Jas putih kebanggaannya ia sampirkan di punggung kursi sebelum mendaratkan pantatnya di atas kursi kerja. Sebuah desahan kecil lolos dari bibirnya ketika menarik stetoskopnya turun dari leher. Pasien hari ini cukup banyak yang menarik perhatian khususnya. Ya, ia sudah bisa menduga. Tempat kerja baru yang lebih besar dari rumah sakit tempatnya bekerja sebelumnya. Salah satu alasan dari beberapa alasan ia kembali.Jemari kanannya menarik laci teratas dan meraih ponsel yang sejak pagi tadi tak dijamahnya. Keningnya berkerut melihat beberapa notifikasi panggilan tak terjawab dan pesan yang belum ia baca.4 panggilan tak terjawab 'Sister'2 panggilan tak terjawab 'Luna'1 panggilan tak terjawab 'Mama'Waww ... Banyak sekali wanita yang menghubunginya hari ini, batinnya. Jemarinya pun bergerak menggeser layar ponsel untuk membaca pesan yang mungkin dikirim mereka.From : SisterKak Rich, jahat.Senyum simpul tertarik di kedua sudut bibirnya. Adiknya itu pasti sedang kesal tingkat tinggi kar
"Mungkin ini hanyalah kesempatan yang diberikan untukku berbuat baik lebih banyak." "Zaffya tidak membaca berkasmu, dia bahkan tidak tahu kau ada di sini." "Mungkin kami akan bertemu tak lama lagi." "Apa yang sebenarnya kauinginkan dari Zaffya? Jangan membuat kehidupannya semakin berantakan, Richard!" Suara Vynno mulai meninggi. Tubuhnya menegang dan wajahnya mulai kaku. "Aku hanya ingin menyelesaikan apa yang harus kami selesaikan, dan itu sama sekali bukan urusanmu." "Kalian tidak seharusnya bersama." "Apa kau pernah melihat cinta berakhir hanya karena sebuah larangan?" "Kau berkata seolah Zaffya masih mencintaimu?" "Kau tidak akan menggertakku jika dugaanku salah." Vynno terdiam sesaat. Sinar itu, sinar itu masih tampak jelas di mata Richard. Hanya untuk Zaffya. Begitupun sebaliknya, masih terlalu jelas di manik Zaffya untuk Richard. "Sudah delapan tahu berlalu, seharusnya kau melanjutkan hidupmu." "Aku sudah mencobanya." "Mungkin kau tidak terlalu bersungguh-sungguh."
Ryffa menggeleng-gelengkan kepalanya dan berbaring di ranjang. "Kau harus menambah tenaga di bagian jantung, Vyn. Juga, apa kautahu semalam keadaan benar-benar kacau karena kekurangan orang di bagian IGD?" "Aku akan memberitahu Dewa tentang ini." "Pergilah." Ryffa berbaring miring memunggungi Vynno yang masih sibuk dengan jalan hidup Zaffya di kepala pria itu. "Mungkin besok kau hanya akan kehilangan pekerjaan nyamanmu dan menjadi sopir pribadi Zaffya." Vynno menggeram. Ryffa terkikik. "Tidak masuk akal, tapi kedengarannya cukup menghibur." "Sialan, kau!" Vynno menendang kaki ranjang saat tawa Ryffa semakin nyaring, lalu berbalik dan berjalan keluar. Vynno berhenti, ketika mendorong pintu ruang rawat Zaffya dan menemukan sosok yang lebih tinggi berdiri di depannya. Wajahnya seketika mengeras dan berubah dingin. "Apa yang kaulakukan di sini, Richard?" desisnya. **** "Sekarang bukan saat yang tepat untuk kalian bertemu?" Vynno menghadang Richard di depan pintu. "Kita akan meli
"Bicaralah," Zaffya memulai. "Aku hanya ingin bertemu denganmu." "Jujur, aku tak ingin bersikap dingin padamu, Dewa." "Aku tahu. Maafkan aku," Dewa tersenyum miris. Satu-satunya alasan dia masih tetap di ruangan ini karena Nadia Farick mengancam Zaffya. "Aku akan kembali, semoga cepat sembuh." Dewa mengangkat tangannya hendak mengusap kening Zaffya. Namun, saat Zaffya beringsut menjauh, ia segera menurunkan tangannya. Zaffya menyandarkan punggungnya ke kepala ranjang. Mendesah dengan keras saat Dewa menutup pintu. Ryffa keluar dari kamar mandi tak lama kemudian, diikuti Richard. Sesaat keduanya hanya saling pandang dengan canggung. Ryffa keluar, meninggalkan Zaffya dan Richard tertinggal. Selama hampir satu menit keduanya hanya saling berpandangan dalam diam. Richard tidak mengatakan apa pun sedangkan Zaffya masih terlalu sibuk dengan halusinasi dalam kepalanya. "Bagaimana kabarmu?" tanya Zaffya akhirnya dengan suara serak. Ia terlalu gugup. Sialan! Kegugupan tak pernah menyer
