Share

Chapter 6 : Kejutan untuk Christopher Burton

Setelah malam itu, Ryan tidak pernah lagi menemui Briana di bar dan hotel yang sama. Pria itu kehilangan jejak. Akan tetapi, Tuan White yang memberitahukannya bahwa Briana sempat pulang dan bertengkar dengan sang ayah.  

Ryan tidak ingin ikut campur masalah keluarga itu, bersikap seakan itu di luar jangkauannya untuk membuntuti keberadaan Briana. Pria itu memilih diam, walau sebenarnya dia mampu mendeteksi lokasi Briana dan bisa meyakinkan bahwa putrinya baik-baik saja. 

Beberapa hari kemudian. Tuan White menghubungi Ryan melalui telepon ruangan kantor. Kala itu Ryan tengah sibuk memeriksa beberapa laporan masuk yang mulai ada kejanggalan lagi pada database. 

"Ryan, di sini."

"Ini aku, White. Sebentar lagi akan datang seseorang ke ruanganmu, membawa setelan jas untuk kau pakai pukul 10 nanti."

"Aku memilikinya sendiri di ruanganku, untuk apa kau mengirimkan jas?" Ryan tidak habis pikir, sepagi ini pria tua itu menelepon hanya untuk mengatakan membelikannya jas untuk dipakai rapat. 

"Kau harus memakainya, itu jas pilihan putriku, akan ada pertemuan penting. Berpakaianlah dengan baik."

"Apa-apaan pria tua ini!" gumam Ryan dalam hati. "Kurasa pakaianku baik-baik saja, tidak terlihat buruk sama sekali. Apakah begitu penting? Aku harus memeriksa beberapa laporan," jelas Ryan.

"Ini jauh lebih penting dari apa yang kau kerjakan pada laptopmu. Ikuti saja saranku, tidak perlu membantahku."

Ryan mengerutkan dahinya, jika ini sesuatu yang penting, bisa jadi suatu hal yang akan mengganggu pekerjaannya. Dia menghela napas sedikit kesal dan menjawab datar, "Baiklah." 

Panggilan itu pun langsung terputus begitu saja, Ryan langsung menghubungi Jacob untuk segera ke ruangannya. Jacob segera masuk dengan terburu-buru, mendengar nada bicara Ryan yang tampak serius.

"Ada apa, Kawan? Apa benar ada laporan bermasalah?"

"Apa aku terlihat buruk?"

"Kupikir apa, pertanyaan macam apa itu. Kau baik-baik saja, tidak buruk sama sekal, sudahlah."

"Pria tua itu mengirimkan setelan pakaian untukku, apa menurutmu itu tidak aneh?" ucap Ryan sambil memasang ekspresi risih. 

"Apa dia mau menjadikanmu cinderella, Ryan? Ha-ha-ha."

"Berhenti menertawakanku, aku sedang bertanya padamu. Sial!" Ryan makin kesal dibuatnya. 

Jacob langsung meredam tawanya melihat Ryan yang melirik serius. "Ada perihal apa, kapan kau diminta memakainya?"

"Pukul sepuluh nanti, akan ada pertemuan penting. Apa kau tahu ada pertemuan apa?"

"Bagaimana aku bisa tahu, kau sendiri atasanku tapi tidak tahu informasi itu."

Tiba-tiba seseorang mengetuk dan Ryan menyahut mempersilakan masuk, kemudian salah seorang pria masuk membawa sebuah setelan jas beserta cover-nya.

"Tolong tanda tangani, Tuan,"

Ryan kemudian menerimanya dan menyelipkan uang tips pada si anak buah. Kemudian orang itu pun keluar dari ruangan.

Dibukanya cover setelan jas itu, sebuah setelan jas berwarna hijau pucat dari seorang perancang ternama. "Hijau pucat? Ini warna pakaian militer!"

"Ha-ha-ha ... kau yakin pria tua itu yang memilihkan?" Jacob semakin tertawa puas.

"Briana. Dia pasti berniat mengerjaiku. Aku tidak akan memakainya!"

"Ayolah, Kawan, kau pasti terlihat lebih tampan. Apa pun yang kau pakai, kau pasti terlihat keren. Lagi pula hanya 2 jam. Setelah makan siang kau bisa memakai pakaian berkabungmu"

"Jadi kau juga senang aku tampak seperti tentara, huh?"

Jacob hanya berani menahan tawa, enggan mengomentari Ryan yang terpaksa memakainya, sedangkan sahabatnya itu lebih sering berpakaian dominan serba hitam.

Pukul 10 akhirnya Ryan menuju lantai 36, di mana sebuah ruang rapat berukuran lebih luas berada. Ryan berusaha menahan emosinya, lalu masuk dan memasang senyum pada beberapa orang yang telah hadir. pun salah satu kursi yang berderet melingkari meja berbentuk persegi panjang.

Beberapa mata para petinggi departemen sudah hadir beserta beberapa investor menyorot pada sosok Ryan yang melangkah masuk. Kharisma dan ketampanan dari pria tinggi berambut cokelat itu muncul saat mengenakan jas yang terlihat mahal.  Briana mungkin saja tidak akan mengira bahwa pakaian itu jauh dari kata aneh, malah sebaliknya. Beberapa orang dari para investor bahkan baru melihat Ryan, sedikit gumaman dan bisikkan terdengar samar, seperti mempertanyakan siapa dirinya.

