“Nathan! Ayo masuk!” Tanpa sadar Melody meninggikan suaranya. Ekspresi Melody pun menunjukkan jika wanita itu tak ingin dibantah oleh sang putra. Sedetik kemudian ia menyesali sikapnya, namun memilih tetap mempertahankan ekspresi agar putranya mengikuti keinginannya. Mendengar kedatangan Khaysan yang kali ini menemui Nathan tanpa sepengetahuannya berhasil memantik kekalutan Melody. Ia khawatir lelaki itu meminta Nathan pulang dan putranya langsung ikut tanpa mengerti apa yang terjadi. Melody tidak menghitung sudah berapa kali Nathan bertanya kenapa Khaysan tidak ikut menginap di rumah ini juga. Kemarin-kemarin ia masih bisa tenang karena Nathan belum bertemu Khaysan. Namun, lelaki itu memiliki banyak akal untuk menemui putra mereka. Nathan dan Khaysan yang tengah menikmati cake bersama di taman depan kediaman Argani serempak menoleh ke sumber suara. Melihat sang mommy yang tampak marah besar membuat Nathan langsung turun dari kursi dan bersiap melangkah pergi. “Makanlah dulu
Melody tercengang melihat seorang wanita asing yang tiba-tiba memeluk suaminya tanpa basa-basi. Lebih menyebalkannya lagi, Khaysan juga tampak tidak keberatan sama sekali. Lelaki itu terlihat terkejut, tetapi tidak mendorong atau melakukan sejenis penolakan lainnya. Walaupun pelukan itu hanya berlangsung beberapa detik saja, dada Melody sudah panas bukan main. Ingin rasanya ia mendorong wanita gatal itu menjauh dari suaminya. Namun, tempat ini sangat ramai dan Melody tidak ingin memancing keributan yang akan mempermalukan dirinya sendiri. Setelah drama pelukan singkat itu, Khaysan malah sibuk mengobrol dengan wanita asing yang tanpa malu memeluknya. Sedangkan keberadaan Melody seolah tak terlihat oleh kedua insan yang asyik berdua itu. Perlahan-lahan Melody bergerak menjauh dari perasaan dongkol bukan main. Matanya masih tak lepas dari suaminya dan wanita asing itu. Sebenarnya Khaysan pun mencuri-curi pandang ke arahnya, tetapi malah membiarkan dirinya masuk ke restoran yang mer
Erangan kesakitan itu membuat Melody spontan menoleh ke belakang. Manik hazelnya terbelalak melihat Khaysan terkapar dengan pisau yang menancap di perut lelaki itu. Ia langsung bergerak dengan langkah terseok dan tubuh gemetar hebat, menghampiri suaminya yang berlumur darah. “Khay—Apa yang kamu lakukan pada suamiku?!” Sorot mata Melody beralih pada Lidya yang kini berdiri tepat di hadapannya. Sorot penuh amarah dan kebencian menjadi satu dari manik matanya. Suara Melody yang melengking menyebabkan atensi semua orang yang berada di sana. Berbondong-bondong orang menghampiri mereka. Lidya yang sudah pucat pasi dan hendak berusaha kabur langsung diamankan oleh beberapa petugas.Tak peduli dengan apa yang terjadi pada wanita biadab itu, Melody kembali mengalihkan pandangan pada suaminya. Sekujur tubuhnya bergetar hebat, lidahnya pun terasa kelu. Hanya lelehan air mata yang terus mengalir yang dapat mendeskripsikan perasaannya saat ini. “Ti-dak apa-apa, Sa-yang. A-ku baik-baik sa-ja
“Kalian sudah berhasil menangkap wanita itu, ‘kan? Apa kalian sudah menginterogasinya? Siapa sosok di belakangnya atau mungkin itu keinginannya sendiri? Apa tujuannya?” berondong Melody dengan berbagai pertanyaan sekaligus. Melody hendak bangkit dari tempat duduknya. Mungkin lebih baik mereka berbincang di luar saja agar tidak mengganggu istirahat Khaysan. Meski lelaki itu masih belum sadarkan diri juga. Namun, kepalanya malah berdenyut yang membuatnya spontan kembali duduk.“Apa Nyonya baik-baik saja? Saya panggilkan dokter ya? Sepertinya Nyonya kelelahan?” tawar Dimas melihat keadaan Melody yang bisa di bilang cukup memprihatikan. Melody menggeleng samar. “Aku baik-baik saja. Apa yang ingin kamu bicarakan? Bukan karena dia melarikan diri, ‘kan?”Melody tahu Dimas tidak akan menemuinya jika tak ada persoalan yang benar-benar penting. Ini pasti berkaitan dengan Lidya, namun entah termasuk kabar baik atau kabar buruk. Sebab, sebelumnya tawanan mereka selalu berhasil melarikan dir
