Share

2

“Apa, pak? Mengasuh anak, bapak?” tanya Keyla memastikan. Yang benar saja, kenapa hukumannya keluar dari jalur kampus.

“Iya, saya mau kamu menjadi pengasuh anak kembar saya. Tenang saja, nanti kalau mereka mau sama kamu, saya akan kasih kamu bonus dan juga saya akan bayar gajinya yang sesuai sama seperti pekerja lainnya atau bahkan lebih dari itu.”

“Tapi kan saya juga bekerja, pak. Mana mungkin saya resign dari pekerjaan saya,” ucap Keyla. Mendapatkan pekerjaan di zaman sekarang itu sudah meskipun yang punya gelar sarjana sekalipun kalau tidak ada orang dalam di belakangnya.

Ia bisa saja menjadi pengasuh anak kembar dosennya, tapi kan pastinya tidak akan lama. Apalagi anak kembar dosennya sudah lumayan besar.

“Ya tinggal resign saja kalau begitu, apa susahnya?”

Apa susahnya dia bilang? Mungkin karena ia terlahir dari keluarga kaya raya dan memiliki nama besar yang sangat berpengaruh dan tidak pernah hidup susah makanya dia berkata seperti itu. Berbeda banding dengan dirinya yang hanya anak orang biasa, sangat jauh dari kata mewah.

“Apa tidak ada hukuman yang lain, pak? Seperti membersihkan toilet atau mengerjakan tugas?” Keyla mencoba menegosiasi. Siapa tau aja dosennya mau.

“Saya bukan pedagang kaki lima yang bisa kamu tawar!! Dan saya tidak menerima penolakan!!” tegasnya membuat Keyla menghela nafasnya berat. Gini amat ya nasibnya.

“Kapan saya bisa bekerja mengasuh anak, bapak?” tanya Keyla pasrah. Ia yakin dengan gaji tinggi dari dosennya itu akan menyembuhkan ibunya yang berada di rumah sakit.

“Lusa kamu bisa datang ke rumah saya dan ini kartu nama saya. Kamu tinggal bilang saja kalau sudah ada janji sama saya. Nanti satpam di sana akan paham, dan jangan lupa kamu kirim surat undur diri ke tempat kamu kerja!!” Keyla menerima kartu nama dosen Erlan dan menyimpannya di dalam saku bajunya.

Tidak ada bantahan dari Keyla selain pasrah, tidak bisa membela diri karena memang dia salah.

“Baik pak, kalau begitu saya izin undur diri,” pamit Keyla yang mendapatkan anggukan dari dosennya.

***

Huft

“Gimana ya masa aku resign dari tempat kerja tiba tiba yang ada nanti mereka bakalan kaget,” keluh Keyla.

Ia pun berjalan ke perpustakaan dan membawa laptopnya karena ia akan membuat surat pengunduran diri ke tempat kerjanya selama ini.

Setelah selesai, ia pun memesan ojek menuju ke tempat ia kerja. Karena ia akan menyerahkan surat pengunduran diri tersebut. Semoga saja bosnya mengerti dan mengizinkan dirinya resign.

“Sudah sampai, mbak,” ucap tukang ojek dan Keyla pun turun dan tak lupa ia membayarnya.

“Makasih ya bang,” ucap Keyla ramah dan tukang ojek itu pun mengangguk.

***

Keyla berjalan memasuki ruangan bosnya dengan membawa surat pengunduran diri dengan perasaan was was. Ia takut jika tidak diperbolehkan untuk resign karena selama ini, ia baik baik saja dan tidak ada masalah dengan yang lain. Selain itu, ia juga sebenarnya tidak enak dengan bosnya karena tiba tiba saja resign, padahal selama ini bosnya selalu baik kepada dirinya.

Tapi … apa boleh buat? Dosennya memaksa dirinya untuk menjadi pengasuh anak kembarnya. Dan ia sadar jika dirinya tidak bisa menolak lantaran dirinya hanya mahasiswa biasa dan bukan orang terpandang yang mana bisa menolak perintah dosennya yang termasuk pembisnis terkaya di negaranya.

Tok tok tok!!

“Masuk!! Nggak dikunci kok,” ucap bos Keyla dari dalam.

Ceklek!!

“Keyla?” Keyla tersenyum dan mengangguk. Ia pun duduk setelah dipersilahkan oleh bosnya untuk duduk.

“Ada apa, ya?” tanyanya karena merasa jika ada hal penting yang akan dibicarakan oleh salah satu karyawannya.

Keyla diam sejenak, merasa tidak enak.

“Katakan ada apa? Apa kamu butuh bantuan saya?” tanyanya selidik. Ia tahu jika ibunya Keyla sedang berada di rumah sakit. “Apa kamu butuh bantuan untuk ibu kamu?”

Keyla diam dan menggelengkan kepalanya dengan cepat.

“Lalu apa yang membuatmu ke sini? Atau jangan jangan …,?” Bosnya itu menebak apa yang kemungkinan terjadi pada Keyla.

