Share

Cinta Pertama

Author: Kinantitha
last update Last Updated: 2025-03-27 13:17:37

"Aku kira hanya namanya saja yang sama, ternyata itu benar kamu," ujar pria yang kini berdiri dengan gagah dihadapan Felicia.

Felicia tak menjawab, ia bahkan kini hanya menunduk. Tak berani menatap. Namun, satu hal yang tiba-tiba menjadi pertanyaan dalam benak Felicia adalah darimana pria ini tahu keberadaannya.

"Long time no see and i see you not better ...."

"Mau apa kamu ke sini?" Tanya Felicia menyela, memberanikan diri. Felicia tak berlama-lama bersinggungan dengan mantan kekasihnya ini.

Felicia masih sangat mengingat jelas bagaimana dahulu ibunya menentang hubungan mereka hingga mengancam ibu panti, tempat dimana Felicia dibesarkan dan berlindung, sebelum akhirnya ia bertemu Daniel dan diperjuangkan.

Pria tampan dengan tinggi 180 sentimeter, bernama Arya Kavi Hutomo itupun mengangkat satu sudut bibirnya, tersenyum sinis.

"Aku ingin memberikan imbalan padamu, karena telah memberikan ASI pada anakku!" Tukasnya, tegas dan mampu membuat Felicia seketika mendongakkan pandangannya.

Seketika jantung Felicia kembali berdetak kencang, takdir macam apa ini. Mengapa dunia begitu kecil. Bertahun-tahun Felicia berusaha menghindari pria ini dan semua tentangnya. Namun, mengapa kini seperti kebetulan dipertemukan kembali dalam kondisi sama-sama kehilangan.

Felicia masih diam seribu bahasa, sementara Kavi gemas sendiri melihat sikap mantan kekasihnya yang masih saja sama seperti tujuh tahun lalu, saat awal mereka bertemu.

"Berapa aku harus membayarmu?" Pancing Kavi lagi, sarkas. Ia ingin memancing emosi Felicia.

"Aku tidak terbiasa mendapatkan keuntungan tanpa membayar dengan nilai yang sesuai." Imbuhnya lagi semakin berusaha melukai hati Felicia, yang diam-diam meneteskan air mata.

"Mbak Fel, udah balik? Gimana, pompa ASI-nya ada?" Suara Nola berhasil mengalihkan fokus Felicia dan Kavi bersamaan, hingga keduanya kini menatap ke arah yang sama.

"Ah, maaf. Ada tamu?" Nola seketika menutup mulut dengan kedua tangannya. Sungkan.

"Bukan ... Hmm, Dia adalah orang tua dari bayi yang tadi aku susui," terang Felicia, canggung dan gugup.

"Wah! Jadi, ASI Mbak Fel di donasikan?" Takjub Nola.

Felicia tersenyum dan mengangguk. Sebenarnya, ia sangat menikmati perannya sebagai ibu susu pada bayi laki-laki tadi. Entah, bagaimana hatinya ikut menghangat, seolah Dante lah yang sedang ia beri ASI.

"Aku rasa itu lebih baik, daripada di buang percuma," lanjut Nola, sembari melangkah masuk dan menuju ranjangnya. Mengabaikan Kavi yang kini berdiam di sudut ruangan.

"Fel, bisa kita bicara di luar?" Ajak Kavi, tak tahan, hingga memilih menyela percakapan Felicia dan Nola. Membuat Nola seketika diam dan merebahkan tubuh di atas ranjangnya sendiri, sembari memperhatikan interaksi Felicia dan Kavi berikutnya.

Felicia menatap Kavi sejenak, lalu menggeleng. Ia tak ingin lagi bersinggungan dengan mantan kekasihnya tersebut.

Kavi mengerutkan dahinya, bingung. "Aku mau bahas soal yang tadi." Kembali Kavi, menjelaskan.

"Sebaiknya, Mas langsung berhubungan dengan pihak rumah sakit. Karena, aku melakukannya melalui prosedur rumah sakit," balas Felicia, sembari menarik selimut dan bergerak membelakangi Kavi.

Sementara itu, Kavi menggeleng dan mendengus kesal dengan sikap Felicia yang benar-benar tak habis dipikirnya. Sejak tiga tahun lalu, Felicia berhasil membuatnya bertanya-tanya tentang alasan perubahan sikapnya yang menjadi seperti sekarang ini.

Padahal, Kavi ingat betul selama menjalin hubungan dengannya. Felicia adalah sosok yang menyenangkan, meski memang introvert.

