Share

Menantu yang Dibuang
Menantu yang Dibuang
Author: An_Nazila

Laki-laki Miskin

Cklek

Langkah Arsenio berjalan masuk ke dalam rumah. Rasanya dia sudah tidak sabar ingin segera bertemu dengan istri dan anak laki-lakinya yang baru lahir satu minggu yang lalu.

"Pasti Dyra senang aku bawakan makanan kesukaannya."

Arsenio yang tidak sabar. Terus mempercepat langkahnya.

"Kamu harus menceraikan laki-laki miskin itu Dyra."

Deg

Langkah Arsenio harus terhentikan saat mendengar suara dari dalam kamar. Arsenio diam di tempatnya, dan mendengarkan percakapan yang tengah berlangsung itu.

"Iya, Mama benar. Aku juga sudah capek punya suami miskin seperti Arsenio."

Seperti tertampar keras hati Arsenio mendengar ucapan istri yang sangat ia cintai. Begitu teganya dia mengucapkan kalimat yang tidak pernah ingin ia dengar seumur hidupnya.

"Lalu kapan kamu akan menceraikannya?"

"Secepatnya Mama."

"Bagus. Setelah kamu bercerai dengan Arsenio. Kamu menikah dengan David. Dia laki-laki kaya raya yang dulu pernah Mama kenalkan sama kamu."

"David anaknya Om Bastian ya Ma?"

"Iya, benar. Mama pernah ngobrol-ngobrol sama dia. Katanya sampai sekarang dia masih mencintai kamu, dan siap menunggu jandamu. Bagaimana? Kamu mau kan?"

"Iya Ma, aku mau."

Arsenio mengepalkan tangannya. Hatinya tidak hanya hancur, tapi juga berselimut marah. Arsenio tidak terima mendengar ucapan istrinya. Istrinya tidak hanya mengatainya sebagai laki-laki miskin, tapi pernikahannya juga berada di ujung tanduk. Arsenio tidak habis pikir. Karena keegoisan istrinya sampai tidak memikirkan nasib putra mereka.

"Beraninya kamu mengatakan itu Dyra. Padahal kamu baru saja melahirkan anakku."

Arsenio geram. Obrolan mereka semakin membuat Arsenio marah. Rahangnya mengeras, dan siap melahap mangsanya. Arsenio tidak bisa lagi membiarkan mereka.

Brakkkk

Seketika itu Mama Shellin dan Dyra terkejut. Mereka mengalihkan perhatian yang membuat mereka semakin terkejut.

"Ma-mas Arsenio. Sejak kapan Mas Arsenio ada di situ?" kata Dyra panik dan langsung beranjak dari duduknya. Tidak hanya itu saja. Mama Shellin pun juga sama.

"Apa maksud perkataan kamu tadi Dyra?" tanya Arsenio dengan amarahnya.

"Perkataan apa? Aku tidak berkata apa-apa kok Mas."

"Bohong!!!!! Jelas-jelas aku dengar kamu mau menikah dengan David setelah menceraikan aku."

Dyra terpojokkan. Dyra tidak lagi bisa berbohong. Karena Arsenio sudah mendengar semuanya. Dyra pasrah. Toh, Dyra sudah tidak mencintai suaminya. Dyra tak perlu capek-capek untuk menjelaskan semuanya nantinya.

"Oh, jadi kamu sudah mendengar obrolanku dengan Mama tadi ya?"

"Iya, aku mendengar semuanya."

"Baguslah. Aku tidak perlu capek-capek untuk menjelaskannya sama kamu. Sekarang kamu tinggal menunggu hari perceraian kita."

"Maksud kamu apa Dyra?!!!!!!!!"

"Apa masih kurang jelas? Kalau aku ingin bercerai dengan kamu."

"Gila kamu Dyra. Anak kita baru saja lahir. Tapi kamu malah ingin bercerai denganku."

"Aku tidak perduli. Aku lelah hidup bersama laki-laki miskin seperti kamu."

"Aku memang miskin Dyra. Tapi demi kamu dan anak kita. Aku berusaha keras untuk menghidupi kebutuhan keluarga kita. Aku banting tulang dan mengabaikan rasa lelah."

"Tapi tetap saja kamu masih miskin. Dan aku tidak mau lagi punya suami miskin seperti kamu. Kamu tahu. Aku menyesal menikah sama kamu."

"Tega sekali kamu mengatakan itu padaku Dyra. Setelah semua yang aku lakukan padamu."

"Aku tidak perduli. Cepat sana pergi. Aku tidak mau melihat kamu lagi di sini. Aku sudah muak sama kamu."

