Share

Winnie the Pooh

Author: Ansar Siri
last update Last Updated: 2022-11-22 17:44:05

"Gimana, dong, Rin?" tanya Tasya. Sedari tadi dia mondar-mandir sambil memegang skrip.

Saat ini Rindu dan timnya sedang berada di halaman samping basecamp mereka, yang sudah didekor sedemikian rupa hingga tampilannya cukup hangat untuk ukuran tempat perayaan ulang tahun bersama pasangan. Ini ide Tasya, yang memang sudah tidak diragukan lagi.

"Bisa apa kita selain nunggu?"

"Kamu yakin Duta bakal datang?"

"Kalau dia masih mau cincinnya balik, harusnya, sih, datang."

"Kalau nggak?"

Rindu hanya mengedik. Dia bahkan mulai memikirkan plan B kalau memang Duta benar-benar tidak ingin dilibatkan lagi.

"Alamat bakal begadang lagi, nih, buat ngedit." Devi masuk ke obrolan. "Besok harus tayang, kan?"

"Bukannya kamu udah sering begadang buat maraton drakor?" Beni menimpali dengan candaan. Devi langsung menoyor lengannya.

Rindu kembali mengecek chat room-nya dengan Duta, sama sekali tidak ada balasan.

"Atau kita bikin aja vlog tanpa Duta, nanti tinggal alasan dia lagi halangan apa gitu," usul Beni.

"Terlalu berisiko," sanggah Tasya dengan tampang seperti sedang berpikir keras. "Kalau tanpa Duta, mending nggak ada vlog dulu."

"Lah, masa Rindu ulang tahun nggak ada vlog-nya? Pasti netizen bertanya-tanya," komentar Devi sambil mengunyah kuaci.

Tasya menggaruk kepalanya dengan keras sambil mendengkus, seolah sudah kehabisan ide.

"Atau kita nyerah aja?"

Ucapan Rindu itu sontak menarik seluruh tatapan ke arahnya.

"Jangan, dong!" ucap Tasya dan Devi nyaris bersamaan.

"Masa kita mau balik ngegembel lagi?" imbuh Beni.

Rindu menghela napas panjang. Dia juga tentu saja tidak ingin kembali hidup susah. Namun, kalau Duta benar-benar tidak datang, hal tadi adalah opsi terburuk yang harus ditempuh.

Saat semuanya hampir mati bosan menunggu, tiba-tiba seseorang memencet bel di luar pagar. Rindu langsung bangkit dan bergegas ke depan. Dia bahkan lupa mengenakan sandalnya. Sesemangat itu dia berlari dengan kaki telanjang.

Setelah pintu gerbang ditarik, ternyata yang datang benar-benar sesuai harapan.

"Duta?" Senyum Rindu pun mengembang sempurna.

***

Sepulang dari taman, Duta langsung ke rumah Nenek Suha, tetangga depan kosannya. Dia pernah janji untuk membantu perempuan senja itu membenahi gentengnya yang bocor, tapi belum pernah sempat karena Duta selalu bekerja hingga magrib. Susah membenahi genteng di malam hari.

Karena mengira Tiwi akan menyambut perasaannya dan mereka akan menghabiskan waktu bersama, kemarin Duta izin ke mandornya untuk tidak masuk kerja hari ini. Namun, lagi-lagi kenyataan tidak seindah khayalan. Daripada bingung harus ngapain, Duta bergegas ke rumah Nenek Suha, sebelum lupa lagi. Lagian, dia tidak tahu harus diapakan sakit hatinya ini setelah perasaannya dicampakkan begitu saja. Barangkali main-main sama genteng bisa sedikit mengurangi rasa sakitnya.

"Gimana, kamu udah bilang cinta sama pegawai bank itu?" tanya Nenek Suha sambil menyiapkan minuman untuk Duta. Wajar kalau dia tahu. Duta memang sering curhat kepadanya.

