Share

Mengejar Cinta Babang Jutek
Mengejar Cinta Babang Jutek
Penulis: Amih Lilis

Babang 1

*Happy reading*

"Lelet!"

Bianca mencebik kesal, saat lagi-lagi desisan sebal itu terdengar di depannya.

Sialan! Maunya apa sih, asisten Bosnya ini?

Apa dia gak bisa lihat, perbedaan ukuran kaki mereka? 

Cih! Dia sih enak, satu langkah bisa bermeter-meter terlampaui, nah Bianca?

Udah pendek, pake rok span, pake heels, lagi! Jadi, coba bayangkan perjuangan Bianca, dalam menyamai langkah lebar Asisten bossnya itu.

Emang dasar cowok gak ada akhlak!

"Kamu bisa cepet, gak? Mereka sudah menunggu kita, Bianca!"

Bodo amat! Yang mau ngikut juga siapa? Orang lagi enak nonton drakor malah dibangunan-eh, dibangunin. Kan, kampret banget nih Babang jutek.

Ugh! Untung cakep. Coba kalau kagak. Bianca tampol juga dah tuh mulut bon cabe pake ulekan. Biar jadi sambel mercon sekalian. 

"Ya kalo mau cepet, gandeng dong! Kalo perlu gendong bridal style. Biar romantis sekalian," cebik Bianca santai. Sukses menghadirkan pelototan tajam dari Alvaro.

"Ngelunjak kamu lama-lama. Saya tinggalin di sini, baru tau rasa kamu!" ancam Alvaro kemudian.

"Tinggalin aja! Palingan juga situ yang repot nanti. Hello! Situ gak lupa siapa saya, kan? Best friend-nya nyonya Bos nih, gini-gini juga. Jadi jan macem-macem ya, Sodara!" ancam Bianca jumawa. Sambil membusungkan dadanya yang menonjol berkat bantuan bra berbusa tebal.

Sejak tau sahabat kampretnya ternyata nyonya Bos. Bianca memang jadi besar kepala begini. 

Woya jelas musti besar kepala! Kapan lagi coba, dia punya temen sultan. Secara, selama ini teman-temannya keturunan kampret semua. Nongol pas butuh, ngilang pas seneng. 

Kan, apa itu gak anj--gitulah pokoknya!

"Saya harap, anda juga tidak lupa. Kalau saya juga Asisten kepercayaan suami nyonya Bos kamu. Satu kata saja keluar dari saya, habis karir Anda." Alvaro pun kembali mengancam dengan tatapan mata elangnya.

Sayangnya, yang dia ancam itu Bianca, yang gak punya rasa takut sama sekali. 

Tentu saja bagi seorang Bianca, level antara asisten Bos dan sahabat nyonya Bos itu jelas lebih tinggi levelnya dia. 

"Sok bae, atuh! Ikhlas abdi mah. Asal siap-siap aja saya kejar sampe ke lobang semut. Buat minta dinikahin," ucap Bianca setengah sinis. 

"Kenapa kamu jadi minta dinikahi saya?" balas Alvaro dengan nada tinggi. Dia benar-benar nggak habis pikir dengan jalan pikiran Bianca. 

"Ya, karena situ udah mutus rezeki saya. Jadi situ yang punya tanggung jawab menafkahi saya setelahnya. Gimana? Deal, kan?" ucap Bianca enteng. Namun selalu sukses membuat Alvaro meradang.

"Mimpi aja kamu!" tukas Alvaro sengit. Sebelum melengos meninggalkan Bianca, yang kini terlihat terseok-seok mengejar langkah Alvaro yang lebar-lebar.

"Alvaro, kampret!" maki Bianca yang untungnya tidak terdengar karena jarak mereka yang terlalu jauh. 

"Gak, gak mau diculik!" seru Aika yang membuat Alvaro mempercepat langkah. 

"Eh, Pak udah di sini?" ucap Alvaro yang pura-pura baru sadar dengan kehadiran mereka. 

"Eh, Mas Al ngapain di sini?" Mata Aika berkedip berulang, membuat Alvaro tersenyum tipis selama beberapa detik.

Bianca menggeram, "Enak saja Babang lebih perhatian sama keluarga si Bos daripada sama dia! Lihat saja acting balas dendamnya."

"Ya, Bu. Saya juga ikut Bapak ini," jawab Alvaro dengan nada datar yang terdengar ramah di telinga Bianca. 

