Share

Bab 8. Little Catra

Author: Ira Riswana
last update Last Updated: 2021-06-28 14:15:39

Catra masuk kedalam ruangannya disambut kehebohan Abhi saat melihat Catra menggendong Dean.

Abhi yang awalnya sedang duduk di kursi kebesaran Catra, langsung berdiri dan berjalan kearah Catra yang datang sambil membawa Dean di pangkuannya.

"Wah ... wah ... wah ... " seru Abhi sambil bertepuk tangan. "Benar-benar little Catra. Lihatlah bagaimana cara dia menatap uncle, nya. Sama persis seperti kamu, Catra." Lanjut Abhi saat melihat Dean menatap Abhi dengan tatapan dingin seperti mengintimidasinya.

Biasanya anak 2 tahun akan menangis saat bertemu dengan orang baru. Namun Dean berbeda. Dia terlihat sedang memprovokasi lawan bicaranya. Benar-benar gambaran seorang Catra. Wajahnya boleh mirip Gisa, namun segala sifatnya menurun dari Catra.

"Ckk ... cepat bilang, ada hal penting apa yang ingin kamu sampaikan?!" tanya Catra sedikit menggerutu pada Abi sambil mendudukan Dean di sofa ruangannya.

"Hay boy. Nama kamu siapa?" tanya Abhi pada Dean sambil mencubit pipi chubby Dean dengan gemas. Abhi mengabaikan pertanyaan Catra.

Dean menatap tajam Abhi saat Abhi mencubit pipinya kemudian dia usap bekas cubitan tangan Abhi. Dean menjulurkan tangan kanannya pada Abhi. "Deankala," ucapnya dengan pelapalan yang belum sempurna.

"Wow nama yang keren!" seru Abhi sambil meraih tangan Dean yang terulur.

"Abhi ... " panggil Catra kembali.

"Oke, " jawab Abhi kemudian mendudukan diri di sofa. "Sebaiknya kita bicara di sana," ajak Abhi sambil menunjuk pojok ruangan yang sedikit jauh dari tempat Dean.

Catra berjalan menuju meja untuk membawa tas yang berisi pakaian dan alat gambar Dean. Catra mengeluarkan alat gambar tersebut agar Dean tidak jenuh saat menunggunya.

"Dean, Daddy harus diskusi dulu sama uncle Abhi. Dean tunggu Daddy disini, ya!" jelas Catra pada Dean sambil memberikan alat gambar milik Dean. Dean hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Mana ngerti anak 2 tahun tentang diskusi," cibir Abhi pada Catra. "Bahasa kamu terlalu berat untuk anak umur 2 tahun, Catraaa ... " lanjut Abhi.

"Ckk ... dia mewarisi otakku Abhi, jangan samakan dengan otak kamu saat berumur 2 tahun." Sombong Catra sambil berjalan menuju pojok ruangan.

Abhi memutar bola matanya jengah. "Semoga saja kesombongan Daddy-nya tidak menurun pada anaknya," batin Abhi.

"Ada apa?" tanya Catra kembali.

"Tentang 3 tahun yang lalu," ucap Abhi terjeda. "Gista mengalami kecelakaan saat pulang dari bandara yang menyebabkan dia kehilangan ingatannya." Lanjut Abhi.

"Teruskan," pinta Catra. Catra menundukan kepalanya dengan tangan sebelah kanan bertumpu pada batang kaca lebar yang menghadap langsung ke keramaian kota. Abhi berdiri di samping Catra dengan memasukan kedua tangannya pada saku celana.

Abhi menarik nafas sebelum melanjutkan ceritanya. "Ingatan yang Gista lupakan, hanya ingatan dari 2 bulan kebelakang ... " jedanya. "Termasuk, ingatan saat kalian bersama," lanjutnya pelan.

"Oke, stop!" pinta Catra pada Abhi sambil mengangkat tangannya. "Untuk hari ini cukup sampai itu saja aku tau faktanya," lirih Catra.

"Oke no problem Catra, santai saja masih banyak waktu untuk mengetahui fakta keseluruhannya," ucap Abhi sambil menepuk bahu Catra kemudian bergabung bersama Dean yang tengah menggambar.

