Hehm... maaf kemarin tidak sempat terupload teman-teman. Yuk Komentar dulu, nanti Chinta up lagi agak siang/sore ya! Terima kasih untuk kamu yang terus mendukung cerita ini! Sayang kalian banyak-banyak!
Di tahun Ketiga pernikahan mereka, Lisa mulai berpikir tentang cara lain untuk membantu warga kampung. Dia ingin anak-anak dari keluarga di kampung ini mendapatkan pendidikan yang lebih baik. Ia pun mengutarakan ide untuk mendirikan sebuah yayasan amal. Dengan yayasan ini, anak-anak berbakat dari desa dapat bersekolah di kota dengan layak.Tentu saja, apapun yang ingin dilakukan Lisa, selalu mendapatkan dukungan penuh dari Gandha. Dia sangat setuju dengan usul Lisa. Semua seperti biasanya berjalan lancar.Namun, di balik semua kebahagiaan dan kesuksesan yang mereka capai, Lisa mulai merasa gelisah. Hingga tahun keempat pernikahan mereka, ia dan Gandha belum juga dikaruniai anak. Gandha sendiri tidak pernah mempermasalahkannya, tetapi Lisa merasa ada yang kurang. Ia sering merenung dan bertanya-tanya apakah ini adalah takdir mereka.Dua bulan lagi, mereka akan masuk tahun kelima pernikahan mereka, Lisa akhirnya mengutarakan sesuatu yang selama ini dipendamnya. Ma
Sudah lebih dari setahun sejak kasus Duha berakhir. Segalanya berangsur-angsur kembali tenang, meskipun bayang-bayang dari kejadian itu masih menghantui beberapa orang. Munir, kepala desa yang selama ini dihormati, ternyata terlibat dalam skenario gelap yang dijalankan oleh Ida. Semua yang terlibat kini menerima balasan atas perbuatan mereka. Namun, ada satu yang tak bisa dilupakan oleh Lisa—Yasmin. Saudari tirinya itu, yang tak hanya harus menanggung hukuman atas perbuatannya terhadap Lisa, juga harus menghadapi tuntutan di tempat kerjanya.Yasmin, yang tak hanya dihukum oleh hukum, kini dihantui oleh beban mental yang semakin berat. Tekanan itu membuatnya tak bisa bertahan lagi, dan akhirnya ia harus mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit jiwa.Pagi itu, di meja makan yang sunyi, Gandha menatap Lisa dengan mata yang penuh perhatian. Sambil menyantap sarapannya, dia memutuskan untuk memecah keheningan.“Sayang,” ucapnya lembut, “besok kamu ikut ke kampung, kan?”Lisa menganggu
"Jangan pernah bicara tentang suamiku seperti itu!" suaranya gemetar, bukan karena ragu, tetapi karena terlalu banyak emosi yang bercampur dalam dadanya.Andrian terdiam. Matanya menatap Lisa dengan luka yang tak bisa disembunyikan, tetapi kali ini, ia tahu—tidak ada kesempatan untuknya, tetapi dia tetap harus terus mencoba.Lisa mengepalkan tangannya erat, napasnya memburu. Dadanya naik-turun seiring emosi yang ia tahan sejak lama mendidih ke permukaan. Ia menatap Andrian tajam, sorot matanya menyala seperti api yang siap membakar."Mas Andrian!" suaranya melengking, membuat udara di sekitar mereka terasa lebih panas. "Jangan sekali-kali kamu mengungkit masalah pernikahanku!"Andrian tertegun, tetapi sebelum ia sempat berkata apa pun, Lisa melangkah maju. Jarak mereka semakin dekat, seakan hanya menyisakan ketegangan di antara mereka."Bukankah jika kamu mau, kamu bisa membuat pernikahanku batal waktu itu?" Lisa menatapnya penuh amarah. "Tapi apa yang kamu lakukan?!"Andrian membuka m
Andrian berusaha untuk menemui Lisa setelah mengetahui hal itu, dia hanya ingin berusaha meminta maaf atas hal yang selama ini dia lakukan, bahkan rasa tidak percaya padanya membuat hubungan mereka akhirnya makin lama makin membuat jarak yang cukup besar.Untungnya saat persidangan kali ini Andrian melihat Lisa datang, segera dia berusaha untuk menghampiri wanita itu, saat persidangan selesai.“Lisa, aku perlu bicara denganmu!” suara Andrian membuat langkah kaki Lisa yang akan berjalan ke arah mobilnya berhenti dan menoleh ke sumber suara.“Tolong, beri aku waktu sebentar," mohon Andrian, hanya saja Alisha tidak ingin lagi mendengarkan apapun dari Andrian, hingga dia kembali melangkah tanpa bicara."Aku ingin bicara denganmu.” Sekali lagi suara permohonan itu akhirnya membuat LIsa melunak. Andrian benar-benar membujuknya untuk mau berbicara dengannya.LIsa lalu menghentikan langkahnya dan saat itu kebetulan memang bersama dengan Iyam mengatakan pada wanita itu untuk masuk ke mobil le