Nenek Suha sudah belasan tahun menjanda karena ditinggal mati oleh sang suami. Nahasnya, dia tidak punya keturunan. Dia berusaha bertahan di kota keras ini seorang diri.

Nenek Suha dan suaminya pernah mengadopsi anak, tapi anak itu tumbuh jadi lelaki dewasa yang durhaka. Sudah lama dia meninggalkan rumah. Sesekali pulang hanya untuk merampok uang simpanan Nenek Suha. Bahkan, dia tidak segan menyakiti ibu angkatnya itu kalau keinginannya tidak dituruti. Duta pernah mengusulkan agar anak tidak tahu diri semacam itu dilaporkan saja ke polisi, tapi Nenek Suha tidak setuju. Dia masih berharap suatu saat anak itu akan sadar dan memperlakukannya sebagai mana mestinya.

"Namanya Tiwi, Nek." Duta setengah teriak dari atas genteng. Bagian yang dia benahi di atas dapur. Memang beratap rendah, sehingga masih memungkinkan untuk mengobrol seperti sekarang.

Nenek Suha sering mengeluh. Katanya, adonan kuenya kecipratan air kalau lagi hujan. Pekerjaannya jadi lamban karena harus pindah-pindah.

Untuk bertahan hidup, Nenek Suha berjualan aneka kue tradisional di teras rumahnya setiap pagi. Duta dan teman-teman kosannya sering beli untuk teman ngopi, sebelum ke lokasi proyek. Namun, Nenek Suha juga sering ngasih gratisan kalau masih ada sisa sampai malam. Daripada tinggal basi dan mubazir.

"Iya, itu. Entah kenapa Nenek selalu lupa namanya," ujar Nenek Suha setengah terkekeh. "Terus, gimana?" lanjutnya kepo.

"Ditolak, Nek. Aku bahkan belum sempat ngomong, dia main pergi gitu aja."

Nenek Suha tidak langsung menimpali, seolah sengaja memberi jeda untuk berempati. "Kalau dia bersikap begitu karena kamu hanya tukang bangunan, Nenek yakin dia akan menyesal. Kamu memang tidak berdasi, tapi hatimu seputih kapas."

"Nggak usah hibur aku sampai berlebihan gitu, Nek. Mana ada hati seputih kapas?"

Mereka terkekeh.

Ajaibnya, Duta merasakan hatinya tidak seremuk tadi lagi. Entah kenapa, berada di dekat Nenek Suha memang selalu terasa nyaman. Dia punya petuah-petuah yang seringkali lebih mirip guyonan, tapi benar.

"Udah beres, Nek," kata Duta setelah turun dari atap dan masuk lewat pintu belakang.

"Makasih banyak, loh, Ta. Kalau bukan sama kamu, Nenek nggak tahu mau minta tolong ke siapa lagi."

"Sama-sama, Nek. Kalau mau minta tolong lagi langsung bilang aja, ya, Nek. Jangan sungkan."

Nenek Suha mengangguk seraya tersenyum. "Ya udah, cuci tangan dulu. Itu, Nenek udah siapin teh di atas meja."

"Kok pakai repot-repot segala, Nek?"

"Lebih repot mana sama manjat atap?"

Mereka terkekeh lagi.

Duta menikmati tehnya sambil bermain ponsel. Ada pesan WA dari nomor tidak dikenal. Melihat SS bukti transferan yang dikirim nomor itu, Duta langsung tahu siapa pemiliknya. Pasti cewek gendut tadi.

Udah, ya.

Thanks banget atas bantuannya hari ini. Entah gimana jadinya kalau nggak ada kamu.

Begitu katanya.

Ternyata dia benar-benar transfer. Padahal, tidak ditransfer pun Duta tidak akan mempermasalahkan. Lagian, rasanya masih tidak masuk akal, ada orang yang rela mengeluarkan uang tiga juta hanya untuk hal semacam tadi. Kebanyakan uang atau apa?

