Share

Oleh-Oleh Terindah

last update Last Updated: 2024-01-23 10:31:29

Indi terdiam seraya menatap Damian dengan tatapan datarnya. “Bukan karena Rangga. Nggak usah bahas dia lagi kalau elo emang mau gue nurut sama elo!” 

Dengan sengaja, Damian kemudian melingkarkan tangan kekarnya di pinggang ramping perempuan itu. Hingga membuat Indi ingin sekali menghajarnya detik itu juga. 

“Istirahatlah, sudah malam. Besok pagi, aku punya kejutan untukmu,” ucapnya kemudian mencium pipi kiri sang istri dan melangkahkan kakinya dengan santai ke tempat tidur. 

Indi menghela napasnya dengan pelan lalu menghampiri Damian yang tengah merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. 

“Mau ke mana dan jam berapa?” tanya Indi ingin tahu. 

“Rahasia!” ucapnya dengan lembut. “Have a nice dream, Hone!” ucapnya kemudian mengulas senyumnya. 

Indi kemudian menyunggingkan bibirnya seraya menatap Damian. “Kayaknya elo seneng banget, nikah sama gue? Aneh, lo!” ucapnya kemudian memutar bola mata. 

Damian hanya menyunggingkan senyum dengan mata sudah tertutup. Tidak peduli dengan ucapan sang istri yang terus menerus berucap kalau dirinya aneh. Memang seperti itu nyatanya, sebab dia memang sudah mengagumi Indi sejak masih kuliah dulu. 

Waktu sudah menunjuk angka sepuluh pagi. 

Pradipta dan Wijaya sudah ada di rumah baru Indi dan Damian. Sementara pasangan pengantin itu masih terlelap dalam tidurnya. 

Dalam keadaan saling berpelukan dengan tubuh yang belum terbungkus apa pun, membuat keduanya sama-sama nyaman akan kehangatan yang mereka rasakan. 

Mata Indi kemudian terbuka dengan pelan. Ia masih menatap wajah tampan sang suami kemudian ….

“Aaaa …!” teriaknya lalu melepaskan pelukan itu. “Eh, Damian! Ngapain elo peluk-peluk gue? Nyari kesempatan dalam kesempita lo, yaa?” ucapnya kemudian bangun dari tidurnya. 

Damian lantas menaikkan alis kirinya. “Kenapa kaget kayak gitu? Kejadian ini pernah terjadi di satu bulan yang lalu. Kalau itu sih wajar. Kalau sekarang, kenapa harus teriak-teriak macam tidur dengan orang lain? Aneh!” 

Damian menghela napasnya dengan pelan kemudian beranjak dari tempat tidur . Melangkahkan kakinya ke kamar mandi. 

“Mau ke mana? Gue dulu!” ucap Indi kemudian masuk ke dalam kamar mandi dengan langkah lebarnya. 

Tidak ingin kehilangan kesempatan, lelaki itu masuk ke dalam mengikuti langkah sang istri. Berdiri di samping perempuan itu dan mengulas senyumnya. 

“Apaan lo, cengengesan kayak gitu? Nggak lucu, Damian!” Indi menatap malas kepada Damian. 

Pria itu kemudian menarik lengan Indi dan meraup bibi perempuan itu dengan ganas. Tidak bisa memberontak sebab Damian mengunci penuh tubuh perempuan itu. 

“Mau ngapain lagi, Damian?” pekik Indi setelah Damian melepas ciumannya. 

Damian tersenyum menyeringai. “Kapan pun dan di mana pun. You remember? Make love in morning day. Sudah pernah bercinta di kamar mandi dengan gairah yang menggebu?” 

Tangan itu merambat, menyusuri kulit sintal milik sang istri dengan sentuhan sensualnya. 

“Damian … stop!” lirih Indi yang sudah berhasil terpancing oleh sentuhan yang dilakukan oleh Damian. 

Dia yang memiliki kelebihan hormon itu lantas tak kuasa menahan sentuhan yang berhasil membuatnya gila. 

Damian kembali menarik kepala Indi dan meraup bibir seksi itu dengan penuh. Kepalanya memiring agar ada udara masuk saat saling berciuman berlangsung. 

