"Nayra ...." Saga mendesis sakit.
Lelaki itu tidak menyangka jika Nayra yang polos ternyata bisa sekejam ini. Walau begitu senyum Saga kembali terkembang. Sikap malu-malu dari Nayra kian membuat Saga menyukainya. Dia benar-benar gemas pada Nayra.
Namun, sisi hatinya langsung mengingatkan kalau dia hanya boleh sebatas menyukai saja. Tidak boleh lebih. Karena dia sudah berjanji jika hatinya hanya akan ia berikan untuk Dela seorang.
Saga membuang jauh pikiran tentang Nayra tadi. Dirinya gegas menuju bagian pembayaran. Lelaki itu menyerahkan back card-nya pada Mbak kasir. Di sebelahnya Nayra ikut menunggu. Setelah transaksi selesai, keduanya keluar dari rumah mode tersebut tersebut.
Ada rasa haru yang menyelinap dada, saat Saga tidak membiarkan Nayra kerepotan menenteng banyak tas. Lelaki itu dengan sigap ikut membantu membawakan barang belanjaan tersebut.
"Sekarang kita mau ke mana lagi?" tan
Nayra menggeliat. Kumandang adzan subuh berhasil membangunkan lelapnya. Mata wanita itu mengerjap perlahan, lalu mengedarkan pandangan. Asing. Ini di mana?Nayra merasa ada yang mengganjal perutnya. Wanita itu menoleh. Seketika dirinya memekik melihat ada seseorang pria yang telah lancang memeluknya."Enggg! Apa sih berisik banget?!" Saga mengerang malas. Lelaki itu berganti posisi. Dari menyamping memeluk Nayra. Berganti tidur terlentang.Nayra ternganga. Bingung kenapa Saga bisa sampai tidur seranjang dengannya. Wanita itu menepuk jidat."Kenapa aku lupa kalo sudah menikah dengan Saga?" Nayra tergeli sendiri.Dia memandang paras teduh pria yang sudah resmi menjadi imamnya itu. Saga masih terlelap pulas. Hidung Saga begitu mancung. Alisnya juga tumbuh dengan tebal.Mendadak dada Nayra terasa berdesir. Entah mengapa tangan wanita itu terdorong ingin mengelus wajah tegas nan menawan tersebut.Baru juga meraba pipi, Saga lekas men
Nayra terpekik kecil saat tiba-tiba Saga menaruh dagu pada pundaknya."Awas, Mas, aku lagi masak nih," usir Nayra karena merasa sedikit terganggu."Kenapa sih? Kayaknya gak suka banget kalo aku dekat," sungut Saga mundur.Nayra berpaling. Wanita itu mengulum senyum. "Aku kan lagi masak, bau bawang dan bumbu. Nanti baju kantor kamu kena juga deh," tuturnya lembut.Saga mendengkus kecil. Namun, dia tidak memprotes lagi. Karena menikah dengan Nayra membuat dirinya merasakan kebahagiaan. Kenikmatnya berumah tangga yang sesungguhnya.Setiap pagi Saga akan dimanjakan dengan makanan yang sudah dibuat oleh Nayra. Sepuluh tahun menikah, jarang sekali dia merasakan sedapnya makanan rumah. Hanya sesekali dia menikmati olahan asisten rumah tangganya.Dela mana mau membuatkan Saga makanan. Masak saja tidak bisa. Dan yang pasti, wanita itu tidak akan sudi mengorbankan perawatan ku
Seperti punya alarm alami. Nayra akan terbangun di waktu subuh. Biar pun tertidur malam, tetap saja kupingnya peka terhadap adzan.Bibir Nayra melukis senyum melihat sosok Saga yang tengah terlelap. Lelaki itu masih bertelanjang dada. Dia sendiri sudah mengenakan pakaian.Mengingat kejadian semalam, pipi Nayra memanas. Dia amat malu. Semalam Nayra menangis terisak-isak bak anak kecil ketika Saga berhasil menjebol pertahanannya.Untungnya sang suami teramat pengertian. Saga membujuk Nayra dengan penuh kelembutan. Pria itu juga amat hati-hati saat menyentuh. Memperlakukan Nayra bak porselen.Mengabaikan rasa perih yang mendera area intim, Nayra bangkit. Wanita itu ingin lekas membersihkan badan. Baru dua langkah, dirinya berhenti. Kali ini Nayra harus bisa mengajak Saga sholat bersama.
