Suara musik yang mengalun indah dan pelan, dengan berbagai jenis bunga menghiasi sepanjang jalan masuk ke taman belakang kediaman Sagara. Dengan konsep pesta kebun, yang terlihat santai dan elegan."Kau gugup? Kauingin kembali? Jangan membuatku salah paham, Dan," bisik Dewa mendekatkan bibirnya di telinga Dania saat mereka melintasi halaman samping rumah menuju halaman belakang, tempat pernikahan akan berlangsung. Genggaman tangan Dania di tangannya semakin mengetat, dan kegugupan tergaris jelas di sepanjang bibir wanita itu yang menipis. Menandakan bahwa Dania menggigit bibir bagian dalam. "Kau hanya boleh gugup karenaku."Dania memutar bola matanya jengah. Sempat-sempatnya pria itu mengurusi kecemburuan di saat kegugupan mendera dirinya sekuat ini. Gaun yang ia pakai adalah pilihan terbaik dengan harga fantastis, Dania tak akan bertanya darimana uang Dewa karena suaminya sudah melarang dan mewanti-wanti bahwa ia hanya perlu memilih gaun yang membuatnya terpesona. Dan tanpa sengaja p
Sepertinya Raka tak bisa lagi memasang senyum palsu di bibir kepada para tamu yang diperkenalkan mamanya. Dengan alasan hendak ke kamar mandi sebentar, Raka melepas lengan Alra yang melingkari lengannya. Berjalan ke dalam rumah. Entah kenapa, firasat buruk menyergap dadanya hanya dengan memikirkan Dania yang tak berhenti memenuhi kepalanya. Ditambah ia pun tak melihat Dania sejak Zaffya entah pergi ke mana dengan Nadia Farick sedangkan Dewa terjebak dengan teman-temannya tak jauh dari tempatnya.Seorang pelayan berlari ke arahnya dan menyenggol pundaknya. Pelayan itu berhenti sejenak untuk meminta maaf dengan wajah pucat. Lalu berlari ke dalam pesta. Raka hanya mengerutkan kening dan mengabaikannya. Melanjutkan langkahnya. Teapi kemudian jantung Raka berdebar keras, melihat beberapa pelayan berlari ke arah ruang tengah dengan terburu-buru, dan bukan ke arah taman belakang. Raka tak tahu apa yang begitu menarik perhatian para pelayan itu, tapi kakinya ikut bereaksi dan berlari menngiku
"Bayinya lahir dengan selamat. Karena bayi lahir prematur dan memiliki berat badan di bawah normal, kami membawanya ke ruang NICU di lantai empat. Anda bisa melihatnya di jam-jam tertentu.""Bagaimana keadaan istri saya, Dok?""Istri Anda masih belum sadar dan sedang berada di ruang pemulihan. Setelah sadar, kami akan memeriksanya sekali lagi sebelum membawanya ke ruang perawatan. Keadaannya masih sangat rentan."Rasanya Dewa bisa kembali bernapas. Tubuhnya jauh di kursi dengan kelegaan yang luar biasa. Karena keadaan Dania yang belum boleh dilihat, Dewa pun pergi ke lantai empat, untuk melihat bayinya.Tak ada sepatah kata pun yang bisa mengungkapkan perasaan Dewa. Pertama kali Dewa menatap bayi mungilnya, dan ia langsung jatuh cinta. Hanya itu satu-satunya perasaan yang bisa ia telaah. Setetes air mata jatuh, kebahagiaan dan rasa pedih bercampur aduk memenuhi dada Dewa. Melihat bayi mungilnya yang rapuh, tak berdaya, dan sangat kecil dan harus berjuang hidup di sana sendirian. Dewa
Pesta itu berlangsung sangat meriah. Nadia Farick memastikan semua yang terbaik, tapi Zaffya lebih memilih menyendiri di balkon yang sepi. Ia sudah terlalu banyak memasang senyum palsu malam ini. Sudah cukup bosan mendengarkan segala macam pujian yang dilontarkan atas keberhasilan membuka cabang rumah sakit terbaru mereka di pulau seberang. Keberhasilan yang entah keberapa kali dalam setahun belakangan ini.Selalu saja, hidupnya berjalan dengan amat sangat lancar. Kerajaan bisnis keluarga yang diturunkan pada Zaffya membuat dirinya memiliki segalanya, tapi anehnya, memiliki segalanya nyatanya membuat Zaffya tak cukup mampu menginginkan apa yang diangankan dalam hati. Di antara meriahnya pesta yang sedang berlanjut di belakang, ia tak merasakan secuil pun emosi yang mampu membuat bibir Zaffya bergerak membentuk sebuah senyuman. Senyuman yang tak bisa lagi dilengkungkan sejak beberapa tahun terakhir, kecuali senyum palsu yang selalu dipasang ketika media menyorot dirinya. Klasik, kisahn