Benar seperti yang dikatakan Andrian, pria itu menepati ucapannya untuk datang ke rumah Yasmin.Ida mengetuk kamar, Yasmin dan memanggilnya. “Yasmin sayang! Nak Andrian ada di depan.”Mendengar hal itu, Yasmin segera membuka pintunya dan berlari ke depan. Di sana Andrian sudah duduk di sofa, wajahnya memang tidak terlalu ramah, hanya saja kali ini Yasmin tidak peduli, entah dia ramah atau tidak. Yasmin tiba-tiba saja langsung memeluk pria itu dan menangis.Hal ini tentu membuat Andrian terkejut. Belum sempat dia bertanya pada Yasmin, Ida yang muncul dari belakang dengan membawa minum untuk Andrian berkata dengan suara sedih.“Nak Andrian, sepertinya Yasmin benar-benar sedih karena kamu menghindari kami setelah kejadian tempo hari.” Ida berkata dengan suara rendah dan terdengar menyayat hati. “Tapi, ucapan Lisa benar-benar sangat jahat pada kami.”Andrian diam, dia tidak memberikan respons apapun jelas sekali saat ini wajahnya tidak percaya dengan ucapan Ida. Yasmin menarik dirinya, ka
Perlahan, Yasmin menurunkan tangannya. Wajahnya basah oleh keringat, dan napasnya masih tak beraturan. Tapi matanya... bukan hanya merah. Ada kilatan lain di sana.Kilatan dingin.Ia menunduk sejenak, lalu mendongak dengan senyum kecil yang tidak seharusnya ada di momen seperti ini.“Kalau semuanya gagal, Ibu selalu menyalakan aku!” Yasmin berteriak. Suaranya menggema di seluruh ruangan.Matanya membelalak, dadanya naik turun, mencoba mengendalikan emosi yang sudah nyaris meledak.Ida benar-benar tidak bisa berkata apa-apa lagi, karena seperti yang dikatakan Yasmin kalau setidaknya semua ini memang berawal dari tindakannya yang terlalu terburu-buru tanpa perhitungan yang matang.“Aku udah bilang kan, tidak perlu bawa-bawa Mas Andrian dulu! Cukup cari tahu soal Lisa! Tapi Ibu—” suaranya tercekat sesaat, lalu melanjut lagi dengan nada lebih tajam, “Ibu yang nggak sabaran! Dan sekarang Ibu nyalain aku lagi?! Selalu aku!”Ida diam. Mulutnya terkatup rapat. Tidak ada balasan, karena memang
Hidup Yasmin dan Ida makin hari seperti dalam neraka. Betapa tidak? Andrian yang biasanya sangat mendukung, kini terkesan mengabaikan, biasanya Andrian setiap hari akan mampir ke rumah mereka, apalagi saat Andrian mengatakan kalau dia sudah berniat menikahi Yasmin.Persiapan pernikahan sudah jalan 90%, namun tiba-tiba saja semuanya menjadi sangat berantakan setelah pertemuannya dengan Lisa di mall itu!Usaha untuk menjebak Andrian pun sepertinya sangat terhalangi dengan menghindarnya pria itu, dan tidak hanya itu, sudah beberapa kali dia dan Ida dipanggil ke kantor polisi untuk penyelidikan lebih lanjut, Andrian tidak memberikan dukungan. Bahkan setelah persidangan pertama masalahnya dengan Lisa pun Andrian tidak menampakkan batang hidungnya.“Yasmin, apa kamu masih belum bisa menghubungi si Andrian itu?” Ida bertanya lagi saat Yasmin pulang dari tempatnya bekerja. Pertanyaan itu seolah-olah menuntut Yasmin untuk segera bertemu dengan pria itu.Akan tetapi Yasmin belum menjawab, dia h
Di tempat lain, Andrian terkejut dengan fakta yang baru saja dia terima, dia sangat tidak menyangka kalau selama ini dia benar-benar berhasil dimanupulasi sampai sejauh ini dan menuduh Lisa wanita tidak baik."Kurang ajar sekali mereka!" geramnya.Dadanya terlihat naik turun, napasnya masih tidak teratur, rasa kecewa pada dirinya sendiri sangat terlihat jelas, dia tidak mampu membayangkan bagaimana kehidupan Lisa selama ini yang dibuatnya sangat menderita."Ya Tuhan ... ternyata yang bodoh selama ini adalah aku?" Andrian tidak bisa berkata-kata lagi, rasa penyesalan bergelayut hebat di dadanya.Percuma, semuanya juga sudah terlambat, tidak mungkin dia memohon pada Lisa untuk membuatnya kembali padanya, apalagi dia juga sudah sangat menyakiti wanita itu.Teringat kembali wajah Lisa yang menatapnya dengan tatapan pahit kala itu, hanya saja, semua itu dia abaikan dan malah percaya dengan orang lain yang nyatanya orang itu adalah orang yang sangat jahat dan pandai menipu!"Lisa ... maafka
Beberapa hari berlalu, hubungan keduanya makin dekat, dan yang cukup berbeda saat ini adalah bahwa mereka sudah tidur dalam kamar yang sama. Ya, tentu saja selama ini, Gandha menghormati Lisa untuk tidak menyentuhnya sampai istrinya itu benar-benar siap, tetapi setelah kejadian waktu itu, mereka benar-benar sudah bercampur satu sama lain.“Selamat pagi, Cantik!” sapa Gandha saat melihat istrinya yang baru saja keluar dari kamar mandi.Lisa hanya tersenyum mendengarnya, Gandha selalu saja bisa membuatnya jatuh cinta setiap hari. Namun, pagi ini Gandha sudah sangat rapi dengan pakaian formalnya, hal ini membuat Lisa terkejut. Pasalnya, selama ini Gandha tidak pernah berpakaian formal seperti sekarang ini.“Mas … mau kemana?” tanya Lisa.“Ah, iya, semalam aku dihubungi oleh calon klien dari luar negeri untuk membicarakan masalah kerjasama terkait produk yang mereka sukai gagasan Pak Bastari itu. Aku mau bilang dari semalam cuma kamu sudah tidur lebih dulu." Gandha berkata santai."Oh," j