"Pulang sekarang!"titah Dela tidak main-main."Del, jangan main suruh gitu!" Saga menolak. "Aku baru nyampe di sini dua jam lalu.""Gak mau tahu, pokoknya pulang!"tegas Dela, "sekarang aku tuh sudah ada di Jakarta. Di rumah kita."Saga bergeming. Sungguh dia sangat muak dengan sikap egois dan dominannya Dela. Hanya saja dirinya tidak berdaya.Dulunya Saga adalah seorang pemuda biasa. Bukan termasuk pria miskin. Namun, tidak sebanding dengan Dela yang memang berasal dari keluargatajirdi kota ini.Banyak yang bilang Saga beruntung mendapatkan Dela. Dela adalah putri tunggal dari seorang pengusaha properti dan pemilik beberapa ritel. Papa Dela membangun banyak ruko dan rumah kontrakan di beberapa kota. Mertua Saga merupakan salah satu pria terkaya di negeri ini.
Saga tidak berkutik jika sudah tinggal di rumah mertua. Lelaki itu harus pulang tepat waktu. Tidak bisa bebas bepergian. Waktunya benar-benar tercurah hanya untuk Dela seorang. Bahkan untuk sekedar menelepon Nayra pun susah. Ada Dela yang setiap saat di sisinya. Akan terjadi prahara jika Saga berbuat ceroboh. Karena itu Saga mencoba bersabar dengan keadaan. Jujur, empat hari tidak bersua dengan istri mudanya, Saga dilanda rindu. Rindu pada kehangatan sikap Nayra, masakan wanita itu, hingga ritual mereka di ranjang. Lelaki itu mencari akal untuk dapat menemui Nayra. Kebetulan hari ini Dela mendapatkan undang tampil di acara televisi. Kesempatan ini tidak disia-siakan Saga.
"Sagaaa!" Dela berteriak.Saga berhenti sejenak. Namun, ketika bayangan Nayra yang tengah meratap sedih membuat pria itu kembali melangkah."Sagaaa ... berhenti."Saga tidak lagi menggubris. Pria itu ingin segera menemui Nayra. Ingin memberikan dukungan pada istri mudanya.Saga tahu rasanya kehilangan. Apalagi kehilangan seseorang yang sangat berharga dalam hidup. Dirinya pernah merasa amat menyesal, karena tidak ada di saat ayah tercintanya menghembus napas terakhir.Rasa bersalah dan menyesal menderanya bertahun-tahun. Apa lagi alasan saat itu adalah karena sedang berkencan dengan Dela. Makanya hari ini, apa pun yang terjadi Saga tidak akan mengulangi kesalahannya yang dulu.PRANKKK!Saga tidak ingin memedulikan teriakan Dela yang terus memanggil namanya. Namun, suara pecahan benda kaca itu membuat hatinya berdesir takut. Dela adalah wanita yang suka ber
"Yesss!" Saga meninju udara. "Terima kasih ya Allah," ucapnya tulus sembari meraup wajahnya. "Yeahhh!" Dia kembali berseru gembira. Di saat yang bersamaan masuk Dela. Wanita itu mengernyit melihat tingkah aneh sang suami. Saga bukan tipe pria yang ekspresif. Aneh. "Ada apa, Ga? Heboh amat," tegur Dela tersenyum miring. Tangannya terlipat di dada. Saga langsung balik badan begitu mendengar suara istrinya. "Eh, Del ...." Dia memegang kedua pundak istrinya dengan senyum yang tersungging, "doa kita didengar Allah," ujarnya bahagia. Kening Dela kian mengernyit dalam. Dia masih belum paham dengan perkataan Saga. "Kita akan menjadi orang tua, Del," jelas Saga semringah. "Kita?" Dela menyipit.
Saga dan Nayra menganga tidak percaya. Ini seperti mimpi."Sungguh kah?" tanya Saga takjub. Dia seakan tidak percaya Dela bisa punya ide seperti itu.Dela mengangguk anggun."I love you." Saga memeluk Dela dengan haru."Eum ... Mbak Dela, maaf bukannya mau menolak, tapi saya sudah terbiasa hidup mandiri seperti ini," tutur Nayra hati-hati. Sungguh dia merasa tidak nyaman jika harus seatap dengan kakak madunya. "Lagian adik saya juga sering main kok. Jadi saya jarang kesepian."Dela mengurai pelukannya dari Saga. Tatapan dinginnya membuat hati Nayra bergetar. "Jadi kamu menolak niat baik aku?""Eum ... bukan begitu." Nayra langsung menepis dengan gelengan, "tapi, kalo aku pergi, terus bagaimana dengan rumah ini? Apakah akan dibiarkan kosong tanpa penghuni? Kan sayang juga."De