"Seharusnya kau menghilangkan kebiasaan burukmu ini." Dewa membungkuk, mencium puncak kepala Zaffya sebelum bersandar di meja kerja wanita itu dan lengan di puncak sandaran kursi Zaffya. Ikut menghadap pemandangan kota yang terhampar.Zaffya hanya mendengkus malas. Tak membuka matanya karena masih menimbang-nimbang apa yang akan dikatakan pada Dewa.Dewa memandang bosan ke arah kaca dinding yang menampakkan pemandangan kota di siang hari itu. Melirik sejenak sisi wajah Zaffya yang masih tak bergeming dengan mata terpejam. "Apa kau sakit?"Zaffya tak menjawab.Dewa mengangkat tangan dan memegang dahi Zaffya untuk memeriksa suhu badan wanita itu.Zaffya membuka mata, menarik badannya berdiri sambil mengibaskan tangan Dewa dari dahinya. "Berhenti bersikap seperti tunanganku, Dewa," katanya sambil melangkah menuju set sofa yang ada di sudut ruangan, "kita butuh bicara.""Setahuku ... aku memang tunanganmu." Dewa mengangkat bahu sekilas dan menegaskan, lalu ikut berjalan menuju sofa yang d
Sekilas Nadia melirik judul berita terbaru yang tercetak besar-besar di sampul majalah yang dilemparkan putrinya di atas meja. Memasang senyum setipis mungkin karena tahu apa penyebab guratan amarah yang memenuhi replika dirinya yang berdiri tegang di hadapannya. Sama sekali tak bersusah payah menutupi kegusaran sekalipun hanya untuk bersopan santun karena lama tak mengunjungi kediaman rumah orang tua atau berpura-pura merindukannya.Ya, ia tahu kesibukan macam apa yang harus dipinggul putri semata wayangnya untuk meneruskan kerajaan bisnis keluarga. Ia tak perlu meragukan kemampuan otak putrinya itu dalam memegang kendali CASAVEGA GROUP. Sayangnya, ia masih tak bisa tenang sebelum memastikan penerus selanjutnya di dalam perut putrinya ada."Apa maksud Mama menentukan acara pernikahanku dengan Dewa tanpa pemberitahuan seperti ini?" desis Zaffya."Mama hanya membantu kalian berdua. Sepertinya kalian terlalu sibuk dengan masalah perusahaan sampai tak sempat mengurus tentang pernikahan."
'Menguak putusnya pertunangan Luisana Farick dan Dewa Sagara''Setelah hampir tujuh tahun bertunangan, hubungan pewaris tunggal Casavefa Group dan pewaris Sagara Group kandas?''Benarkah penyebab putusnya Luisana Farick dan Dewa Sagara adalah karena adanya pihak ketiga?''Dewa Sagara bungkam soal kandasnya pertunangannya.''Di kabarkan akan menikah bulan depan, Dewa Sagara dan Luisana Farick malah batal menikah?''Benarkan hubungan kedua perusahaan terbesar di negeri ini juga akan mengalami penurunan saham seiring dengan kandasnya hubungan pertunangan Luisana Farick dan Dewa Sagara?''Menghitung kerugian akibat putusnya pertunangan Dewa Sagara....'Brruuukkkk ....Zaffya melempar tumpukan majalah dari berbagai macam jenis percetakan yang terhampar di hadapannya. Ia tak mau lagi membaca sampah yang membuat kepalanya semakin pening.Satya tetap tersentak kaget sekalipun ia sudah bisa menebak bahwa majalah yang dibawanya akan berakhir di lantai. Dengan hati-hati ia membungkuk untuk memun
Jas putih kebanggaannya ia sampirkan di punggung kursi sebelum mendaratkan pantatnya di atas kursi kerja. Sebuah desahan kecil lolos dari bibirnya ketika menarik stetoskopnya turun dari leher. Pasien hari ini cukup banyak yang menarik perhatian khususnya. Ya, ia sudah bisa menduga. Tempat kerja baru yang lebih besar dari rumah sakit tempatnya bekerja sebelumnya. Salah satu alasan dari beberapa alasan ia kembali.Jemari kanannya menarik laci teratas dan meraih ponsel yang sejak pagi tadi tak dijamahnya. Keningnya berkerut melihat beberapa notifikasi panggilan tak terjawab dan pesan yang belum ia baca.4 panggilan tak terjawab 'Sister'2 panggilan tak terjawab 'Luna'1 panggilan tak terjawab 'Mama'Waww ... Banyak sekali wanita yang menghubunginya hari ini, batinnya. Jemarinya pun bergerak menggeser layar ponsel untuk membaca pesan yang mungkin dikirim mereka.From : SisterKak Rich, jahat.Senyum simpul tertarik di kedua sudut bibirnya. Adiknya itu pasti sedang kesal tingkat tinggi kar