Hei yooo! Jangan lupa komentarnya yah!
kasih review dan gem juga! tengcuuu
******
Sudah lebih dari satu minggu semenjak Lea menginap di apartemen Xavera dan mereka melakukan sesi curhat dadakan berlalu begitu saja. Mereka berdua bahkan hanya bertukar kabar hanya satu kali, Lea mengatakan jika dirinya sedang berlibur dengan suami tercinta yang sedang mendapatkan cuti selama empat belas hari, sedangkan Xavera kembali pada rutinitas hariannya sebagai seorang karyawan kantoran yang disibukkan dengan berbagai laporan, menemui klien dan beberapa kali mengadakan rapat dengan tim kerjanya.
Tidak hanya komunikasinya renggang dengan Lea, Xavera bahkan sama sekali tidak berkomunikasi dengan pria muda yang telah ia klaim sebagai jodohnya. Xavera sama sekali tidak menelepon, mengirim pesan ataupun berkesempatan bertemu langsung. Xavera benar-benar sengaja menomor duakan keberadaan Tezza sementara waktu agar ia bisa fokus menyelesaikan semua
Happy Reading ^^Cintaku, jangan lupa komentar, kasih review bintang tujuh eh lima, sama GEM-nya biar dedek gemes cepet meleleh ^^ muaaah******Bekerja di perusahaan mobil mahal dan memiliki relasi orang-orang kelas atas tentunya Xavera sudah sangat terbiasa dengan apa pun yang dimiliki mereka semua. Akan tetapi, ia tetap saja tercengang ketika masuk ke dal
Happy Reading ^^Tetap jangan lupa KOMENTAR DAN KASIH REVIEW YAH BINTANG TUJUH ATAU SEPULUH WKWKWK*****Kerutan dahi Tezza semakin dalam ketika ia melihat Xavera tiba-tiba keluar dari apartemennya. Tubuhnya masih mencerna apa yang baru saja wanita itu lakukan padanya. Mengajaknya berpacaran, menciumnya dua kali dan meninggalkannya begitu saja. Padahal Tezza sama sekali belum sempat memberikan respon apa pun. Pria itu menyandarkan punggung pada sofa, berharap Xavera kembali lagi karena wanita itu tentu saja tidak bisa turun seenaknya begitu saja tanpa akses pemilik apartemen. Akan tetapi, dugaan Tezza keliru, setelah sepuluh menit berlalu, wanita itu tidak kunjung mengetuk pintu apartemennya lagi. Tezza melangkah membuka pintu unitnya dan memastikan keberadaan Xavera, tidak mungkin wanita itu memilih untuk turun dari lantai empat puluh dengan tangga darurat. Namun, di lorong unitnya sama sekali Tezza tidak menemukan keberadaan Xavera.
*****Kedua bola mata Xavera membulat sempurna mendengar pertanyaan Jonathan. Bibirnya begitu rapat terkunci, telapak tangannya basah, gugup sekaligus cemas. Baru kali ini Xavera bingung untuk merangkai alibi, biasanya wanita itu pandai bersilat lidah, hanya saja untuk saat ini Xavera mendadak terserang virus Tezza, irit suara.Jalan satu-satunya adalah meminta bantuan Tezza dari isyarat mata yang Xavera berikan agar memberikan alasan yang masuk logis. Akan tetapi, Xavera menyadari jika meminta Tezza untuk membuka mulut akan sia-sia. Seakan mengajak batu berbicara, tidak ada tanggapan dan pasti Tezza akan mengabaikannya.Xavera menangkap ekspresi Tezza yang tersenyum sangat amat tipis di wajah tampannya. Xavera menautkan kedua telapak tangannya berupaya keras mencari alasan secepatnya agar tidak menimbulkan kecurigaan yang lebih jauh. Xavera tidak akan mengatakan kalau semua itu terjadi akibat dirinya terlalu girang memberi sosoran maut pada bibir
Xavera melangkah bersama Tezza menuju parkiran. Kaki jenjang yang dibungkus high heels itu berhenti di depan mobil baru dengan plat yang masih putih. Terdengar desahan napas berat ke luar dari indera penciuman Xavera. Matanya fokus menatap mobil berwarna biru itu dengan tatapan nanar. Tezza melihatnya lantas mendengkus seolah memberi ejekan pada Xavera.“Kamu kenapa?” tanya Xavera penasaran dengan sikap Tezza yang tiba-tiba mendengkus di sampingnya.“Saya baru menemukan seseorang yang berucap bullshit!” Tanpa menoleh Tezza menatap tajam lurus ke depan.“Hah?! Siapa yang bullshit, Sayang, eh—maksudnya, Pak?” Xavera menepuk bibirnya yang sembarangan memanggil Tezza sayang. Dirinya lupa jika masih berada di lingkungan perusahaan dan harus tetap profesional. Xavera menoleh ke kanan dan kiri untuk memastikan jika tidak ada orang yang mendengar ucapannya tadi pada Tezza.Tidak ada jawaban apa
