Share

Wanitanya Erick

Erick sedang menunggu kedatangan Elsa di ruang pesta. Namun, perempuan itu belum juga menampakkan batang hidungnya.

"Kenapa wanita itu lama sekali? Apa dia butuh waktu selama ini untuk menghampiriku?" Erick menggerutu.

Erick mengedarkan pandangannya mencari sosok perempuan berstatus calon istrinya. Kening Erick mengernyit saat melihat Elsa ditarik oleh seseorang.

Erick tentu sangat mengenali wanita yang sedang menarik tangan calon istrinya itu. Erick tetap berdiri di tempatnya, memperhatikan dua perempuan yang sedang berseteru itu.

Erick terus memperhatikan kedua perempuan yang sedang berseteru itu. Erick bisa melihat ketegangan di antara Amanda dan Elsa. Namun, Erick tidak berminat untuk memisahkan mereka. Sampai saat Amanda mencoba untuk mempermalukan Elsa dan Erick sangat tidak menyukai itu.

Erick mulai melangkahkan kakinya untuk menghampiri Elsa. Dan pada saat Amanda mendorong Elsa, Erick mempercepat langkahnya. Beruntung Erick sampai tepat waktu, jika tidak Elsa pasti sudah jatuh dan terduduk di lantai.

Elsa terkejut saat Amanda mendorongnya. Namun, Elsa lega saat ada orang yang menahan tubuhnya membuatnya tidak jatuh ke lantai.

"Kamu tidak apa-apa?"

Elsa menoleh ke belakang saat mendengar suara yang sangat familiar.

"Erick," gumam Elsa.

Erick membantu Elsa berdiri. Matanya menatap tajam ke arah Amanda.

Amanda merasa kesal saat ia gagal untuk mencelakai Elsa. Namun, saat matanya melihat siapa yang ada di belakang tubuh Elsa, nyalinya mendadak ciut.

Siapa sih yang tidak kenal Erick? Bisa dibilang Erick adalah pemegang saham terbesar perusahan milik keluarga Hendrawan.

"Tuan Erick Bramasta ...."

Tidak lama Reza datang dan mengambil mic dari tangan Amanda dan memberikannya pada tuannya.

"Ini, Tuan." Erick memberikan mic pada Erick.

Reza menyingkir dan berdiri tidak jauh dari Erick.

"Mohon perhatiannya sebentar." Suara Erick terdengar menggema di dalam ruangan pesta itu.

Semua orang yang mendengar suara Erick langsung mengalihkan pandangan mereka pada pengusaha muda itu.

"Saya ingin meluruskan apa yang sedang terjadi di sini," ucap Erick.

"Wanita yang satu ini, Elsa ... dia bukan wanita seperti yang dikatakan oleh nyonya Hendrawan. Elsa adalah calon istri saya dan kami berencana akan menikah dalam waktu dekat ini," terang Erick.

Tatapan mata Erick mengarah pada Amanda. "Dan Nyonya Hendrawan ... sebaiknya Anda harus ingat ini! Elsa tidak perlu merayuku untuk mendapatkan barang-barang mewah seperti kalung ini."

Amanda menunduk,ia sama sekali tidak bisa menampakan wajahnya pada seorang Erick.

Sial! Aku tidak menyangka jika Elsa seberuntung itu.

"Amanda!"

Semua orang menoleh ke asal suara yang ternyata adalah Bobi, suami Amanda sekaligus mantan kekasih Elsa.

"Amanda, apa yang sudah kamu lakukan? Apa kamu ingin mempermalukanku?" Bobi menarik tangan Amanda dengan kasar.

"Tuan Bobi, sebaiknya kendalikan istri Anda supaya kejadian seperti ini tidak terjadi lagi," ucap Erick.

Erick sengaja melingkarkan tangannya ke pinggang Elsa. Erick sengaja ingin melihat ekspresi wajah mantan kekasih dari calon istrinya. Dan ternyata prediksi Erick benar, Bobi marah dan itu terlihat dari tangan Bobi yang tergenggam.

"Ayo Sayang, kita pergi!" ajak Erick.

"Tunggu." Elsa menahan langkahnya membuat Erick menoleh ke arahnya.

"Amanda, sebaiknya kamu harus mendengar ini! Hubungan antara aku dan suamimu itu hanya masa lalu. Aku sudah tidak memiliki perasaan apapun pada suamimu," ucap Elsa

"Dan jika dia masih memiliki perasaan untukku itu salah kamu sendiri, karena kamu tidak bisa menjaga hubungan kalian. Dan apa kamu sadar ... apa yang kamu lakukan sekarang justru sudah mempermalukan suami kamu sendiri. Dan untuk kamu Bobi ... jangan pernah memikirkan wanita lain karena itu akan menyakiti hati istrimu," lanjut Elsa.