Tangan Damian kembali merambat ke bawah. Masuk tepat di bawah sana dan bermain dengan riang. Spontan perempuan itu melebarkan kakinya seraya menikmati sentuhan yang dilakukan oleh suaminya itu. 

“Arrggh!” pekik Indi tak kuasa menahan sentuhan itu. 

Mata yang sudah dipenuhi oleh gairah itu menatap dengan sempurna wajah tampan milik sang suami. Napasnya tersengal-sengal seraya menahan desahan yang akan membuatnya dicap munafik sebab selalu menolak ajakan Damian, namun sangat menikmatinya. 

“Are you ready?” bisik Damian dengan suara paraunya. 

Tanpa menunggu jawaban dari sang istri, lelaki itu membalikkan tubuh Indi dan mulai melajukan temponya dengan amat dalam. 

“Aarrggh … Damian!” pekik Indi mendesah tak karuan. 

“Enjoy, Honey!” bisik lelaki itu kemudian menarik wajah Indi dan menciumi wajah itu penuh nafsu. 

Tidak akan pernah ia tinggalkan satu centi pun dalam menggerayangi tubuh sintal itu. Mata berwarna kecokelatan itu menatap manis wajah Indi yang sudah berantakan olehnya. Permainan panas yang menggebu-gebu, saling menikmati hingga tidak peduli sudah berapa lama mereka bercinta. 

“Bini elo milih mati bisa jadi karena nggak tahan sama permainan elo, Damian!” seru Indi setelah menyelesaikan pelepasan itu bersamaan dengan Damian.

Pria itu terkekeh pelan. “Sudah takdirnya dia pergi untuk selamanya. Aku tidak pernah melakukan di luar kemampuan dia. Bercinta pun jarang. Maka dari itu, menikah denganmu adalah anugerah yang pernah aku miliki.”

Indi mengibaskan tangannya. “Bulshit! Mana ada anugerah nikah sama  cewek yang udah kenal dengan berbagai bentuk batang pria! Nggak usah aneh-aneh deh, Damian!” 

Waktu sudah menunjuk angka sebelas siang. 

Indi dan Damian keluar dari kamarnya secara bersamaan setelah melihat pesan masuk dari Pradipta di ponsel Damian. 

“Pengantin baru memang beda, yaa. Jam segini baru bangun,” ucap Pradipta usil.

Indi menerbitkan cengiran kepada sang mertua. “Maaf, Pa. Damian nih, yang nggak mau bangun! Padahal udah aku bangunin berkali-kali,” ucapnya menyalahkan Damian. 

Pria itu hanya menyunggingkan senyum. Masa bodoh dengan ucapan istrinya itu meskipun ingin sekali ia menjambak rambutnya sebab sudah menyalahkan dia. 

“Oh, yaa? Damian tidak pernah bangun siang padahal. Mungkin karena rindu tidur bareng perempuan. Makanya kesiangan,” ucap Pradipta yang lebih tahu anaknya. 

Indi lantas menelan saliva dengan berat. Ia kemudian melirik Damian lalu menyunggingkan bibir sedikit. 

“Papa, Papa sekalian ada apa ke sini? Kompak banget.” 

Wijaya menghela napasnya dengan pelan. “Karena kalian mau pergi bulan madu hari ini, mak—“

“Heuuh? Bulan madu? Kapan?” Indi tampak terkejut mendengar Wijaya yang membahas tentang bulan madu. 

“Damian. Kok nggak kasih tahu kalau mau bulan madu? Ke mana?” tanyanya kepada sang suami. 

“Aku sudah bilang kan, ke kamu. Semalam. Lupa?” ucap Damian kemudian mengusap sisian wajah Indi. 

Perempuan itu menepisnya. “Ke mana?” tanyanya lagi. Ia benar-benar ingin tahu ke mana mereka akan pergi. 

“Kenapa dadakan gini sih? Gue belum mau, Damian!” bisik Indi memarahi Damian. 