Brukkkk

Arsenio terjatuh saat Dyra mendorongnya. Dyra berjalan mendekati lemari, dan melempar semua baju Arsenio pada pemiliknya.

"Kemasi barang-barangmu dan jangan pernah kembali lagi."

"Tidak. Aku tidak akan pernah pergi. Aku tidak akan meninggalkan anakku."

"Kamu tenang saja. Anakmu akan ikut denganmu."

Dyra melihat Arsenio dengan jijik. Bahkan Dyra tersenyum mengejek padanya. Melihat itu, Arsenio menggelengkan kepalanya. Wanita yang sangat ia cintai. Kini berubah menjadi orang yang tidak pernah ia kenal.

"Mama, panggil Jihan sekarang."

"Iya Dyra."

Mama Shellin pun langsung keluar dari dalam kamar putrinya. Mama Shellin menuju kamar Jihan. Karena bersama Jihan lah anak Arsenio sekarang.

Arsenio diam, dan terus melihat istrinya. Rasanya Arsenio tak percaya dengan sikap istrinya malam itu. Arsenio yakin jika wanita yang ia nikahi dua tahu lalu. Sangat mencintainya. Tapi malam itu. Semuanya berubah. Istrinya seperti orang asing baginya.

"Aku gak mau Ma. Lepaskan aku."

Arsenio mengalihkan pandangannya. Saat itu Arsenio melihat Jihan. Adik iparnya yang tengah diseret Mama mertuanya.

Brukkkk

Mama Shellin mendorong Jihan hingga terjatuh. Untungnya saat itu Arlo yang di dalam gendongannya tidak terjatuh.

"Ini barangmu. Pergi kamu dengan menantuku yang miskin itu,” kata Mama Shellin yang melemparkan tas Jihan yang berisikan barang miliknya.

"Aku tidak mau pergi Ma. Aku mau tetap di sini sama Mama dan Kakak."

"Berhenti panggil aku Mama. Kamu hanya anak tiriku. Kalau kamu tidak terima. Laporkan saja sama orang tuamu yang sudah mati itu."

"Aku tidak mau Ma. Aku tidak mau pergi."

Arsenio melihat Jihan yang tengah menangis. Ia merasa kasian. Setelah Papa mertuanya meninggal. Jihan dijadikan budak di rumah ini. Hampir setiap hari Arsenio melihat Jihan disiksa dengan tidak manusiawi. Dan selama itu pula Arsenio diam. Meski hatinya meronta memintanya untuk menolong Jihan.

"Kenapa kalian masih diam saja di sini? Cepat pergi!!!!!!!"

Sepasang mata elang Arsenio melihat Dyra tajam. Rasa cinta yang pernah singgah. Berganti kebencian yang memuncak seketika itu.

"Kau mengusirku?"

"Iya. Aku mengusir laki-laki miskin sepertimu."

"Baiklah. Aku akan pergi. Tapi kamu harus ingat ucapanku malam ini Dyra. Sekali kamu menyakitiku. Selamanya aku tidak akan pernah memaafkan kamu."

"Aku tidak perduli. Sekarang kamu pergi dan jangan banyak bicara lagi."

Dyra mengibaskan tangannya. Rasanya Dyra sudah enek melihat dua manusia yang tidak berguna itu.

"Aku akan membalas perbuatan kamu ini. Camkan itu baik-baik!!!!!"

Arsenio memunguti baju miliknya. Setelah Arsenio selesai masukkannya ke dalam tas. Arsenio langsung berdiri. Arsenio menatap Dyra sekilas, dan setelahnya dia melangkahkan kakinya. Melihat itu, Jihan pun mengikutinya.

"Akhirnya kita berhasil membuang sampah di rumah kita ya Ma."

"Iya Dyra. Pilihan kamu ini yang paling tepat."

Gelak tawa Dyra dan mamanya pun terdengar keras. Mendengar itu, tangan Arsenio terkepal kuat. Rasa dendam di dalam hatinya pun semakin berkobar. Arsenio bersumpah. Suatu saat nanti Arsenio akan membalas perbuatan istri dan Mama mertuanya.

Langkah Arsenio terus berderap keluar dari dalam rumah. Arsenio tak membalikkan badannya sedikitpun. Hatinya sudah mantap meninggalkan rumah yang banyak meninggalkan kenangan untuknya. Tapi juga memberikan luka yang amat mendalam baginya.

Saat keluar dari gerbang rumah. Saat itu Arsenio menyadari. Ada yang mengikutinya. Arsenio menghentikan langkahnya dan membalikkan badannya.

“Jihan.”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status