"Gimana Dok, apa ada yang serius?" tanya Devano pada Dokter pribadinya.
"Tidak ada yang serius Pak, anda tenang saja! ini sudah saya tuliskan resep, jangan lupa untuk sementara luka yang di dahi jangan terkena air dulu sebelum benar-benar kering dan sembuh!" jawab Dokter Boby.
"Syukurlah kalau begitu Dok, karena dia jatuh ke dasar jurang yang sangat curam, jadi saya khawatir sekali!" ungkap Devano cemas.
"Saya yakin dia adalah gadis yang sangat kuat dan syukurlah Allah masih melindungi dia!" Dokter Boby memberikan semangat agar Devano tetap tenang.
"Iya Dok!"
"Baiklah kalau begitu saya permisi dulu, kalau ada apa-apa Pak Devano silahkan hubungi saya!" pam
💞 Dukung terus karya saya ini ya All Readers Lovers! 🙏🙏🙏Jangan lupa vote & komen positif ya! Thank U Very Much & Luv U ❤️❤️❤️
"Ini semua gara-gara kamu Fero, kamu yang menyarankan agar kuda berwarna coklat terang itu ditunggangi oleh Sinta, dia jatuh ke dalam jurang jadinya, kamu bilang kuda itu jinak dan sudah terlatih tapi nyatanya apa? jangan-jangan kamu memang sengaja melakukannya kan? agar sesuatu terjadi pada Sinta sehingga kamu bisa meresmikan hubunganmu dengan Nindy ke jenjang yang lebih serius, iyakan Fero?!" Al mencoba mengintrogasi Fero "Aku bilang juga apa, jangan kebanyakan lihat sinetron biar kamu itu gak berhalusinasi, kalau aku sudah tidak ingin mempertahankan pernikahanku dengan dia, ngapain harus ribet-ribet seperti yang kamu pikirkan itu, aku tinggal hubungi pengacaraku lalu aku perintahkan dia untuk mengurus perceraian kami, gitu aja sudah beres, ngapain harus bikin drama yang seperti kamu pikirkan
Entah ini mimpi atau nyata, Sinta merasa ada seseorang di sampingnya saat ini, ia pun perlahan membuka mata, ternyata bukanlah mitos bahwa di dekatnya saat ini benar-benar ada sosok yang ia kenal sedang berusaha untuk membuatnya bangun dari mimpi indah. "Dev… !" ucapnya lirih sambil memercingkan mata. "Hemm…. sang putri tidur akhirnya bangun juga!" sahut Devano sambil tersenyum. "Apa kamu tadi bangunin aku?" "Yup betul sekali, begitu dibangunin bukannya membuka mata, malah main peluk-peluk aja!" "Apa peluk? maksudnya tadi aku peluk ka
Dengan muka tanpa Ekspresi Fero sembari membalikkan badannya, "Aku ke sini untuk menjemput Sinta?" sahut Fero "Oh ya?! sejak kapan kamu peduli dengan istrimu?" tanya Devano sinis. "Itu bukan urusanmu!" jawab Fero serius "Siapa bilang itu bukan urusanku?! aku yang menyelamatkan nyawanya ketika dia butuh pertolongan, sedang kau yang suaminya sama sekali tidak bisa diandalkan, ingat baik-baik saat aku sudah menyelamatkan seseorang! maka kedepannya aku akan berusaha melindunginya apapun itu keadaannya, dan aku tidak peduli lagi dengan statusnya!" "Wow…! kenapa kau bisa sangat percaya diri sekali, kau itu bukan siapa-siapanya, baik di mata hukum ataupun di hatinya, sekali lagi kau bukan siapa-siapa baginya!" "Bukankah sudah aku bilang aku tidak peduli sekalipun secara hukum kau adalah suaminya, aku tau semuanya bahwa kau menikahinya hanya karena kau ingin menyakitinya kan? kau menikahinya hanya karena dendam bodoh mu itu!"