Catra masih mematung ditempatnya. Dia arahkan pandangannya menerawang sudut kota yang ramai sore ini. Dia langkahkan kakinya menghampiri Dean yang saat ini tengah fokus pada buku gambarnya.

"Ayo pulang," ajak Catra pada Dean.

Dean mendongak menatap netra Catra. Kemudian Dean tersenyum sambil mengangguk pelan. Senyuman Dean menular. Tanpa sadar Catra juga tersenyum membalas senyuman anaknya. 

Abhi yang menyaksikan interaksi antara ayah dan anak itu ikut terharu dengan perubahan sahabatnya. Bahkan 3 tahun terakhir ini Abhi sangat langka melihat senyum Catra. Dia bersyukur Gisa dan Dean bisa kembali mengisi hari-hari Catra yang kosong sebelumnya.

Catra menggandeng tangan mungil Dean untuk dia ajak keluar dari kantornya. Mereka berdua masih menjadi pusat perhatian karyawan kantor. Dean tidak terlihat risih. Dia berjalan dengan tenang dan berkarisma. Catra sendiri bangga melihat keberanian anaknya menghadapi banyak orang. "Ini baru anak Daddy," batin Catra bangga.

***

Saat ini Catra dan Dean sedang berada di salah satu pusat perbelanjaan yang cukup mewah. Catra berniat membeli beberapa pakaian untuk Dean. Catra tidak membawa banyak pakaian dari rumah Gisa.

Catra masuk kedalam toko khusus yang menjual baju-baju anak dengan brand ternama. Catra meminta Dean memilih beberapa pakaian yang dia sukai dan sisanya meminta pegawai toko untuk membungkus pakaian yang cocok untuk anaknya.

Dean mengambil 3 pakaian berbeda. Semua yang dia ambil adalah warna-warna yang selalu Catra pakai juga. Hitam, abu dan putih. Ya, sepertinya perihal pakaian pun mereka memiliki selera yang sama.

Catra juga mengajak Dean makan di restoran favoritnya. Catra memperhatikan cara Dean makan. Dia makan dengan begitu elegan. Untuk anak berumur 2 tahun bahkan dia sudah mahir menggunakan pisau dan garpu. Catra dapat mendengar pujian yang orang-orang lontarkan untuk anaknya. Benar-benar layak menjadi pewaris Ganendra pikirnya. Catra salut pada pola asuh yang Gisa ajarkan pada Dean.

"Daddy," bisik Dean sambil mencodongkan tubuh mungilnya pada kursi Catra.

"Yes baby," jawab Catra sambil melakukan hal yang sama.

"Mau pipis," bisiknya kembali.

"Dean mau pipis?" tanya Catra kembali. Dean mengangguk sebagai jawaban.

"Oke, let's go," jawab Catra sambil menggendong Dean menuju toilet restoran.

Mereka sampai didepan toilet khusus pria. "Daddy, stop. Dean bisa sendili," pinta Dean sambil melorotkan tubuhnya dari gendongan sang ayah.

Catra mengerutkan keningnya. "Dean yakin bisa sendiri?" tanya Catra pada anaknya.

Dean mengangguk dengan antusias. "Mommy bilang, Dean halus belajal ke toilet cendili. Kalau Dean pelgi cama Mommy, mommy celalu nungguin Dean di depan toilet," jelas Dean dengan pelapalan yang menggemaskan menurut Catra.

Catra tersenyum hangat sambil mengusap kepala anaknya dengan sayang. Catra paham, Gisa tidak mungkin masuk kedalam toilet pria untuk menemani Dean buang air kecil. Sehingga hal seperti ini sudah menjadi hal biasa untuk Dean. Catra juga sedih, diusianya yang masih 2 tahun Dean harus hidup tanpa pigur seorang ayah.