Felicia meninggalkan Kavi begitu saja, dengan tiba-tiba menghilang dan beberapa saat kemudian justru mengirimkan surat undangan pernikahannya.

"Kita benar-benar perlu bicara, Fel!" Tegas Kavi dengan nada menggeram dan tinggi di ujung kalimatnya.

"Maaf, aku lelah Mas." Balas Felicia dengan posisi membelakangi Kavi. Namun, jelas dapat terdengar suaranya berubah gemetar, menahan tangis. Membuat Kavi seketika, terdiam dan memilih tak melanjutkan desakannya.

Langkah Kavi menjauh, untuk sementara memang sebaiknya menghindar dan mengawasi Felicia dari jauh. Namun, Kavi bersumpah demi apapun kali ini ia tidak akan melepaskan Felicia dengan alasan apapun juga.

Bagi Kavi, 3 tahun menghilangnya Felicia, bukanlah hal yang mudah. Apalagi, Kavi tidak pernah tahu alasan apa sebenarnya yang membuat wanita yang sudah ia pacari sejak masih berseragam putih abu-abu itu tiba-tiba mengirimkan surat undangan pernikahan, lalu menghilang.

Daun pintu ruang perawatan kelas tiga itu pun akhirnya kembali tertutup dengan suara yang nyaris selembut angin sepoi-sepoi. Hanya menyisakan bunyi klik di akhir.

Seketika semua yang terbaring di tiga ranjang tersebut, menyibakkan selimut dan menoleh ke arah pintu secara bersamaan.

Membuat Nola dan Rosa terbahak, sementara Felicia sendiri memasang ekspresi lega, seraya menghapus jejak air mata yang sempat mengalir sebelumnya.

"Galak banget!"

"Mantan pacar, ya, Mbak?" Nada suara tanya Nola kali ini terdengar lirih. Sadar, bahwa suasana hati rekan sekamarnya itu tak baik-baik saja.

Felicia mengangguk pelan. Sebenarnya ia malas bila harus mengulik kembali kisah masa lalunya dengan Kavi. Ia tak ingin kerja kerasnya berdamai dengan nasib selama tiga tahun ini sia-sia.

"Istirahat Mbak, biar cepat pulih. Jangan terlalu dipikirkan." Rosa memberi saran. Tak tega melihat ekspresi Felicia yang tak baik-baik saja.

Sekali lagi Felicia mengangguk pelan, lalu memilih menutup matanya perlahan, meski kini isi kepalanya kembali memutar kenangan, alasan mengapa ia harus meninggalkan Kavi.

Tiga tahun lalu ibu pengurus panti yang telah membesarkannya. Divonis terkena kanker ovarium stadium tiga. Saat itu juga panti dalam masa habis kontrak hingga membutuhkan banyak biaya untuk menyelesaikan kedua masalah itu dalam satu waktu yang sama. Hingga Felicia dan beberapa anak panti yang sudah dewasa berusaha keras mencari donatur.

Entah darimana hingga akhirnya Ratna, ibunya Kavi tahu, bahwa Felicia membutuhkan banyak uang untuk semua itu hingga secara pribadi datang dan menemui Felicia bersama Daniel.

Ratna berjanji akan membantu kesulitan Felicia saat itu dengan syarat, Felicia mau menikah dengan Daniel, meninggalkan Kavi.

Alasan klise yang Felicia cukup sadar diri adalah, strata ekonomi mereka yang begitu berbeda. Felicia hanyalah anak yang dibesarkan di panti asuhan tanpa pernah tahu siapa kedua orang tua kandungnya, membuat Felicia memang tak pantas untuk Kavi.

Ratna datang dengan penawaran yang sangat Felicia butuhkan. Setidaknya, sebagai bentuk ucapan terima kasihnya pada ibu panti yang sudah mau merawatnya sejak bayi, di saat bahkan orang tua yang melahirkannya justru tak menginginkannya, membuangnya begitu saja. Felicia merasa pengorbanannya kali ini adalah hal baik untuk semuanya.

Lagipula, Kavi juga pantas mendapatkan wanita yang lebih baik. Meski cintanya pada Kavi jelas sangat besar.

Saat itu, Ratna langsung memberikan kesepakatan akan menyerahkan uang yang Felicia butuhkan, tatkala Felicia dan Daniel telah resmi menjadi suami-istri.

Ya, Daniel adalah calon suami yang sudah disiapkan oleh Ratna. Daniel adalah salah satu pegawai Ratna yang setia dan rela melakukan apapun dengan alasan yang tak jauh berbeda darinya. Hutang budi.