“Ya sudah kalau begitu. Kami pulang lagi. Have fun, yaa. Jangan lupa saat tiba kembali ke Indonesia, bawa kabar baik.” Pradipta memberi kode agar Indi dan Damian bisa memberi kabar yang akan membuat Pradipta juga Wijaya senang. 

Indi menaikkan alisnya. “Apaan tuh?” tanya Indi yang tak paham dengan ucapan sang mertua. 

“Yaa cucu lah. Apa lagi kalau bukan itu. Oleh-oleh? Kami tidak memerlukanya. Betul begitu, Bung?” 

Wijaya mengangguk sembari mengulas senyumnya. “Ya. Karena itu adalah oleh-oleh terindah yang Papa harapkan.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menikah dengan Mantan   Tamat

    Satu minggu kemudianIndi sudah merasakan mulas yang tidak biasa. Setiap sepuluh menit sekali, la merasakan nyeri itu di perutnya.Waktu sudah menunjuk angka dua pagi. Damian yang baru masuk ke dalam kamar langsung menghampiri Indi yang tengah meringis kesakitan sembari memegang perutnya"Sayang. Damian memegang tangan Indi."Damian kayaknya aku mau lahiran deh. Perut aku sakit banget, lirih Indi lalu meringis kembali."Heeuh?" Damian tampak linglung dan juga panik. Ia kemudian menghubungi sopir untuk membawa mereka ke rumah sakit"Ketuban kamu kayaknya udah pecah juga. Sayang. Kita ke rumah sakit sekarang juga. Damian lalu menggendong tubuh Indi dan membawanya masuk ke dalam mobil"Ke rumah sakit sekarang juga!" titah Damian kepada sopirnya itu.Ia lalu menghubungi Ayu untuk memberi tahu kalau Indi akan melahirkan sekarang juga"Regina. Indi mau lahiran. Tadi gue lihat air ketuban dia udah pecah." Damian menghubungi Regina untuk mempersiapkan ruang persalinan untuk Indi.Oke, oke. Gu

  • Menikah dengan Mantan   Dikubur Secara Bersamaan

    Damian lalu menerima panggilan tersebut meski hatinya sudah was-was khawatir pihak kepolisian tahu siapa yang telah menyebabkan kematian Daniel"Selamat malam, Pak Damian. Mohon maaf telah mengganggu waktu Anda di malam-malam begini," ucap kepala polisi-Iman di seberang sana."Malam. Ada apa ya, Pak?" tanyanya dengan suaranya yang terdengar begitu santai. Padahal jantungnya berirama dengan cukup kencang."Jadi begini, Pak Damian. Kami mendapat laporan dari tetangga sebelah rumah yang ditempati oleh Saudara Daniel dan Pak Pradipta. Ada jasad yang dikubur di belakang rumah. Setelah diidentifikasi, ternyata mayat tersebut adalah Pak Pradipta dengan luka bekas tembak di bagian kepalanya."Kami pun melakukan memeriksa rekaman CCTV di rumah itu, dan yang telah membunuh beliau adalah anaknya sendiri yaitu Saudara Daniel. Untuk itu, besok pagi dimohon untuk membuat laporan pengambilan jenazah agar dimakamkan dengan layak. Juga dengan jasadnya Saudara Daniel yang masih ada di ruang jenazah."D

  • Menikah dengan Mantan   Panggilan dari Kantor Polisi

    Indi menerbitkan sentumnya dengan lebar lalu menganggukkan kepalanya. "Yuk! Aku juga kepengen."Damian lantas terkekeh mendengarnya. Ia kemudian menarik tangan Indi dan membawanya masuk ke dalam kamar yang tak jauh dari tempat di mana mereka mengobrol.Setibanya di dalam kamar. Indi memilih untuk membuka bra-nya terlebih dahulu karena bra yang ia kenakan cukup susah dibuka bila selagi bercinta itu akan dilakukan.Sementara Damian membuka jam tangan lalu masuk ke dalam kamar mandi untuk mencuci miliknya terlebih dahulu."Damian memang rajin. Kalau mau bercinta, pasti dicuci dulu." Indi geleng-geleng kepala lalu tersenyum tipis.Sembari menunggu Damian selesai, Indi memilih untuk membuka ponselnya dan memainkannya sebentar.Sampai akhirnya Damian pun masuk kembali ke dalam kamar. Hanya mengenakan handuk yang dia lingkarkan di pinggangnya lalu menghampiri Indi dan menautkan bibirnya dengan lembut. Tangannya menyusup di balik dress yang Indi gunakan. Mengusapi paha mulus Indi dengan lembu

