Share

Bab 3 Kamu Tidak Bahagia

Dia hanya ingin mengantar Quinn pulang untuk menjenguk kakek dan neneknya, bukan untuk menceraikannya! Namun, Yovan tetap tidak menyukai Quinn.

Quinn tenang kembali, jantungnya terasa perih dan sesak. Saat ingin menjelaskan, dia melihat Yovan sudah memejamkan mata, jadi dia tidak berani berbicara lagi karena takut mengganggu pria itu.

Tubuhnya tidak bergerak, sehingga sedikit kaku dan hampir mati rasa. Quinn memikirkan banyak hal dan tetap terjaga sampai tengah malam.

Ketika dia bangun keesokan paginya, Yovan sudah pergi. Quinn bangun dan duduk di depan meja rias. Matanya merah dan bengkak seperti yang diduga.

Setelah berbenah dan merias tipis wajahnya, Quinn turun ke bawah. Sopir sudah menunggu di ruang tamu.

"Bu Quinn, Pak Yovan menyuruhku menunggumu di sini. Setelah Bu Quinn sarapan, aku akan mengantar Bu Quinn pulang."

Pulang?

Hehe, bahkan sopir pun tidak berpikir bahwa ini adalah rumahnya, sopir ingin mengantarnya kembali ke rumahnya di pedesaan.

Quinn tahu bahwa sopir itu tidak bermaksud lain, tapi hatinya terluka parah, kata-kata biasa siapa saja juga bisa menyakitinya.

Dia berkata, "Nggak perlu, lakukan saja tugasmu yang lain, aku akan pulang sendiri."

Chandro tidak bergerak, dia berkata, "Aku harus melakukan apa yang diperintahkan Pak Yovan, kalau nggak, gajiku akan dipotong."

Quinn mengerutkan keningnya, dia tahu Yovan pasti memerintahkan Chandro untuk mengantarnya pulang.

Dia tidak mengerti kenapa harus mengantarnya pulang hari ini. Dulu, Yovan sama sekali tidak peduli padanya, juga tidak akan peduli dengan keluarganya.

Quinn masuk ke dalam mobil. Kemudian, mobil itu segera melaju ke Desa Hulu.

Desa Hulu masih terpencil dan terbelakang seperti saat dia pergi, biarpun duduk di dalam mobil, dia masih bisa merasakan gundukan di jalan.

Begitu memasuki desa, pamannya, Daud James yang sedang membual pun melihat mobil itu dengan jeli. Ketika mobil berhenti dan dia melihat orang di dalam mobil dengan jelas, dia pun berjalan dengan cepat untuk menyanjung.

"Quinn pulang!"

Melihat senyuman di wajah pamannya dan tatapannya yang materialistis, Quinn merasa sangat tidak nyaman.

"Aku pulang menjenguk Kakek dan Nenek. Apa mereka ada di rumah?"

"Ada, aku akan pulang bersamamu!"

Kata Daud sambil membuka pintu mobil dan masuk.

"Mobil ini mewah sekali, sangat nyaman. Lihat tempat duduknya, ini terbuat dari kulit asli!" Melihat dia meraba-raba, Quinn merasa tidak berdaya. Dia melirik ke arah Chandro dengan hati-hati, biarpun tidak ada tatapan menghina, dia masih menunduk karena malu.

Daud sama sekali tidak peduli, dia mengobrol dengan Chandro.

"Kamu menjadi sopir untuk suami keponakanku, berapa gajimu sebulan?"

Dia tidak tahu apa yang dipikirkan Chandro, jadi dia menjawab dengan tenang tanpa emosi. Quinn merasa Chandro meremehkan Daud. Tidak hanya itu, bahkan Quinn juga kesal dengan keserakahan pamannya.

Seringkali, ekspresi Chandro terlihat cukup menghormatinya, tapi dia tidak bisa merasakan rasa hormat dalam kata-kata dan perbuatannya.

"Pak Yovan selalu bermurah hati pada karyawan. Paman, ke mana jalannya?"

"Ke kanan ...."

Akhirnya mereka sampai di tujuan.

Saat keluar dari mobil dan melihat kakek neneknya, Quinn tidak bisa menahan tangisnya.

Berat badan kakeknya turun, neneknya juga tampak lebih tua dari sebelumnya.

Ini pertama kalinya dia pulang sejak menikah dengan Yovan.

Bukannya dia tidak merindukan kakek dan neneknya, tentu saja dia ingin pulang! Namun, kakek dan neneknya tidak mengizinkannya pulang. Setelah mereka menikahkannya dengan Keluarga Larkspire, mereka berharap dia tidak lagi berhubungan dengan Keluarga James karena dia punya paman yang kecanduan judi!

Mereka takut harta Keluarga Larkspire akan membuat Daud serakah, kemudian Daud akan merecoki dan menghancurkan hidupnya.

Nenek pernah bilang kalau dia merindukan mereka, maka dia akan direcoki oleh pamannya untuk melunasi utang judinya seumur hidupnya!

Nenek merasa kasihan padanya, hanya berharap dia bisa menjalani kehidupan yang baik setelah menikah.

"Kenapa kamu nggak patuh!" Nenek menggenggam tangannya sambil menitikkan air mata.

Meski mengeluh, orang tua itu tetap sangat bahagia melihat cucunya pulang.

"Bagaimana sikapnya padamu, baik nggak? Kenapa kamu jadi kurus?" Orang tua itu tampak sedih. Quinn lebih putih dari sebelumnya, kulitnya jauh lebih mulus, tapi dia tetap kecil dan kurus.

Quinn menyeka air matanya dan berkata, "Nenek, aku baik-baik saja, Yovan baik padaku. Jangan khawatir."

"Jangan bohong! Kamu nggak bahagia, Nenek tahu." Kalau cucu kesayangannya ini tidak dijual kepada Keluarga Larkspire oleh putranya yang tidak berguna itu, cucunya tidak akan ....

Nenek sangat menyesal karena dia tidak bisa melindungi Quinn!

Orang tua itu tahu bahwa Yovan sama sekali tidak mencintai Quinn!

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status