Ratna juga tak mengizinkan Felicia mengatakan sepatah katapun sebagai ucapan perpisahannya pada Kavi, selain sebuah surat undangan yang dititipkan langsung pada Ratna untuk diserahkan padanya.

Felicia tahu Kavi pasti sangat terluka dan kecewa padanya. Namun, kala itu tak ada pilihan lain. Felicia juga berpikir tak akan mampu bertahan dalam rumah tangga bersama Kavi, bila Ratna tak pernah merestui mereka.

Dering suara ponsel Felicia tiba-tiba saja berbunyi begitu nyaring. Sebuah nomor yang tak di kenal masuk berulang kali, membuyarkan lamunan Felicia. Hingga, detik selanjutnya berganti dengan masuknya sebuah pesan dalam aplikasi hijau miliknya.

"Felicia, kita harus bicara!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mendadak jadi Ibu Susu Bayi Mantanku   Giman?

    Kavi seketika bangkit dari tempat duduknya, terkejut dengan kehadiran sang mantan ibu mertua yang kini berdiri dengan tatap penuh selidik dihadapannya. "Ma-ma?" Kavi terbata menyapa wanita bergaun emerald. "Hmm." "Ini temen aku, Ma." Terang Kavi dengan nada suara yang lebih stabil. Riska, menatap lekat Felicia yang kini menunduk dari ujung rambut hingga ke ujung kaki. Wajahnya yang sendu mengingatkannya pada seseorang. Riska seolah tidak asing dengan Felicia. "Duduk, Ma. Kita makan bareng?" Tawar Kavi santun, seraya menarik satu juga kursi di sisinya, berhadapan dengan Felicia yang semakin resah. "Hmm, gak usah. Mama mau langsung pulang. Tadi ke sini, cuma pengen beli dessert aja." Tolak Riska tanpa mengalihkan pandangannya pada Felicia. "Ah, ya." "Richie apa kabar Kav?" "Baik, Ma. Sehat." "Hmm, syukurlah. Sesekali kamu bawa lah dia ke rumah. Jangan lupakan kalau Mama ini juga neneknya." "Iya, Ma." "Hmm, bawa saat peringatan kematian Sylvi." "Iya, Ma." "Kav, Sylvi belum

  • Mendadak jadi Ibu Susu Bayi Mantanku   Siapa Dia

    "Ada lagi?" Tanya Kavi, lembut. Memastikan bahwa semua kebutuhan Felicia yang sebagian besar merupakan makanan ringan dan bahan makan sehat itu memenuhi trolley yang mereka bawa. Felicia menggeleng malu. Tersirat senyum yang dikulum, menandakan rasa bahagia dan sungkan yang jelas berbaur menjadi satu dalam debaran jantungnya yang kini berirama tak beraturan. "Buah, sayur, daging, ikan segar, Snack, sereal, susu, perbumbuan duniawi," Kavi mengecek kembali isi keranjang dorongnya itu, untuk Felicia simak kembali. "Udah Mas, udah cukup," ujar Felicia, menghentikan tangan Kavi yang masih hendak menambah isi keranjang mereka dengan makanan ringan kesukaan Felicia. "Sekalian, buat stok! Kamu bilang kalau menyusui gampang laper? Nanti kalau gak di isi bisa masuk angin, dong. Terus ASI-nya jadi campur angin, Richie ikut gak nyaman," ucap Kavi yang seketika kembali menyadarkan Felicia, bahwa perhatian Kavi padanya saat ini semata-mata hanya untuk kebutuhan putranya, Richie. Felicia yang t

  • Mendadak jadi Ibu Susu Bayi Mantanku   Senyaman Kamu

    Kavi hendak meletakkan telepon genggamnya setelah memastikan Felicia baik-baik saja di apartemen tersebut. Namun, saat telepon genggam itu baru saja bersentuhan dengan meja nakas di sisi tempat tidurnya tiba-tiba berdenting dan bergetar, menandakan sebuah notifikasi kembali masuk. "Mas, aku takut!" Isi pesan balasan dari Felicia. Sesaat Kavi terhenyak, lalu tersenyum simpul setelahnya. Seperti dugaannya, wanita itu nyatanya belum berubah. Felicia masih sama penakutnya di tempat baru. "Aku ke sana?" Tawar Kavi masih dengan ekspresi sumringah. Penuh harap, kalau-kalau Felicia memintanya menemani. Sedetik, dua detik, pesannya tak kunjung dibalas, membuat Kavi yang tadinya sumringah, kini mulai mengerutkan dahi. Tak sabar."Gak usah, ini sudah mau pagi." Akhirnya Felicia membalas. Membuat semangat Kavi runtuh. "Hmm, ya sudah kalau begitu. Kamu coba tidur ya." "Iya." "Fel!" Kavi kembali mengirim pesan. "Telepon aja kalau ada apa-apa ya. 24 jam, hapenya gak aku silent." "Hmm, iya, M

  • Mendadak jadi Ibu Susu Bayi Mantanku   Aku Takut!