Tanpa jenuh dipandangi wajah suaminya itu, tak terasa jarum jam dinding terus berputar. Hingga akhirnya Sinta pun tertidur di samping wajah Fero, kejadian ini merupakan kejadian yang langka selama mereka menikah, bagaimana tidak ?! setelah mereka sah menjadi suami istri belum pernah sekalipun tidur dalam satu ranjang, apa lagi saat ini Sinta dan Fero sedang tertidur dengan wajah yang saling berdekatan satu sama lain, meskipun posisi kepala Sinta saja yang berada persis di samping suaminya itu, namun tubuh dan kakinya dengan posisi duduk di lantai yang dingin, Sinta sama sekali tak mempermasalahkan karena mendampingi suami yang sedang demam itu jauh lebih penting dari apapun. Hingga pagi menyingsing dan bunyi Alarm dari HP yang berasal dari kamarnya terdengar jelas hingga membuatnya terbangun dari tidur, Sinta memegang dahi suaminya untuk memastikan apakah demamnya sudah turun? dan puji syukur Alhamdulillah ternyata suhu panas tubuh Fero sudah kembali normal, terselip perasaan lega d
Selepas sholat subuh sebagaimana biasanya Sinta memasak di dapur untuk membuat sarapan pagi. Beberapa saat kemudian setelah semuanya selesai maka disajikannya hidangan sarapan pagi di atas meja makan. Sinta pun bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri, setelah selesai mandi barulah ia mengaplikasikan make up di wajahnya dan kemudian berganti pakaian untuk menghadiri undangan Fero di Ballroom Hotel Cinaya, ia pun mengenakan gaun berwarna coksu (coklat susu) yang unik, karena satu gaun akan tetapi memiliki 2 model, yaitu bagian dalam dengan gaya Mini Skirt ( rok mini ), sedang bagian luarnya dibalut dengan kain transparan model Rok Maxi yang disertai dengan belahan di depannya. Untuk model rambut Sinta hanya sedikit memangkas rambutnya agar lebih terlihat lebih rapi, kemudian dipakainya headbands ( bando ) untuk menghiasai rambutnya, terlihat sebuah kombinasi yang sangat apik, karena apapun itu yang Sinta kenakan selalu membuatnya tampil cantik, anggun dan juga mempesona. Setel
Sebuah mobil Mercedes Benz AMG GT hitam mengkilap meluncur di tengah-tengah kota, nampak Al yang baru saja pulang dari luar kota sedang menatap jam tangan yang ia kenakan, saat itu ia duduk di belakang kursi kemudi, raut wajahnya terlihat begitu serius. "Langsung ke Hotel Cinaya ya Pak!" ucap Al. "Baik Pak." jawab Sang Sopir. Beberapa saat kemudian Al telah tiba di dalam Ballroom Hotel Cinaya, ia benar-benar tidak mengerti mengapa Fero menyuruhnya untuk datang ke acara pesta tersebut? karena memang ia tidak tahu apa-apa sama sekali, ia hanya mendapatkan pesan singkat dari Fero via W******p. So
Part 23 : Meninggalkan Kota Tercinta Pagi itu rumah Fero tampak sepi, Sinta melangkahkan kaki sembari menatap suasana sekitar dengan tak bersemangat, entahlah wajah yang biasanya ceria kini terlihat seolah tak bergairah. Nampak Bik Ijah dan yang lainnya sedang sibuk dengan aktifitas masing-masing hingga tak menyadari kehadiran Sinta yang tengah memasuki rumah kemudian bergegas menuju kamarnya yang sudah 2 hari tak disinggahi. Dipandanginya seisi kamar, tampak sama persis sebelum ia tinggalkan. Lalu diambilnya foto pernikahannya di atas nakas, sembari ditatapnya dalam-dalam foto dirinya yang berbalut kebaya serta berkerudung putih menjuntai berhiaskan manik-manik putih bulat berukuran mini yang tersebar di semua bagian tepi kerudung. Guratan kepedihan dari wajah cantik itu begitu terlihat jelas. Tangannya menyentuh kaca pigura dengan perlahan, foto dirinya dengan Fero sesaat sebelum prosesi ijab qobul kini tinggalah kenangan baginya.
Sinta mulai bereksplorasi dengan panorama di hadapannya yang begitu memikat hati, bagaimana tidak? Danau alami Ciburuy, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat itu begitu mempesona dalam pandangannya, air yang jernih dengan disertai deretan bukit hijau yang membentang menambah asri panorama. Hatinya begitu takjub dengan apa yang disaksikannya saat ini. Terpancar sebuah kegaguman yang mendalam di hatinya. Sungguh Ciptaan Sang Maha Kuasa Yang Maha Segala. Danau Ciburuy merupakan Tirta Amarta penduduk Ciburuy yang begitu kalis. Bukan Sinta namanya bila tidak bisa memanfaatkan sesuatu dihadapannya itu. Dengan segera diangkat roknya yang memanjang menyapu tanah, untuk kemudian telapak kakinya dicelupkan ke dalam air kalis nan segar. “Hemm….sudah dapat tempat merendam kaki yang baru nih!” Goda Devano “Iya, Jadi ingin di sini terus nih!” sahut Sinta sambil tersenyum senang. “Tapi gak boleh melamun loh disini!” seru Devano