“Apa?!” pekik Melody spontan. Manik matanya melebar sempurna mendengar jawaban dari asisten suaminya itu. Wanita itu mendengkus pelan. Tak menyangka kekhawatirannya malah berakhir dengan kesia-siaan. Ia pikir mungkin terjadi sesuatu sampai-sampai Khaysan dan Nathan belum pulang dan tidak ada kabar dari mereka. Namun, ternyata ia salah besar. Khaysan hanya sedang bersenang-senang dan itu tanpa dirinya. Pantas saja seharian ini ponsel Khaysan tidak aktif. Sepertinya lelaki itu sengaja melakukannya agar tidak diganggu oleh siapa pun. Bahkan, makanan yang sudah terlanjur ia sajikan pun tidak mungkin disentuh oleh lelaki itu. “Berarti seharian ini juga mereka pergi bersama?” tanya Melody lagi. Ia sudah kembali menetralkan ekspresinya dan memasang ekspresi datar. “Saya tidak tahu, Nyonya,” jawab Dimas dengan senyum kaku. Pertanyaan bodoh. Sudah pasti seharian ini Khaysan memang pergi bersama Lusy. Entah ke mana dan apa yang mereka lakukan. Membawa Nathan ikut serta hanya kedok aga
“Kalian sudah berhasil menangkap wanita itu, ‘kan? Apa kalian sudah menginterogasinya? Siapa sosok di belakangnya atau mungkin itu keinginannya sendiri? Apa tujuannya?” berondong Melody dengan berbagai pertanyaan sekaligus. Melody hendak bangkit dari tempat duduknya. Mungkin lebih baik mereka berbincang di luar saja agar tidak mengganggu istirahat Khaysan. Meski lelaki itu masih belum sadarkan diri juga. Namun, kepalanya malah berdenyut yang membuatnya spontan kembali duduk.“Apa Nyonya baik-baik saja? Saya panggilkan dokter ya? Sepertinya Nyonya kelelahan?” tawar Dimas melihat keadaan Melody yang bisa di bilang cukup memprihatikan. Melody menggeleng samar. “Aku baik-baik saja. Apa yang ingin kamu bicarakan? Bukan karena dia melarikan diri, ‘kan?”Melody tahu Dimas tidak akan menemuinya jika tak ada persoalan yang benar-benar penting. Ini pasti berkaitan dengan Lidya, namun entah termasuk kabar baik atau kabar buruk. Sebab, sebelumnya tawanan mereka selalu berhasil melarikan dir
“Nathan! Ayo masuk!” Tanpa sadar Melody meninggikan suaranya. Ekspresi Melody pun menunjukkan jika wanita itu tak ingin dibantah oleh sang putra. Sedetik kemudian ia menyesali sikapnya, namun memilih tetap mempertahankan ekspresi agar putranya mengikuti keinginannya. Mendengar kedatangan Khaysan yang kali ini menemui Nathan tanpa sepengetahuannya berhasil memantik kekalutan Melody. Ia khawatir lelaki itu meminta Nathan pulang dan putranya langsung ikut tanpa mengerti apa yang terjadi. Melody tidak menghitung sudah berapa kali Nathan bertanya kenapa Khaysan tidak ikut menginap di rumah ini juga. Kemarin-kemarin ia masih bisa tenang karena Nathan belum bertemu Khaysan. Namun, lelaki itu memiliki banyak akal untuk menemui putra mereka. Nathan dan Khaysan yang tengah menikmati cake bersama di taman depan kediaman Argani serempak menoleh ke sumber suara. Melihat sang mommy yang tampak marah besar membuat Nathan langsung turun dari kursi dan bersiap melangkah pergi. “Makanlah dulu. Buk
Letupan petasan pun saling bersahutan. Semakin mewarnai langit yang diterangi bulan purnama dengan warna-warni yang indah. Awalnya hanya letusan-letusan biasa, namun di penghujung, letusan itu membentuk satu kalimat yang membuat Melody spontan mengembangkan senyumnya. ‘Happy birthday to my beloved wife. I love you'Melody menatap langit dengan mata berkaca-kaca. Sungguh tak menyangka akan mendapat kejutan seperti ini dari orang yang ia sumpahi seharian ini. Rupanya dirinya telah ditipu oleh Dimas dan sudah pasti dalangnya adalah suaminya sendiri. Melody membalikkan tubuhnya, menatap Khaysan yang berdiri di belakangnya dengan ekspresi haru bercampur kesal. Lelaki itu tersenyum lebar dan mengambil buket bunga besar yang Dimas bawa. Kemudian, langsung memberikannya pada Melody. “Selamat ulang tahun, Sayang. Maaf kalau aku membuatmu kesal seharian ini,” tutur Khaysan yang masih memegang buket besar itu karena Melody tak kunjung mengambilnya. Setelah agak lama diam, akhirnya Melody men