Sambil menunggu Dean didalam toilet, Catra menghubungi Abhi. Catra mencari tempat yang sedikit lebih sunyi untuk menelpon. Dia berbicara dengan Abhi cukup lama. Dia meminta Abhi menyiapkan beberapa dokumen untuk persiapan pernikahannya. Catra melupakan anaknya yang saat ini tengah kebingungan mencari keberadaan sang ayah.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sri Wahyuni
umur 2 thn udah bsa pegang pisau garpu...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Mendadak Dinikahi CEO Tampan   Bab 153. Reandara Kamandaka Ganendra.

    Saat ini sudah pukul tiga dini hari. Gisa tengah tertidur pulas, ditemani Kayanna dan Abhinav yang tidak di ijinkan pulang oleh Catra. "Anna," panggil Catra sambil sedikit menggoyangkan tubuhnya agar bangun. "Mmmmhhhh ... " gumam Anna pelan. "Bangun!" "Kenapa sih, bang?" kesal Anna yang merasa tidurnya terganggu. "Abang pulang dulu. Kalau ada apa-apa bangunkan Abhi dan langsung hubungi Abang." Kayanna mengucek matanya sambil menatap jam dinding yang ada di ruangan Gisa. "Astaga Abang ... ini pukul tiga dini hari. Kenapa tidak pulang besok saja sih?" "Abang harus pulang sekarang. Besok pagi Abang ke sini sekalian membawa Dean," "Ya sudah. Hati-hati," Anna kembali tidur, sementara Catra pergi menuju parkiran dan pulang ke rumah Gisa. Kurang dari setengah jam, Catra sampai di rumah Gisa sambil menenteng goodie bag berisikan pakaian ganti miliknya. Begitu sampai, dia pergi menuju kamar Gisa kemudian mandi dan berganti pakaian. Setelah di rasa sudah bersih, Catra bergegas pergi me

  • Mendadak Dinikahi CEO Tampan   Bab 152. Welcome baby number two.

    Catra memasuki ruang operasi lengkap dengan baju steril biru telor asinnya. Walaupun sebagian wajahnya tertutupi masker, namun semua orang tau kalau pria tersebut adalah ayah dari anak yang akan mereka tolong kelahirannya itu. Sesaat para petugas medis membeku, tersihir dengan ketampanan Catra. Tubuh tinggi mendulang, mata tajam dengan bola matanya yang indah. Sungguh, jauh lebih tampan dari pada yang mereka lihat di televisi ataupun surat kabar. "Mom," sapa Catra sambil mengusap dan mengecup kening Gisa. Selanjutnya Catra berdiri di samping kiri Gisa. Gisa yang tengah memejamkan mata, kemudian membuka kedua matanya, kala mendengar sapaan lembut dari sang mantan suaminya itu. Dia berusaha tersenyum, ditengah ketegangannya. "Apa mommy sudah cantik?" tanya nya pada Catra. "Selalu. Mommy selalu jadi yang tercantik," jawab Catra membuat pipi Gisa memerah karena malu. "Daddy serius! Mommy gak mau bertemu baby dengan keadaan yang berantakan!" jelas Gisa. Catra tersenyum. "Tapi Daddy

  • Mendadak Dinikahi CEO Tampan   Bab 151. Menyembunyikan kegelisahan.

    Dengan segala kepanikan yang terjadi pada semua orang, akhirnya Gisa berhasil dievakuasi menggunakan helikopter yang didatangkan langsung dari kediaman Ganendra. Gisa di bawa menuju RS tempat dokter Rumi bekerja. Sungguh beruntung saat kejadian dokter Rumi ada di sana. Semua acara yang sudah di rencanakan, tidak berjalan sebagaimana mestinya. Acara gender reveal, gagal. Lamaran? Tentu saja gagal juga. Bahkan cin-cin lamarannya masih tertanam di dalam kue yang belum sempat di potong oleh Gisa. Ditengah kepanikan semua orang, hanya Gisa lah satu-satunya yang terlihat tenang. Dia sibuk memperbaiki riasan wajahnya, sambil sesekali menenangkan anggota keluarganya yang lain. Gisa memalingkan wajah, menatap Catra yang tengah melipat kedua tangannya. Catra tidak banyak bicara. Dari awal hanya diam, sambil sesekali memperhatikan Gisa. Ditengah diamnya tersebut, semua orang tau kalau Catra tengah diliputi kegelisahan. Catra menutup mata, sambil menghembuskan nafasnya secara kasar. Selanjutny

  • Mendadak Dinikahi CEO Tampan   Bab 150. Tragedi di tengah pesta.