  • Menikah dengan Mantan   Sudah Lama tidak Ditengok

    Satu minggu berlaluDamian sudah diperbolehkan pulang setelah kondisinya membaik. Kini, mereka sudah berada di rumah bersama Diego dan juga Manda. Sementara Arnold tengah menyelesaikan masalahnya dengan keluarga besarnya"Ngapain juga lo harus pulang. Minggu depan juga ke rumah sakit lagi. Pan Indi mau lahiran. Udah ngos-ngosan tuh orangnya. Udah gak kuat kayaknya pengen ngeluarin tuh hasil keringat kalian." Diego menunjuk Indi yang tengah duduk menyandar di sandaran sofa.Ia lalu menoleh pada Diego dan mengusapi perut buncitnya itu. "Kayaknya nggak akan sampai seminggu deh. Dua sampai tiga hari juga udah mau bro jol Ini anak. Punggung gue udah kerasa panas soalnya," ucap Indi memprediksi kalau la akan lahiran dalam hitungan hari."Aku akan ambil cuti sampai kamu melahirkan, Sayang. Sesuai janjiku, akan menemani kamu saat lahiran nanti." Damian lalu mengulas senyumnya. Mengusapi perut buncit istrinya dengan lembut."Iya, Damian. Ternyata kamu nggak jadi pengangguran karena papa kamu m

  • Menikah dengan Mantan   Tinggal di Rumah Damian saja

    Arnold merelakan jabatan serta statusnya demi menyelamatkan Damian agar jangan sampai diusik oleh keluarganya yang kini sudah mengetahui bila Damian adalah anak kandungnya.Sekali pun Bara tidak pernah keluar dari rumahnya padahal berita itu sudah surut karena permintaan dari Arnold. Sudah satu minggu berlalu, semuanya menjadi normal kembali setelah Arnold menyatakan yang sebenarnya tentang Damian."Jadi, Papa sama istri Papa mau udahan?" tanya Indi sembari menemani mertuanya itu makan siang di kantin rumah sakit.Arnold mengangguk. "Dan Papa tidak perlu harus ke pengadilan lagi. Karena Papa tidak akan mencari pasangan lagi. Selama ini, Papa hanya mencintai mamanya Damian, Kiran. Hanya dia satu-satunya perempuan yang mengisi hidup Papa."Indi manggut-manggut dengan pelan. "Tahu begini mah, kenapa nggak dari dulu, yaa." Indi meringis pelan menahan malu.Arnold terkekeh pelan. "Karena Om Ferdy baru kasih tahu kalau dia ternyata bukan anak kandung dari istrinya Kakek Bara. Makanya Papa t

  • Menikah dengan Mantan   Keluar dari Perusahaan

    Damian sudah dipindahkan ke ruang rawat VIP. Banyaknya media yang berdatangan ke rumah sakit untuk meminta penjelasan kepada Damian lantas membuat Indi geram."Hhh! Sialan bener ini media. Nggak tahu aра, kalau ini rumah sakit. Pengen gue bogem satu- satu kayaknya ini orang!"Indi lalu beranjak dari duduknya."Indi, Indi. Indiraaaaa!!" Bahkan Damian tidak mencegah istrinya yang ingin melabrak awak media."Heh!" Indi sudah tidak tahan lagi dan akhirnya keluar dari ruang rawat suaminya itu. "Kalian tahu privasi orang, nggak? Suami saya masih sakit! Nggak bisa diganggu apalagi ditanyakan dengan pertanyaan konyol kalian!"Semua awak media lantas terdiam mendengar Indi yang marah-marah sembari berkacak pinggang sebab kesal."Kalau memang benar suami saya adalah anaknya Pak Arnold, kalian mau apa? Mau ngantre j

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status