Share

6. Kebetulan Dan Takdir

"Mungkin ini hanyalah kesempatan yang diberikan untukku berbuat baik lebih banyak."

"Zaffya tidak membaca berkasmu, dia bahkan tidak tahu kau ada di sini."

"Mungkin kami akan bertemu tak lama lagi."

"Apa yang sebenarnya kauinginkan dari Zaffya? Jangan membuat kehidupannya semakin berantakan, Richard!" Suara Vynno mulai meninggi. Tubuhnya menegang dan wajahnya mulai kaku.

"Aku hanya ingin menyelesaikan apa yang harus kami selesaikan, dan itu sama sekali bukan urusanmu."

"Kalian tidak seharusnya bersama."

"Apa kau pernah melihat cinta berakhir hanya karena sebuah larangan?"

"Kau berkata seolah Zaffya masih mencintaimu?"

"Kau tidak akan menggertakku jika dugaanku salah."

Vynno terdiam sesaat. Sinar itu, sinar itu masih tampak jelas di mata Richard. Hanya untuk Zaffya. Begitupun sebaliknya, masih terlalu jelas di manik Zaffya untuk Richard. "Sudah delapan tahu berlalu, seharusnya kau melanjutkan hidupmu."

"Aku sudah mencobanya."

"Mungkin kau tidak terlalu bersungguh-sungguh."

"Mungkin."

Getaran ringan dari saku jas Vynno membuat pria itu menegakkan punggungdan merogoh saku bagian dalam jasnya. Tanpa melirik siapa pemanggilnya, ia menjawab, "Hallo?"

Richard melihat wajah Vynno yang tiba-tiba menegang. Ekspresi khawatir membuat pria itu berkata dengan panic. "Di mana Zaffya sekarang?"

".... "

"Aku akan ke bawah sekarang." Vynno mengakhiri panggilan singkat tersebut dan langsung berbalik.

"Apa yang terjadi dengan Zaffya?" Wajah panik Vynno memang seekspresif itu jika bersangkutan dengan Zaffya, jika ia tak salah ingat. Namun, kasih sayang itu memang tak pernah berubah.

Vynno terpaku, ia hampir lupa jika dirinya masih satu ruang dengan Richard. Kemudian ia kembali berbalik dan menatap Richard. Sesaat hatinya bergolak antara akan memberitahu tentang Zaffya atau tidak pada Richard. Lalu, ia memutuskan tak mau ikut campur dengan takdir Zaffya dan Richard, jadi ia hanya perlu diam dan menyaksikan akan jadi seperti apa kisah mereka.

"Tidak ada apa pun yang perlu kau khawatirkan," jawab Vynno setenang mungkin.

Richard mendengkus. "Seharusnya kau tak perlu berusaha terlalu keras untuk berbohong, Vyn. Malah membuat kebohonganmu semakin kentara."

Vynno menyeringai. Ia sangat pandai berbohong kepada para wanita-wanitanya, tapi kebohongannya tak pernah mempan terhadap Zaffya atau Ryffa. Sekarang ditambah Richard. "Aku tak akan mengatakan apa pun."

"Dan aku sama sekali tak berniat menanyakan hal itu lebih jauh lagi padamu."

"Baguslah. Kita akan lihat ke mana kisah kalian berdua akan mengalir."

Richard mengangguk.Memaklumi ketidakramahan ataupun ketidaksukaan Vynno akan kehadirannya.Penderitaan yang telah dan akan ia berikan pada Zaffya, ia sangat tahu. Namun,hal itu tak membuatnya untuk mundur satu langkah pun. Sekali saja, ia meminta dan berharap menjadi jahat dan egois untuk Zaffya.

***

"Apa yang terjadi?" Vynno bertanya langsung pada perawat yang sedang sibuk memasang jarum infus di lengan Zaffya. Wanita itu tak sadarkan diri dan wajahnya terlihat pucat. Sudah tentu karena terlalu banyak hal yang harus dipikirkan Zaffya, dan Zaffya pasti melakukan segala hal untuk diurus demi mengalihkan isi kepala yang saling berkerumun memenuhi otak wanita itu.

Apakah jika ia memberitahu Zaffya tentang Richard, Zaffya akan berhenti menyiksa dirinya sendiri? Ia tahu, mungkin ribuan kali. Zaffya berpikir untuk mencari tahu keberadaan Richard. Tetapi, Zaffya selalu dikalahkkan dengan prasangka yang teramat besar dan membuat kepercayaan diri seorang Luisana Zaffya Casavega Farick runtuh. Dampak Richard memang selalu sebesar itu untuk Zaffya. Begitupun dengan penderitaan yang akan Zaffya dapatkan jika berhubungan kembali dengan Richard.

"Sekretaris nona Zaffya menemukannya pingsan di kamar mandi setelah isi perutnya habis terkuras."

Vynno mengernyit. "Di mana sekretarisnya?"

Tepat saat Vynno menyelesaikan pertanyaannya, pintu ruang rawat tersebut terbuka dan Satya muncul.

"Apa kau tahu apa yang terjadi dengannya sebelum pingsan?"

Satya melangkah mendekat sambil mengangguk. "Beberapa kali nona Zaffya mual dan muntah. Terkadang juga mengeluh pusing. Selera makannya juga berkurang dan sering terlihat letih dan lesu. Saya juga meminta untuk segera ke rumah sakit, tapi .... "

"Aku tahu." Zaffya memang sekeraskepala itu. Kemudian kerutan di kening Vynno muncul semakin dalam ketika meresapi setiap kata yang diucapkan Satya. Prasangka itu muncul, membuatnya menyeringai dengan puas. Ini semakin terlihat menarik untuk disaksikan. "Mungkin kita butuh pemeriksaan USG," kata Vynno pada perawat.

