“Sekarang kalian semua sudah tahu kebenaranku. Tapi semua itu tidak membuatku takut dan lantas mengurungkan niat untuk membalas kalian,” kata Ardan tak merasa gentar walau kejahatannya sudah terbuka di hadapan banyak orang.“Aku kasihan pada Erlin. Sejak awal dia menolak hubungan ini. Tapi kalian terlalu mempercayaiku dan terus memaksanya menerima perjodohan palsu. Terutama dirimu, Tante Gayatri. Kamu begitu bodoh dan mudah ditipu. Jika sesuatu yang buruk terjadi pada Erlin hari ini, maka itu semua karena kesalahanmu. Kamu yang sudah mendorong putrimu pada celaka,” imbuh Ardan semakin menakuti pihak keluarga.“Tidak. Jangan lakukan hal buruk apa pun pada Erlin. Setidaknya pikirkan bahwa saat ini dia sedang hamil. Kalau kamu berbuat buruk padanya, sama saja kamu juga menyakiti anak tak berdosa itu,” pinta Gayatri memelas.Sekarang dia sadar sudah melakukan kesalahan besar dengan mempercayai Ardan. Jika sampai putrinya benar-benar menikah dengan pria seperti Ardan, dia akan semakin meny
“Papa.”Suara panggilan seseorang mengalihkan perhatian Darman. Pria itu sontak menguraikan rangkulannya dari Adian dan melihat ke arah pintu. Darman merasa syok melihat sosok yang berdiri di sana.“Erlin?” ucapnya tak percaya. Perlahan Darman melangkah ragu mendekati sosok yang dilihatnya. Dia tidak tahu apakah itu benar Erlin atau hanya halusinasinya saja.Setelah berada dalam jarak dekat, tangan Darman bergetar memegang lengan putrinya. Dia benar-benar merasakan bisa menyentuh sosok itu. Darman bahkan memeriksa dari ujung kepala sampai ujung kaki.“Ini benar Erlin putriku? Kamu...kamu masih hidup, Sayang?” ujar Darman dengan nada tak percaya.“Iya, Pa. Ini Erlin,” jawab perempuan itu membuat Darman langsung memeluk erat perempuan di hadapannya.“Ya Tuhan...bagaimana ini mungkin?” tanya Darman masih kebingungan. Padahal tadinya dia sendiri melihat dengan jelas putrinya berada di dalam mobil yang dijatuhkan ke jurang.“Aku selamat karena Pak Adian. Kalau tidak ada dia, aku benar-bena
“Maaf, Mbak Erlin. Anda dinyatakan positif hamil.” “Apa? Saya hamil? Bagaimana itu mungkin?” Penjelasan dokter benar-benar membuat Erlin terkejut. Sejujurnya dia juga bingung karena mendapatkan panggilan tiba-tiba dari pihak rumah sakit dan diminta untuk datang. Erlin hanya menurut dan berpikir itu ada kaitannya dengan kondisi kesehatannya yang sempat memeriksakan diri di sana beberapa waktu yang lalu. Namun dia sangat tidak menyangka bahwa dokter akan menyatakan hasil pemeriksaan yang begitu mengejutkan. Waktu itu Erlin memeriksakan diri dan berkonsultasi terkait jadwal menstruasinya yang tidak teratur. Tapi itu bukan alasan dia lantas dinyatakan hamil. Erlin tidak percaya karena dia tahu benar dirinya tidak pernah melakukan hubungan seksual dengan pria mana pun termasuk dengan kekasihnya sendiri yang bernama Ervan. “Dokter tolong ya jangan bercanda. Apa maksud semua ini? Saya tiba-tiba dipanggil untuk datang, diperiksa, lalu dinyatakan hamil? Apa petugas medis masih sempat membua
“Siapa orangnya?” tanya Erlin penasaran. Namun belum sempat Antonio memberikan jawaban, ponsel di dalam tas Erlin sudah lebih dulu berdering. Ada satu panggilan dari teman kuliahnya. “Ada apa, Windy?” ujar Erlin setelah panggilan tersambung. “Kamu di mana sih? Jam segini belum kelihatan di kampus. Kamu enggak bolos kan?” cecar temannya yang bernama Windy dari seberang. “Bolos sih enggak. Tapi mungkin telat sebentar. Aku masih ada urusan,” jawab Erlin. “Ya ampun urusan apa sih? Lebih baik kamu segera ke kampus deh. Pokoknya usahakan jangan telat,” titah Windy. “Emangnya kenapa sih sampai segitunya?” tanya Erlin heran dengan sikap Windy yang tak biasa. “Kalau hanya karena ada gosip terbaru yang ingin kamu ceritakan, bisa pending nanti aja deh. Serius aku lagi ribet sekarang,” imbuh Erlin. Dia tahu biasanya Windy bersikap heboh jika mendapatkan isu terbaru seputar anak-anak di kampus. Bisa dikatakan mereka berdua adalah partner in crime dalam urusan berburu gosip. “Aduh...justru ak
“Van, aku bisa jelasin semuanya sama kamu. Ini tidak seperti yang kamu pikirkan,” kata Erlin panik. Dia benar-benar tidak ingin Ervan salah paham. “Sekarang jawab aku dengan jujur, Erlin. Apa test pack ini punya kamu?” tanya Ervan dengan tegas. Erlin hanya menggigit bibir dan tak langsung menjawab. “Jawab aku!” bentak Ervan. “Iya itu memang punyaku. Tapi...” “Tapi apa? Kamu hamil? Siapa laki-laki itu, Erlin? Jadi selama ini kamu sudah berselingkuh di belakangku begitu?” cecar Ervan emosi. Dia tidak memberikan kesempatan pada Erlin untuk menjelaskan. “Enggak. Aku enggak pernah selingkuh,” bantah Erlin lemah. “Tapi faktanya sekarang kamu hamil. Itu apa namanya kalau bukan main di belakang? Selama ini aku tidak pernah menyentuhmu berlebihan jadi jelas itu bukan anakku,” tegas Ervan. “Aku sangat mencintai kamu dan aku tidak pernah mengkhianati kamu dengan laki-laki lain. Semua ini terjadi karena kesalahan,” kata Erlin masih berusaha memberi penjelasan. “Semua ini memang kesalahan.