Salah satu dari mereka adalah Christopher, yang menyadari kehadiran Ryan dengan setelan jas itu. Sambil memandang remeh penampilan Ryan, Chris salng melempar tawa kecil dengan salah seorang petinggi departemen. 

Akan tetapi, tawa ejek Chris sama sekali tidak mempan bagi Ryan. Bahkan hal itu dibalasnya dengan menyungging senyum ramah dan ekspresi wajah yang tenang. Chris pun merasa canggung dan meredupkan tawanya seketika.

Briana yang kala itu hadir, awalnya berniat ikut memasang senyum kemenangan dari pembalasannya. Namun, kenyataannya bola mata wanita itu menyorot takjub melihat penampilan Ryan, yang jauh dari perkiraannya. 

“Selera pakaiannya sangat unik, apa dia bercita-cita menjadi seorang tentara? Ha-ha-ha!” bisik Chris yang menggeser pelan kepalanya dan mendekat ke telinga Briana. 

Briana membalas dengan diam. Hanya menoleh sekilas dan tersenyum masam. Dia pun merasa risih. Tujuannya membalas Ryan tidak ada kaitannya untuk menguntungkan Chris agar ikut mengejek. 

Ryan memang tidak terlihat buruk dengan setelan jas tersebut, karena desain yang dibuat sang perancang ternama itu memang sesuai padai tubuhnya yang proporsional serta membuat pria itu malah tampak berkelas.

Beberapa saat kemudian Tuan White pun datang, seluruh orang di dalam ruangan itu berdiri dan sedikit menganggukkan kepala memberi hormat.

“Terima kasih. Kuharap Anda semua tidak menunggu terlalu lama, silakan kembali duduk.”

Setelah semuanya kembali duduk di kursinya, Tuan White melanjutkan bicara tentang beberapa hal perkembangan berikut rencana ke depan perusahaannya. Setelah selama satu jam dia berbicara kemudian berdialog dengan para investor, tiba-tiba Tuan White kembali berdiri untuk menyampaikan hal utama dalam pertemuan itu. 

“Seperti Anda yang tahu, pertumbuhan pesat White Stone Contruction ini tidak akan luput dari tangan-tangan profesional dan otak cerdas orang-orang di dalamnya. Semua departemen turut bertanggung jawab mengawasi divisi-divisi yang bekerja sangat maksimal demi perusahaan ini. Bahkan terjaga ketat.” Tuan White memandangi sebagian orang-orang departemen yang diam memperhatikannya bicara. “Tapi, Anda tahu bahwa aku tidak akan sanggup di usiaku saat ini, bukan? Ha-ha-ha,” jelas Tuan White menyisipkan sedikit canda.

Chris yang sedang memasang sikap percaya diri, melirik tipis Briana sambil tersenyum dengan deretan giginya. Tidak mendapat balasan, Chris pun canggung dan kembali memandang ke arah Tuan white.

“Bagaimana pun itu, tidak akan membuat perusahaan ini menjadi lemah. Aku tidak lagi memiliki kekhawatiran soal itu. Karena aku memiliki calon tepat untuk menggantikan diriku nanti,” lanjut Tuan White.

Seisi ruangan tiba-tiba terdengar sedikit riuh dengan desis dan bisik orang-orang yang tadinya terlihat duduk rapi. Sepertinya ini suatu kejutan yang tidak pernah diketahui oleh para investor. Namun, mereka seperti mempertanyakan, siapakah sosok yang akan menggantikan Tuan White nantinya. Salah seorang investor mengangkat tangan untuk berbicara.

“Setahuku, pengangkatan jabatan CEO kita rencanakan dua tahun lagi, apa ini maksudnya adalah keputusan sepihak Anda, Tuan White?” tanya salah seorang investor.

“Jika Anda berani menaruh 50 persen lebih saham di perusahaanku, kubiarkan Anda berdiri. Seharusnya Anda sudah tahu surat perjanjian awal kita.”

Sang investor hanya terdiam, tidak berani menanggapi lebih keputusan Tuan White. Karena Tuan White adalah founder sekaligus pemilik saham terbesar di perusahaan itu, sekaligus menjadi CEO yang tadinya akan diposisikan untuk Briana. 

Namun, rencana Tuan White melenceng dari keputusan awal, dia malah mencari sosok lain yang tepat untuk menggantikan Briana.

“Aku sudah memiliki calon yang tepat untuk kita di sini. Seorang CEO, pengganti diriku. Dia adalah salah satu penyelamat perusahaanku. Dan aku tahu … banyak hal yang dia lakukan tanpa ingin diketahui siapa pun.”

Christopher semakin memasang senyum lebar, dia merasa sebentar lagi dirinya akan dipanggil untuk maju oleh Tuan White. 

Ryan yang mendengar itu seketika melirik ke arah Briana, tatapan keduanya bertemu tapi Briana tetap membalasnya dengan ekspresi datar.

“Sebaiknya tidak perlu lama kuperkenalkan pada Anda semua. Mari sambut CEO baru perusahaan ini. Silakan Tuan ... Ryan Miller.” Tuan White mengulurkan tangan mempersilakan ke arah Ryan.

Sontak mata Chris membulat sempurna, sedari tadi posisi duduknya bersandar santai mendengarkan setiap kalimat Tuan White. Tiba-tiba satu gebrakan keras terdengar dari sudut salah satu meja.

“Apa-apaan ini!”

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Pena Ilusi
Keren! Semangat up, Thor ...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status