    Acara inti dari pesta Gender reverral akan segera dimulai. Semua tamu sudah berkumpul sesuai team yang mereka pilih. Team biru berdiri di sebelah kanan, dan tim merah muda, berdiri di sebelah kiri. Semua orang terlihat begitu antusias menunggu momen mendebarkan tersebut. Tidak terkecuali dengan Catra yang terlihat cemas, dan tegang. Gisa yang menyadari kegugupan yang di rasakan oleh Catra, lantas bertanya kepadanya. "Daddy, are you oke?" tanyanya. Catra tersenyum, mencoba meredam kegugupannya. Dia mengusap pipi Gisa, "It's oke. Daddy terlalu excited menunggu momen ini," dusta Catra. Pada kenyataannya, dia gugup menunggu momen lamarannya. Dia takut semua tidak berjalan sebagaimana yang sudah Catra bayangkan sebelumnya. Perihal jenis kelamin anaknya, Catra tidak terlalu mempermasalahkannya. Mau yang lahir anak laki-laki ataupun perempuan, dia akan tetap menyambut buah hatinya itu dengan penuh suka cita. "Mom, sebentar. Daddy ke kamar mandi dulu," ijin Catra pada Gisa. Dia perlu menen

  • Mendadak Dinikahi CEO Tampan   Bab 149. Gisa si pemaaf.

    Dari lantai atas villa, Gisa turun ditemani Catra yang berjalan di sampingnya. Wajah Catra terlihat tegang, namun tak mengurangi ketampanannya. Dia mengenakan kemeja baby blue, yang bagian tangannya dia gulung sebatas sikut. Sudah tau kan, Catra masuk team mana? Berbeda dengan Catra, Gisa justru menggunakan dress berwarna baby pink. Sebuah dress cantik, bermodel tutu dress, yang panjangnya hanya sebatas lutut. Malam ini, Gisa terlihat manis sepeti seorang balerina. Dia berhasil menjadi pusat perhatian orang-orang yang datang ke pesta. Dari sudut ruangan, seseorang menatap Gisa dengan penuh kerinduan. Dari sudut matanya, beberapa air mata, menetes tanpa seizinnya. "Tos, kita satu team!" celetuk Abhi, saat Gisa sampai di lantai bawah, tempat berlangsungnya acara. Abhi menggunakan kemeja merah muda, sama seperti Gisa. Gisa tersenyum, sementara Catra mendelik sambil berdecak seperti biasanya. "Ckk ... " "Kenapa kak Abhi memilih warna merah muda?" tanya Kayanna yang datang menghampiri

  • Mendadak Dinikahi CEO Tampan   Bab 148. Tamu tak terduga.

    Acara yang ditunggu-tunggu oleh keluarga besar Ganendra, akhirnya terlaksana. Semua persiapan di lakukan dari jauh-jauh hari. Di usia ke delapan bulan kehamilannya ini, tidak banyak yang Gisa pinta. Cukup sehatkan dan lancarkan sampai saat lahirannya tiba. Namun, pada akhirnya Gisa menyetujui permintaan kakek dari mantan suaminya itu, untuk mengadakan sebuah pesta perayaan kehamilan. Kebetulan jenis kelamin dari anaknya belum di ketahui, Gisa dan Catra memutuskan untuk mengadakan gender reverral party, dengan hanya mengundang kerabat terdekatnya saja. Tujuan kakek Brahmana meminta mengadakan pesta ini, tidak lain sebagai bentuk penebusan dosanya di masa lalu. Saat mengandung Dean, Gisa mengalami banyak penderitaan. Kakek berharap, dengan diadakannya pesta ini, dapat menggantikan memori masa lalu Gisa yang menyakitkan, dengan kenangan penuh kebahagiaan dari orang-orang terdekat dalam menyambut anggota keluarga baru yang sangat dinantikan kehadirannya itu. Acara itu sendiri, diadaka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status