dengan berjalan semakin cepat.“B-batsa!” Tiba-tiba terdengar suara langkah k
Saat Baron mengendarai mobilnya, ia melihat ke arah Aghnia, “Siapa yang melakukan ini? Ivan?” Baron masih menerka-nerka siapa yang menjadi dalang dalam kejadian ini. Baron pun tiba di kediaman Hasya, yang ternyata tidak ada siapa-siapa di dalamnya, ini semakin menguatkan pikirannya bahwa Ivan lah yang melakukan ini. Baron membopong Aghnia menuju kamarnya, lalu Baron meletakkan Aghnia di kasur, sejenak Baron memandangi wajah Aghnia. Baron menepati janjinya kepada Aghnia dari dulu, bahwa ia tidak akan “menyentuh” Aghnia sampai Aghnia benar-benar mencintainya. Hingga, Baron memandangi Aghnia di sofa.2 jam kemudian, saat Baron tertidur ia mendapat telepon dari Nolan. Baron pergi ke luar kamar dan mengangkat telepon itu, “Halo, Nolan. Bagaimana apa kamu sudah ada di sana?” “Sudah, Jendral. Kami sudah ada di sini, tidak terlalu banyak anggota keluarga dari yang Jendral minta, hanya seorang istri, anak kecil dan pembantu.”“Berikan ponsel ini padanya!” ujar Baron kepada Nolan, saat Nol
Baron menuju ke restoran La Lumière Du Ciel dengan tujuan untuk membeli saham restorannya, Suara notifikasi pesan, membuat Baron dan juga Nolan terkejut. Karena, mereka sedang berbincang. Saat Baron melihat notifikasi tersebut, itu merupakan sebuah pesan dari Walikota Andre. Sejenak, Baron sempat bingung bagaimana Andre bisa memiliki nomor Baron, “Andre? Kapan aku memberi nomor ku,” Nolan penasaran dengan apa yang diterima oleh, Baron. Tapi, ia sendiri tidak berani untuk melihat urusan dari atasannya tersebut. Baron memperlihatkan ponselnya yang berisikan pesan, bahwa Billy Hatarajasa benar-benar tidak akan mengganggu Baron lagi. Karena, Billy akan mendekam di jeruji besi karena perbuatannya.“Walikota?” tanya Nolan dengan penuh kebingungan, Baron merespon hal tersebut dengan senyuman lalu mengucap, “Kita, masih bisa dibilang orang asing. Meski, aku sendiri orang di Negara ini. Bukankah, bekerjasama dengan seorang dari pemerintahan suatu hal yang baik? Meski, aku harus memberitah