    "Kenapa kamu gak ajak aja ibu susu Richie tinggal disini, Kav?" "Dia juga butuh privasi, Mi." "Tapi kita kan jadi repot harus sedia suster lagi." Kavi mengesah pelan, tak langsung menjawab. Ratna memang sangat rewel. Ibunya ini tak ada habisnya mengeluh. "Lebih repot lagi kalau gak ada ibu susu yang sesuai untuk Richie, Mam." Radhi menyela. "Sudahlah, hal-hal kecil seperti itu jangan selalu Mami jadikan sumbu pertengkaran. Hal yang paling penting saat ini, Richie bisa terpenuhi kebutuhan ASI-nya sementara Kavi bisa fokus bekerja mengurus perusahaan." Ratna memutar bola matanya malas. Suaminya ini memang semakin hari semakin tak sejalan dengannya. Apalagi sejak Ratna diketahui menyusun rencana perpisahan Kavi dan kekasihnya yang bernama Felicia. Radhi benar-benar marah pada Ratna, karena nyaris membuat Kavi depresi dan bunuh diri. "Daddy hanya ingin berpesan, agar kamu benar-benar memperhatikan kesehatan ibu susu Richie. Asupannya, harus benar-benar kamu perhatikan agar Richie j

  • Mendadak jadi Ibu Susu Bayi Mantanku   Berjanjilah

    "Apartemen ini aku beli atas nama kamu. Jadi, jangan sungkan!" Terang Kavi, sembari mempersilakan Feli masuk ke dalam hunian dengan tipe duplex tersebut.Felicia seketika menghentikan langkahnya, tatkala Kavi memberitahukan status kepemilikan tempat tinggal barunya ini. "Namaku?" Beo Felicia tak percaya. Bola matanya yang cokelat itu bahkan ikut terbelalak karena terkejut. Kavi mengangguk santai dan terus melangkah dengan satu tangan menenteng tas pakaian milik Felicia, sementara yang satunya masuk ke dalam saku celananya. "Apartemen ini akan menjadi milikmu, sebagai salah satu kompensasi yang aku berikan karena kamu sudah menyusui Richie." "Tapi Mas, apa ini tidak berlebihan?" Kavi kembali menggeleng. "Berlebihan gimana? Kamu menyusui Richie untuk menjamin masa depannya. Ini, belum ada apa-apanya di bandingkan dengan itu semua."Langkah Kavi terus membawa Felicia menuju sebuah kamar di lantai satu apartemen tersebut. Belum banyak dekorasi yang berubah, karena apartemen ini bar

  • Mendadak jadi Ibu Susu Bayi Mantanku   Mari kita Sepakat

    "Terlambat?" Suara Ratna menyambut sang putra yang baru beberapa langkah memasuki ruang makan keluarga dengan 12 kursi di sana. "Gimana kondisi Richie? Kapan kamu bawa pulang?" Kali ini pertanyaan ayahnya yang terdengar khawatir. Kavi tak langsung membalas, ia memberikan salam dan kecup hangat terlebih dahulu pada kedua orang tuanya, lalu menarik kursi tepat di sisi kanan sang ayah. "Richie baik-baik saja," jawab Kavi, seraya mengangkat cangkir kopi yang telah tersaji dihadapannya. "Syukurlah, Daddy begitu mencemaskannya." "Hmm.""Bagus kalau begitu. Bawa Richie pulang saat acara 40 harian Vani," ujar Ratna yang lebih seperti perintah. "Ya, Mami benar Vi, keluarga Hasto pasti akan senang melihat cucu mereka." Radhi menimpali. Kavi mengangguk. "Hmm, aku mengerti." "Lalu, apa kamu sudah mendapatkan ibu susu untuk Richie? Usahakan untuk tidak memberikan susu formula hingga usianya 2 tahun, Vi." "Kalau bisa, biarkan ibu susu Richie tinggal bersama kita, agar segala nutrisinya dap

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status