Diam, Amanda dan Bobi terdiam. Mereka tidak bisa membalas perkataan Elsa. Bukan hanya takut pada Erick, melainkan juga karena perkataan Elsa sudah benar-benar menyudutkan mereka.

"Sudah selesai? Bisa kita pergi sekarang?" tanya Erick dengan nada dinginnya.

Elsa mengangguk, "Ayo."

Semua orang menyingkir untuk memberi jalan pada Elsa dan Erick. Elsa menoleh ke belakang tepatnya ke arah Amanda yang masih menatapnya tidak suka. Elsa menunjukan senyuman dan jari kelingkingnya pada Amanda, seolah sedang mengejeknya.

Erick terus membawa Elsa sampai ke sebuah lorong di balik tempat pesta itu. Erick menarik tubuh Elsa dan menghimpitnya di antara dinding. Dan Erick meletakkan kedua tangannya ke sisi tubuh Elsa agar wanita itu tidak bisa pergi.

"Apa yang kamu lakukan tadi? Kamu membiarkan dirimu untuk dipermalukan seperti tadi?" tanya Erick dengan nada dinginnya.

"Aku tidak mengira saja dia akan berbuat seperti itu," kilah Elsa.

"Lalu kenapa kamu tidak mengatakan pada semua orang jika kamu adalah wanitaku?" tanya Erick.

Elsa tersenyum geli. "Kamu belum mengumumkan hubungan kita pada publik. Bagaimana jika mendadak aku mengaku sebagai wanitamu? Pasti mereka akan menertawakan diriku."

Erick membuang napasnya kasar.

"Dengar Elsa ...." Erick menyentuh dagu Elsa dengan jari telunjuknya lalu mengangkat wajahnya.

Erick memperebutkan pandanganya dengan Elsa. "Tidak boleh ada orang lain yang boleh menindas wanitanya Erick Bramasta. Hanya aku lah yang boleh menindasmu," ucap Erick diikuti senyum mengejeknya.

Elsa mendengkus kesal setelah mendengar kalimat yang baru saja Erick ucapkan.

Lihat bagaimana dia pintar menjungkirbalikkan perasaan orang. Dalam sekejap dia melambungkan aku ke udara. Dan dalam sekejap juga dia kembali menjatuhkan aku ke tanah.

"Baiklah, lain kali aku tidak akan membiarkan orang lain menindasku." Elsa mengalungkan kedua tangannya ke leher Erick. "Lagi pula orang akan takut hanya dengan mendengar nama kamu saja. Jadi aku tidak perlu repot-repot untuk membalas perkataan mereka."

"Bagus."

Untuk sesaat keduanya saling beradu pandang. Erick memandang Elsa dari atas sampai ke bawah. Ada senyum di sudut bibir Erick saat melihat penampilan Elsa.

"Apa kamu ingin menggoda para laki-laki dengan pakaian seperti ini?" tanya Erick tanpa mengalihkan pandangannya dari Elsa.

"Siapa yang ingin menggoda para laki-laki? Aku hanya menyukai gaun ini." Elsa menoleh ke arah lain karena tidak kuat menahan tatapan Erick.

"Sudahlah ayo kita kembali ke tempat pesta. Pasti semua orang sudah menunggumu," ajak Elsa.

Erick perlahan menjauhkan tangannya dari Elsa. Namun, saat telinganya mendengar seseorang memanggilnya, Erick menahan gerakan tangannya.

"Erick!"

Elsa melihat seorang perempuan berdiri tidak jauh dari dirinya dan Erick. Elsa tidak mengenal siapa wanita itu. Namun, Erick sangat mengenali wanita itu meski hanya mendengar dari suaranya saja.

Tanpa Elsa duga, Erick menarik tengkuknya dan mencium bibirnya. Mata Elsa terbelalak mendapat serangan dadakan itu. Elsa berusaha menjauhkan tubuh Erick. Namun, tenaga Erick terlalu kuat.

"Balas aku, El," bisik Erick.

Elsa tahu apa yang diinginkan oleh Erick. Elsa sempat menggelengkan kepalanya, tetapi tatapan Erick seolah sedang mengintimidasi dirinya membuat Elsa tidak kuasa menolaknya.

Elsa mencengkram kerah kemeja Erick sebelum akhirnya mendekatkan wajahnya pada Erick untuk mempertemukan bibir mereka. Keduanya saling menaut bibir sama lain dengan penuh kelembutan.

Awalnya Erick hanya ingin membuat marah wanita yang baru saja memanggilnya. Namun, makin lama Erick justru terkesan menikmati kebersamaannya dengan Elsa.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status