*****Xavera menarik ujung lengan kemeja Tezza dan berbisik santai, “apa isinya? Belom dibaca malah dirobek.” Kedua bola mata cokelat terang Tezza melotot tajam pada Xavera setelah wanita itu berbisik padanya.‘Kayaknya gue salah ngomong. Mampus! Bisa ditelen idup-idup gue setelah ini. By the way, tapi kan gue beneran kepo—apa isinya! Kenapa juga ini manusia jadi makin nyeremin sih? Cemburu? Marah? Atau kesambet malahan?’ batin Xavera penuh tanda tanya.Xavera menghela napas, masih bertanya-tanya penuh rasa penasaran tentang isi tulisan di dalam tisu tadi. Xavera menopang dagu dengan kedua telapak tangan menatap Tezza lekat. Xavera sedang memperhatikan dengan saksama makhluk Tuhan berbelalai bawah yang memiliki wajah begitu tampan dengan alis hitam tebal, batang hidung yang cukup tinggi, bibir cipokable, rahang tegas, kulit putih meskipun tidak begitu putih, sangat berbanding terbalik dengan kulit kecokelatan Xavera. Kedua
****** Sepanjang perjalanan dari parkiran mall sampai ke hotel, kedua makhluk Tuhan itu memilih mengunci rapat mulut masing-masing. Tezza dan Xavera memutuskan untuk makan siang di restoran hotel, mengikuti jadwal yang sebelumnya sudah Xavera susun sedemikian rupa. Mereka berdua makan dengan tenang. Tezza sesekali mencuri lirik pada Xavera yang sangat berbeda dari biasanya. Wanita itu membisu sesaat setelah masuk ke dalam mobil dan sampai saat itu. Tezza tidak ambil pusing, pria itu memilih untuk menikmati makannya dengan menonton permainan game online yang sedang melakukan pertandingan seru. Xavera duduk bersama Tezza dan mereka sama sekali seperti dua orang asing yang tidak saling mengenal satu sama lain. Xavera juga menyadari alasan mengapa Tezza tiba-tiba mengajaknya ke mall. Wanita itu yakin, jika itu adalah hasil dari komunikasi keduanya via telepon Xavera. Xavera mengunyah makanannya dengan penuh pikiran. Bukan masalah pek
Hollaaaaaa, gitu dong. Komentarnya mayan rame di bab sebelumnya. Nah di bab yang ini, kalian juga harus ramein. Shin belom bisa kasih double update atau tripel update sebab kondisi lagi gak memungkinkan. Jadi, skrg tetap update seadanya dulu.Happy reading yah. MuaaahKomen yang banyak*****Jiwa Xavera melayang entah ke mana. Lututnya lemas seperti agar-agar. Jantungnya berdetak
DIHARAPKAN PADA WAKTU MEMBACA BAB INI, TIDAK SENYUM SENYUM SENDIRI. KARENA GANGGUAN JIWA TIDAK DITANGGUNG BPJS WKWKWKWKSALAM CUP CUP MUAH DARI BERONDONG MULUT CABE SETAN!*****Jonathan berdiri mematung menatap kepergian keponakannya. Ada kemungkinan jika gendang telinganya sedang bermasalah sehingga salah mendengar apa yang baru saja diucapkan Tezza."Kekasih? Semacam girlfriend? Pacar? Hah?! Tidak—aku pasti salah dengar." Jonathan berjalan cepat ke luar ruangan mencari keberadaan keponakan beserta Xavera, calon istri masa depannya.Jonathan berjalan terburu-buru, mengabaikan sapaan yang diberikan pegawainya saat berpapasan dengannya. Jonathan saat ini menginginkan penjelasan lebih detail dari Tezza dan juga Xavera tentang kebenaran ucapan itu. Sulit dipercaya, jika Tezza yang baru saja bertemu Xavera dua kali di kantor dan baru kemarin pergi bekerja menemui klien berdua