“Maaf pak kalau terkesan saya lancang,” ucap Keyla yang mencoba memberanikan dirinya berbicara kepada bosnya agar tidak salah paham.

“Silahkan!! Tidak ada yang melarang kamu bicara kok,’’ balasnya ramah dengan memberikan peluang Keyla untuk berbicara dengan menggunakan isyarat tangannya.

“Sebenarnya saya ke sini karena saya mau mengundurkan diri dan berikut surat pengunduran diri saya. Maaf, kalau terkesan tiba tiba,” ucap Keyla dengan memberikan surat pengunduran dirinya kepada bosnya yang membuat si bos itu bingung.

“Kenapa? Apa kamu ada masalah dengan teman kamu atau masalah pekerjaan di sini yang memberatkan kamu?” tanyanya, karena ia butuh alasan yang logis.

“Tidak pak, saya tidak ada masalah dengan teman teman di sini dan saya juga tidak keberatan dengan pekerjaan di sini,” geleng Keyla jujur.

“Apa karena gajinya kurang?”

“Bukan pak, sama sekali tidak. Ini murni karena keinginan saya dan saya mau fokus ke kesehatan dan kesembuhan ibu saya dulu.”

Nampak bosnya itu menimang nimang surat pengunduran diri Keyla, sejujurnya ia agak berat untuk melepas karyawan sebaik Keyla. Meskipun perempuan itu kerja paruh waktu, namun kinerjanya sangat bagus.

“Sebenarnya saya agak keberatan dan sangat menyayangkan keputusan kamu, tapi apa pun itu semoga yang terbaik buat kamu ya. Saya hanya bisa mendoakan kebaikan kamu dan ibu kamu. Semoga beliau lekas sembuh dan kalau kamu berubah pikiran atau butuh pekerjaan lagi, kamu bisa ke sini,” ucapnya yang pada akhirnya setuju dan menandatangi surat pengunduran diri Keyla, membuat Keyla bernafas lega.

“Iya pak, makasih banyak.”

Keyla pamit, namun sebelum itu bosnya sudah memberikan uang pesangon untuk Keyla beserta bonus untuk Keyla yang membuat Keyla senang dan merasa tidak enak.

Sebelum ke rumah sakit, ia juga menyempatkan diri untuk berpamitan dengan teman teman kerjanya yang selama ini baik dan membantunya.

“Padahal di sini enak, kenapa kamu mengundurkan diri? Apakah ada masalah?”

“Iya, key. Apa ada masalah? Atau jangan jangan kamu mau …,”

Keyla tersenyum haru.”Apa sih? Nggak kok, aku hanya mau fokus mengurus ibu dulu biar sembuh.”

“Kalau mau mengurus ibu kan kamu bisa ajukan cuti, dan bisa kembali bekerja tanpa harus resign.” Tidak ada yang salah dengan pertanyaan mereka, namun ia hanya bisa diam dan memendamnya. Tidak perlu diceritakan kisahnya pada orang lain. Cukup dirinya dan Sang Pencipta saja yang tahu.

Keyla hanya tersenyum menanggapi itu, seandainya bisa, ia juga akan melakukan itu tanpa harus cuti atau mengundurkan diri.

***

“Ibu,” panggil Keyla saat ibunya terbaring lemah di atas brangkar.

“Ibu udah, makan?” tanyanya karena biasanya kalau dirinya tidak ada pasti ada suster yang membantu ibunya makan.

“Sudah nak, kamu?”

Keyla menganggukkan kepalanya, ia memang sempat mampir ke warung makan untuk mengisi perutnya yang kosong karena sudah waktunya diisi.

“Udah, Bu.”

“Kamu kenapa nggak kerja? Biasanya kan jam segini kamu masih kerja? Kamu bolos, ya?”

Ia tahu jika di jam segini, biasanya anaknya masih kerja.

“Kalau nanti kamu dipecat, gimana?” tanyanya khawatir. Bukan karena ia mau membiayai anaknya itu, tapi keadaan yang membuatnya tidak bisa apa apa.

Terlambat sudah, karena tanpa dipecat, anaknya sudah mengundurkan diri.

“Nggak kok Bu, Keyla udah izin sama bosnya dan diperbolehkan.” Keyla terpaksa berbohong karena tidak mau ibunya tau dan kepikiran alasan dirinya mengundurkan diri karena dipaksa menjadi pengasuh anak kembar dosennya karena ia datang terlambat dan tidak membawa tugasnya, yang ada nanti ibunya menyalahkan dirinya karena keterlambatan Keyla yang memang untuk merawat dan menjaga dirinya.

‘Maafin Keyla ya bu, untuk saat ini Keyla bohongin ibu dan semoga ibu bisa mengerti suatu saat nanti. Keyla tidak mau nanti ibu jadi kepikiran dan sakit ibu jadi bertambah,’ batin Keyla.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status