Pada suatu hari Adian pergi ke rumah sakit untuk menemui temannya yang bernama Antonio. Antonio adalah salah satu dokter di sana. Mereka berteman dekat sejak masih SMA karena kebetulan juga bertetangga. Belakangan ini Adian memang memiliki misi khusus dan cukup rahasia. Dia melakukannya dengan bantuan Antonio. Antonio adalah teman yang sangat dia percaya. Hari itu dia datang untuk mendiskusikan kelanjutan dari misinya. Dia langsung masuk ke dalam ruangan Antonio karena sebelumnya juga sudah membuat janji. "Hai, Bro. Enggak ada jadwal ngajar di kampus hari ini?" sapa Antonio santai. Dia tidak menyikapi Adian dengan cara formal seperti pasien pada umumnya. "Kebetulan lagi kosong," jawab Adian singkat. "Jadi gimana prosesnya? Apa sudah berhasil?" tanya Adian. "Wah...langsung to the point aja nih orang. Sepertinya kamu udah enggak sabar ya pengen punya bayi," seloroh Antonio. "Udah enggak usah bercanda deh, Ton" balas Adian. "Jujur ya, Bro. Aku masih heran aja sama kamu. Kamu pengen
"Dokter Nuri tidak salah ingat kan? Prosesnya terjadi sekitar satu bulan yang lalu," tanya Antonio memastikan. "Tapi saya memang tidak pernah melakukannya," tegas Dokter Nuri tetap dengan jawaban yang sama. "Apa yang sebenarnya sudah terjadi?" tanya Adian tak mengerti. "Mohon maaf sebelumnya. Waktu itu saya juga merasa ada hal yang aneh karena saya seperti hanya diperiksa biasa. Tidak dilakukan tindakan apa pun. Jadi saya pikir hanya semacam tes kesuburan," kata Wulan mengakui. "Astaga...kenapa tidak bilang dari tadi?" keluh Antonio sembari mengusap wajahnya dengan kasar. "Jika bukan Dokter Nuri, lalu siapa yang menanganimu waktu itu?" tanya Antonio. "Kalau tidak salah namanya Dokter Raisa," jawab Wulan. "Kacau! Dia salah satu penggemar beratmu, Adian. Pasti dia yang sudah merekayasa semua ini," ujar Antonio membuat kesimpulan. Di rumah sakit itu memang hanya ada dua dokter spesialis kandungan yaitu Dokter Nuri dan Dokter Raisa. Dokter Raisa cukup dekat dengan Antonio namun pri
"No. Saya enggak setuju," tegas Adian setelah mendengar niat Erlin untuk menggugurkan kandungan. "Lho, ini hidup saya dan saya bisa memperjuangkan masa depan saya sendiri. Bapak enggak berhak melarang," balas Erlin dengan ketus. Erlin sudah tidak peduli sekalipun laki-laki itu adalah dosennya. Dia pikir mereka tidak sedang dalam proses belajar mengajar di kampus jadi tak masalah jika dia sedikit mengabaikan etika. Perdebatan akhirnya terjadi di antara mereka berdua. "Tapi yang ada dalam kandungan kamu itu anak saya. Kamu enggak bisa ambil keputusan secara sepihak," kata Adian keberatan. "Kok jadi ribet begini sih urusannya? Saya enggak punya kewajiban buat nurut sama bapak karena bapak juga bukan suami saya," ujar Erlin tak mau kalah. Adian terdiam karena dia memang tidak punya status lebih atas Erlin. Tapi dia jelas tidak mau jika calon anaknya sampai dibunuh dengan cara aborsi. Adian sangat menginginkan kehadiran anak itu. "Lagian kenapa sih bapak pakai cara inseminasi segala?