Tahu-tahu Duta jadi kepikiran. Ada apa sebenarnya dengan cewek itu? Kenapa harus banget ada cowok yang melamarnya secara live? Memangnya kenapa kalau tidak? Dan banyak pertanyaan lainnya yang tumbuh secara alami di benak Duta. Namun, Duta rasa kesemuanya bukan jenis pertanyaan yang cocok diajukan lewat chat. Kendati demikian, dia tetap menyimpan nomor cewek itu dengan nama "Winnie the Pooh".

Duta mengetik nama itu di papan kontaknya sambil senyum-senyum sendiri. Entahlah, pertama melihat Rindu, dia langsung teringat tokoh kartun beruang bertubuh kuning itu. Lucu dan menggemaskan.

***

Selesai salat Magrib, Duta rebahan sambil menunggu waktu isya. Jam makan malamnya setelah isya. Setelah itu biasanya dia keluar sebentar untuk nongkrong bareng teman-teman seprofesi, atau memilih istirahat lebih awal agar energi lekas terkumpul kembali untuk melanjutkan pekerjaan keesokan harinya.

Duta mengernyit samar mendapati notifikasi pesan dari Winnie the Pooh. Ada apa lagi? bukannya urusan mereka sudah beres?

Tidak ingin berlama-lama dengan rasa penasaran, Duta pun lekas membacanya.

Winnie the Pooh: Ta, Aku mau minta tolong sekali lagi. Please banget.

Winnie the Pooh: Oke, aku akan cerita semuanya terlebih dahulu.

Winnie the Pooh: Live tadi itu agar aku nggak kehilangan channel YouTube yang udah aku bangun bertahun-tahun. Aku nggak perlu nulis di sini gimana jatuh bangunnya, tapi sumpah, nggak mudah.

Aku berada di situasi buruk ini berkat kebodohan di masa lalu. Aku pernah berurusan dengan cowok yang salah. Cowok modus yang ternyata niatnya cuma numpang tenar. Begonya lagi, aku terlibat taruhan sama dia. Kalau nggak ada cowok yang lamar aku sampai di hari ulang tahunku tahun ini, aku harus hapus channel-ku. Kebayang, kan, gimana risikonya?

Tadinya emang ada cowok yang kelihatannya tulus dan bisa dipercaya, tapi ternyata sama aja. Lebih parahnya lagi, tiba-tiba dia menghilang tepat sehari sebelum ulang tahunku. Makanya tadi aku panik banget sampai ngemis-ngemis sama kamu kayak cewek nggak waras.

Winnie the Pooh: Dan sesuai agenda, malam ini aku harus bikin vlog perayaan ulang tahun agar netizen tambah yakin dengan live tadi. Karena itu aku butuh banget bantuan kamu sekali lagi.

Winnie the Pooh: Pleaseee ....

Duta ingin membalas sesuatu, tapi entah apa. Ujung-ujungnya dia hanya tercenung. Mungkin ini jawaban kenapa Rindu sampai menangis tadi. Pengkhianatan berlapis-lapis yang menimpanya membuat hatinya teramat rawan.

Pesan Rindu masuk lagi beberapa menit kemudian. Kali ini dia mengirim foto, yang seketika membuat netra Duta melebar. Foto cincin.

Duta tepuk jidat. Bisa-bisanya dia melupakan cincin itu. Mentang-mentang pintu harapannya ke Tiwi sudah tertutup.

Nyaris bersamaan dengan foto itu, Rindu juga mengirimkan sebuah alamat.

Winnie the Pooh: Aku tunggu nanti malam, ya.

Winnie the Pooh: Please banget, Ta. Sekalian ngambil cincin kamu.

Duta berdecak. Kalau begini ceritanya, mau tidak mau dia terpaksa harus berurusan dengan cewek gendut itu lagi.