Dengan bosan Zaffya menatap akuarium di hadapannya. Setidaknya ikan berwarna merah itu sedikit mengalihkan perhatiannya menghitung detik yang berlalu. Suasana dalam ruangan ini hangat. Sangat hangat hingga mampu membuatnya meleleh. Beberapa foto dipajang di dinding, penuh senyum di setiap ekspresinya. Bagaimana hal semudah itu sangat sulit untuk dilakukan dirinya yang hampir mempunyai segalanya. Ruang kerja Richard seperti ruang kerja dokter pada umumnya yang bekerja di CMC. Berukuran sekitar tujuh kali tujuh, berwarna putih, dan berbau antiseptik. Bagaimana kesalahan Satya yang menerima lamaran Richard membuat hidupnya jungkir balik separah ini. Mungkin ia harus memberi Satya libur satu hari sebagai ucapan terima kasih. Lagi pula, Richard memang memenuhi kualifikasi sebagai dokter yang masuk ke CMC. Zaffya yakin, pria itu akan membawa dampak yang baik untuk rumah sakitnya. Pintu terbuka dan Zaffya menoleh. Melihat Richard yang sesaat terkejut mendapati dirinya berdiri di tengah-ten
"Aku bersedia," Zaffya mengakhiri upacara pernikahanku sebelum pendeta mempersilahkan mereka untuk berciuman.Ryffa tersenyum bahagia. Melihat senyum di wajah Zaffya dan Richard. Setelah sekian lama, pada akhirnya mereka berdua kembali. Keduanya tampak begitu kuat. Ia yakin, mereka akan mampu menghadapi apa pun yang ada di depan."Setidaknya pernikahan mereka terasa sangat mengharukan, bukan?" bisik Vynno yang berdiri di samping Ryffa. Memegang segelas jus jeruk dan melambaikan tangan ke arah Richard dan Zaffya yang menatap mereka."Sesekali kau memang harus merasakan apa itu cinta." Ryffa ikut melambai.Vynno berdecak. "Cinta hanya ada dalam drama romantis di filmku. Pernikahan ini, hanya obsesi Zaffya yang tak bisa lepas dari cinta pertamanya. Kau sangat mengenal dengan baik Zaf, bukan? Dia tak akan berhenti penasaran sebelum rasa penasarannya itu terpuaskan.""Aku berharap Richard tak sepolos itu untuk tidak merebut posisimu sebagai pimpinan CMC," timpal Ryffa sebelum berjalan perg
Sialan!Gangguan dan kejahilan Vynno kini lebih baik daripada menemukan pemandangan seperti ini.Richard tidak tahu, apa yang membuatnya begitu terpaku dan tak bergerak saat Luna semakin mendekatkan wajah wanita itu ke wajahnya dan menempelkan bibir mereka. Mungkin perasaan iba, atau setidaknya ia ingin Luna merasa lega karena wanita itu akhirnya mengungkapkan apa yang selama bertahun-tahun ini dipendam?Richard dan Luna menoleh mendengar kesiap dan gerakan lain yang tak jauh dari tempatnya dan Luna berdiri. Richard semakin terkejut, melihat Zaffya berdiri di depan pintu kamarnya yang terbuka. Ekspresi terkejut Zaffya tidak kalah jauh dengan miliknya ataupun Luna.Butuh beberapa detik bagi mereka untuk terlepas dari suasana mencengangkan tersebut. Penuh ketegangan dan tali yang membentang di antara mereka siap terputus. Sampai akhirnya, kebekuan tersebut terpecah ketika Luna menunduk, merasa malu melihat ekpsresi Richard dan Zaffya. Tak menunggu sedetik lebih lama, Luna berbalik dan b
Richard mengurut keningnya dua kali sebelum berdiri dan menghadapi Zaffya. Duduk di samping wanita itu setelah mendaratkan kecupan ringannya di bibir."Ada apa?" Pertanyaan Zaffya menahan Richard untuk tak melakukan hanya sekedar kecupan ringan di bibir. "Mama akan menemui kita."Mata Zaffya melebar dan mengulang, "Mamamu?"Richard mengangguk. "Sekarang mama mertuamu.""Kapan?""Belum pasti, tapi dalam waktu dekat.""Lalu?""Lalu?" Richard balik bertanya."Apa yang harus kupersiapkan? Apa yang harus kulakukan?""Zaff!" Richard memegang kedua bahu Zaffya dengan kepanikan yang mulai muncul. "Bukankah kau sudah pernah bertemu dengan mamaku sebelumnya?""Ya, dengan kesan buruk yang mungkin masih membekas di ingatannya." Zaffya mengetuk-ngetukkan telunjuknya di paha. Menyalurkan kegugupan yang mulai merayapi hatinya. Ya, pertemuan terakhirnya dengan mama Richard bukanlah hal yang bagus untuk diingat. Belum dengan hal buruk yang dilakukan mamanya pada Richard, pasti mama Richard mengetahui