Gimana nggak ramah, coba? Sedari tadi tuh babang tampan mulutnya pedas kalau sama dia. Giliran sama atasan langsung berubah manis beud kek gula aren. Kan Bianca syebel, ya? 

Huh! Dasar muka dua! But it's ok. Bianca juga bisa, kok kalau begitu doang, mah. Huh! Drama time!

Bianca menghentak-hentak ketika mendekati sahabatnya. Nggak peduli dengan langkah terbatasnya karena rok span yang terlalu sempit dan heels yang terlalu tinggi.

Pokoknya, Kita lihat saja, siapa yang lebih berkuasa? Sahabat istri Bos atau Asisten Bos? Pasang mata baik-baik!

"Bi, lo ...." Aika menunjuk Bianca, dan terlihat ikut terkejut melihat kehadirannya di sana, "Ngapain lo di sini?" tanyanya kemudian dengan polos.

"Ya, ikut lah. Wong diajak, masa nolak," jawab Bianca santai mengamati kukunya yang baru dicat.

"Hah? Jadi kita bukan mau berduaan saja, Mas Boss?" Aika melirik Kairo.

"Ya, gak, lah. saya kan pernah bilang. Mereka yang bakal ngelayanin kita. Jadi, mereka ikut. Ayo!" Kairo mengulurkan tangan yang segera diterima Aika.

What? Jadi itu derajat sebenarnya Bianca di mata si Bos? Babu?

Ugh! Ternyata Bos sama Asistennya sama aja. Sama-sama kampretos!

Berhubung hati kembali tersulut api, Bianca tidak memperhatikan kalau mereka akhirnya masuk ke dalam pesawat pribadi. 

Interiornya yang mewah, harusnya membuat mulut Bianca menganga lebar. Namun, duh, gimana ngomongnya. Dia itu sebenarnya takut ketinggian. Bianca lalu menoleh ke belakang, memperkirakan kecepatan untuk melarikan diri. Kira-kira dia bisa keluar hidup-hidup nggak?

Terus, ini gimana sekarang? 

"Jalan, woy! Jangan diam saja di tengah jalan!" desis Alvaro dengan lirih, tepat di telinga Bianca. 

Bulu-bulu halus di tengkuk Bianca berdiri, ketika merasakan embusan napas hangat Alvaro. 

Setan, memang cowok satu ini. Mulutnya tajam bener, tapi sayangnya tampan. Jadi, Bianca tak kuasa marah terlalu lama.

Hatinya selalu lemah memang sama makhluk bernama cogan. Bawaannya bukan pengen marah, tapi pengen manja-manja kalau sama yang namanya cogan. 

Namun sayangnya, cogan yang satu ini gualaknya minta ampun. Bikin Bianca mikir 1000x mau gebetnya juga. Mana gak ada gentle-gentlenya, lagi.

Kalau gentlemen itu, tangannya ada di punggung cewek kalau pas jalan bareng.

Noh, kaya Pak Boss di depan.

Nah, Kalau seperti setan tampan di belakangnya ini, itu dorong punggung cewek pas jalan bareng. Itulah yang dilakukan Alvaro untuk memaksa Bianca melangkah. 

"Pulang sekarang boleh nggak, sih?" tanya Bianca yang tetap bergeming walaupun Alvaro mendorongnya. 

Dia bahkan sudah balik badan, tapi tubuh Alvaro yang tegap menghalanginya. Bianca jadi merasa kerdil seketika.

Asem! Nih cowok sarapannya pasti tiang listrik. Tingginya di makan sendiri! Bagi Bianca ngapa? 

"Jangan manja! Sana duduk!" ujar Alvaro yang memutar tubuh Bianca kemudian mendorongnya hingga terduduk di depan Aika. 

"Anteng! Jangan banyak tingkah. Kalau tidak mau saya lempar dari jendela." Alvaro pun memberikan wejangan yang sangat sukses membuat Bianca tak berkutik di tempatnya.

Ya iyalah gak berkutik. Ini pesawat, cuy. Bukan angkot! Dilempar dari sini sampenya makam. Bukan got, lagi!

Gak percaya? Cobain sana! 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
yeni diana sari
ini cerita yg ceweknya nyosor yg cowoknya sok nolak padahal sdh cinta.... seru pokoknya. babang al aq nunggu luruhnya cintamu wkkkkk
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status