***

[Bersambung]

Maukah Duta bantuin Rindu nge-vlog? 😁🤭

Tungguin, ya. Bakal uwu. 🥰

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mendadak jadi Suami Youtuber   Dalam Balutan Nuansa Musim Gugur Korea (TAMAT)

    Ketika menerima pesan dari Rindu yang mengajak bertemu di salah satu taman kota, Duta bingung harus senang atau bagaimana. Mengingat bagaimana reaksi perempuan itu di makan malam kemarin, Duta takut menerka-nerka.Duta tiba 15 menit lebih awal dari jam janjian, tapi ternyata Rindu sudah lebih dulu ada sana."Maaf, aku telat," ujar Duta setibanya di samping perempuan itu. Sekadar basa-basi, karena saat turun dari taksi tadi, dia sempat mengecek jam dan tahu betul ini belum memasuki jam yang ditentukan."Duduk."Respons berupa satu kata itu sempat membuat Duta bergidik. Kesannya sangat dingin, meski nadanya datar-datar saja.Setelah duduk, malah hening. Duta sungguh bingung harus ngomong apa. Masa yang kemarin harus diulang lagi? Daripada kayak patung, akhirnya Duta memindai suasana taman yang sangat sejuk itu. Setapaknya dipagari pohon maple."Ini tempat pertama yang aku kunjungi sendirian di Korea," ujar Rindu akhirnya.Duta mengerjap berkali-kali. Pasalnya, kalimat barusan, nadanya j

  • Mendadak jadi Suami Youtuber   Memohon Kesempatan

    Sejak pulang dari Seomyeon Underground Shopping Center, Rindu tidak pernah keluar kamar. Bahkan saat Mama memanggilnya untuk minum teh bersama di sore hari, dia beralasan agak kurang enak badan sehabis jalan. Saat ini lebih menyenangkan rebahan daripada minum teh, katanya.Rasanya masih seperti mimpi tiba-tiba Rindu bertemu Duta hari ini. Sesengaja itukah Tuhan menghadirkan hal yang dihindarinya hingga rela pergi sejauh ini?Kenapa?Tadi, Rindu memilih buru-buru pergi sebelum bertindak konyol. Karena sejujurnya, hampir saja dia menubruk lelaki itu dan membakar gulungan rindu dalam satu dekapan. Untungnya dia masih bisa menahan diri. Meski tetap saja hatinya belum punya ruang untuk memulai episode baru bersama lelaki itu. Dipikir berapa kali pun, rasanya memang lebih baik jika mereka mengakhiri pernikahan settingan itu sesuai ketentuan, sebelum semakin banyak luka yang tercipta.Malamnya, Mama mengetuk pintu kamar Rindu lagi untuk mengajaknya makan malam. Kali ini Rindu tidak mungkin m

  • Mendadak jadi Suami Youtuber   Aku Ingin Menua Bersamamu

    "Kok malah bengong?" Duta mencoba untuk nyengir, meski tarikan sudut bibirnya sungguh sangat kaku. "Padahal aku udah berharap kamu akan membalas pakai bahasa Korea juga, biar nggak sia-sia aku hafalinnya.""Apa menurutmu sekarang waktu yang pas untuk bercanda?"Irama luka di kalimat Rindu seketika memadamkan senyum Duta. Kalimat-kalimat yang sudah dipersiapkannya raib entah ke mana. Dari tempatnya berdiri, Duta bisa melihat sepasang manik perempuan di hadapannya—yang semoga masih bisa disebut istrinya—pelan-pelan dihiasi genangan tipis."Kenapa kamu tiba-tiba muncul?"Duta tidak yakin itu jenis pertanyaan yang benar-benar perlu dijawab."Kamu pikir semudah itu aku ke sini?" Rindu menunduk, menatap ujung sepatunya. Dan tanpa sadar, setetes bening jatuh dari sudut matanya. "Aku menerjang banyak hal sendirian. Cuma aku yang paham sakitnya. Aku kalah di tengah pertarungan rasa yang kuciptakan sendiri. Aku benci kenapa tidak bisa baik-baik saja di tempat yang ada kamunya. Dan sekarang, saa

  • Mendadak jadi Suami Youtuber   Annyeong Haseyo?

    Busan, Korea SelatanDua bulan kemudian ....Mungkin bagi orang-orang di luar sana, Rindu sesantai itu melepas channel-nya. Karena sama sekali tidak ada klarifikasi lanjutan, atau minimal merespons pertanyaan penggemar yang menumpuk di inbox-nya. Namun siapa sangka, dia pernah menangis semalaman diam-diam. Bukan karena menyesal, tapi dia benar-benar kayak merasa kehilangan separuh nyawanya.Keputusan menghapus channel Rindu anggap sebagai langkah pergi pertama. Dan benar, itu belum cukup. Ternyata dia butuh langkah lainnya yang benar-benar membawanya pergi jauh. Maka, seketika saja pikiran untuk ke Korea terlintas. Karena dia memang pernah berjanji untuk mengunjungi Mama suatu hari nanti.Saidah sangat terpukul ketika Rindu menceritakan semuanya. Dia merasa gagal menjadi ibu. Bahkan, pernikahan Rindu yang ternyata berjangka itu, juga pelariannya ke sini, dia anggap turunan darinya, yang juga gagal di pernikahan pertama. Namun, Rindu berusaha menyakinkan bahwa ini murni kesalahannya pr

  • Mendadak jadi Suami Youtuber   Aroma Tanah kelahiran

    Penerbangan Jakarta-Makassar memakan waktu sekitar dua jam. Duta mendapatkan kursi di dekat jendela. Dia menatap kerumunan awan dari atas larut-larut, sambil mengenang kembali awal cerita perantauannya hingga takdirnya terpaut dengan Rindu dengan cara yang tidak biasa. Dia berusaha melapangkan dada, meski beberapa hal berjalan tidak sesuai rencana.Ternyata ibu kota jauh lebih keras dari bayangannya selama ini.Bahkan setelah setengah perjalanan, Duta masih belum paham motif kepulangannya kali ini. Pelarian? Penebusan? Penyembuhan? Atau apa? Namun, yang pasti Duta harus lekas menyusun rencana kalau memang berniat menetap kali ini. Dia tidak ingin pulang hanya untuk menyusahkan Ibu. Untuk urusan di Jakarta dia anggap semuanya sudah beres, setidaknya untuk sementara. Kepada ayah mertuanya, Duta pamit pulang ke Makassar sampai Rindu kembali dari Korea. Dan entah kenapa Duta yakin ini akan menjadi jeda yang lama di hubungan tidak jelas mereka, atau malah akhir sekalian. Karena, sama seper

  • Mendadak jadi Suami Youtuber   Benarkah Rasa Itu Mulai Tumbuh?

    Makan malam dengan anggota KKN yang lengkap berlangsung cukup hangat. Mereka sengaja memilih restoran pinggir kota yang tidak terlalu ramai, tapi dari segi kualitas makanan tetap juara."Sekali lagi makasih, ya, Bams," ujar Duta di sela-sela makan. "Berkat video kamu, prosesku dipermudah."Bams berhenti mengunyah dan tersenyum ke arah Duta. "Sama-sama, Bang.""Aku doain semoga kamu bisa jadi youtuber yang sukses. Soalnya, belum jadi aja videomu udah sangat bermanfaat.""Amin. Makasih, Bang."Yang lain menyimak obrolan itu sambil tetap makan. Sesekali tawa ringan akan meningkahi denting sendok yang bersahutan."Oh ya, Bang, kenapa Kak Rindu tiba-tiba menghapus channel-nya?" Sebenarnya dari tadi sore Bams ingin menanyakan hal ini, tapi kelupaan. "Apa nggak sayang, tuh? Kan, nggak gampang ngumpulin subscribers sebanyak itu."Duta bingung harus jawab apa. Karena pertanyaan serupa pun sedang mendekam di benaknya. Dan sepertinya Bams dan yang lain belum tahu soal kepergian Rindu. Duta menah

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status