Satya hanya diam. Melirik bergantian pada Vynno dan Zaffya yang tengah berbaring tak sadarkan diri. Jarum infus sudah terpasang.

****

"Kenapa aku harus USG?"

"Zaf, apa kau melupakan periode bulananmu?" Vynno nampak begitu antusias.

Zaffya mengangkat kedua tangannya. Tak mengerti apa tujuan Vynno menanyakan hal semacam itu. "Dan sejak kapan urusan periode bulananku membuatmu begitu tertarik?"

"Kau mual dan muntah sampai pingsan di kamar mandi."

"Aku hanya beberapa kali mengabaikan jadwal makanku."

"Ya." Vynno mengangguk. "Itu karena kau tak berselera makan. Nafsu makanmu juga berkurang."

"Aku memang tak berselera makan akhir-akhir ini."

"Itu dia." Vynno menunjuk Zaffya dengan girang.

Mata Zaffya terpicing, penuh kecurigaan saat mengamati ekspresi ceria Vynno. "Apa yang kaupikirkan?"

"Mungkin saja kau ...."

"Hamil?"

Vynno mengangguk satu kali dan mendapatkan satu pukulan mendarat di kepalanya dengan keras. Ia mengaduh sambil menggosok-nggosok kepala sebelah kirinya. "Auuwww, sakit, Zaf!"

"Proses pengeluaran racun di otakmu memang perlu sedikit pengorbanan lebih dulu."

"Kenapa? Apakah aku salah?!"

Zaffya mengangkat tangan, menyuruh perawat melepaskan jarum infusnya dengan isyarat.

Vynno membelalak. "Mau ke mana kau?"

Tatapan Zaffya menajam ketika perawat yang berdiri di belakang Vynno tak juga segera melakukan perintahnya. Berdiri kikuk di belakang sepupunya.

"Zaf, kau tak boleh pergi ke mana pun. Kau tidak boleh terlalu lelah. Nanti kandunganmu .... "

"Apa kau masih berpikir kalau aku hamil?"

"Kita harus memastikannya. Aku akan menyuruh dokter kandungan untuk memeriksamu." Ada seringai licik yang tersamar di sudut bibir Vynno. Richard mungkin masih ada di sekitar rumah sakit.

Zaffya mendesah keras. "Bagaimana aku bisa hamil, jika aku masih perawan?"

Vynno tercengang. Bola matanya semakin melebar dan hampir keluar. Lalu, ia tertawa terbahak sambil berkata, "Tidak mungkin."

"Apa untungnya bagiku kalau kau tak percaya," jawab Zaffya tak peduli. Lalu, pandangannya beralih ke arah perawat.

"Delapan tahun, kau bertunangan dengan Dewa?" Vynno mulai mengoceh. Kedelapan jarinya ditunjukkan ke wajah Zaffya. "Pasti kau bercanda." Vynno tertawa lagi. "Apa kau tidak pernah tidur dengan Dewa?"

"Apa kauingin kupecat?!" Zaffya mulai tak sabar dengan perawat itu.

Perawat itu tersentak dan segera mendekat ke ranjang. Memegang lengan Zaffya dengan tangan yang bergetar.

"Apa kauingin membunuhku?!" Zaffya semakin kesal. Bersamaan pintu ruang rawatnya terbuka dan muncul Ryffa.

"Fa, apa kau percaya kalau Zaffya dan Dewa tidak pernah tidur bersama?" Vynno langsung mencecar Ryffa bahkan sebelum pria itu menutup pintu kembali.

Ryffa hanya mengangkat bahunya sambil lalu.

"Wanita sepertinya?" Vynno menunjuk Zaffya dan si perawat yang mulai melepas jarum di pergelangan tangan. "Kau tidak mungkin menyimpan keperawananmu hanya untuk suamimu, kan?"

"Hanya karena begitu banyak wanita yang rela kau tiduri dan tidak kaunikahi, bukan berarti kau harus memercayai bahwa semua wanita seperti itu, kan?" komentar Ryffa.

"Tapi ini Zaffya, Fa."

"Kau tidak bisa memukul rata semua wanita seperti wanita yang kautiduri, kan?" Ryffa berjalan mendekat ke ranjang dengan Vynno yang masih mengekor meminta dukungan. "Hasil tesmu sudah keluar." Ryffa meletakkan berkas bermap biru tua ke nakas.

"Apa hasilnya?" Vynno memotong kalimat Ryffa. "Dia harus menjalani tes USG, kan?"

"Mungkin kau bisa melakukannya pada wanita-wanitamu, Vyn. Mungkin saja di sana bertebaran keturunan Kaheza," jawab Zaffya.

"CTmu normal. Kau hanya mengalami anemia. Kondisi umum karena kelelahan dan stres. Kau harus istirahat, Zaf." Ryffa mencegah Zaffya yang hendak turun dari ranjang

"Hanya stress. Aku punya kehidupan yang menyibukkan, dan tumpukan itu akan membuatku semakin stress jika tidak segera kutangani."

"Menginap dua hari di rumah sakit tidak akan membuat perusahaanmu bangkrut."

Zaffya bersandar di kepala kasur, hembusan napas keras melewati kedua bibirnya yang sedikit terbuka. Tidak melakukan apa pun kecuali berbaring di ranjang adalah mimpi buruk kedua bagi Zaffya. "Apa kauingin membuatku mati bosan dengan menunggu?"

"Terlampau stress akan membuat amarahmu semakin tak terkendali," kata Ryffa. Kembali menahan Zaffya yang akan turun dari ranjang.

"Aku akan ke kamar mandi." Zaffya menepis tangan Ryffa.

Vynno mendekat dengan ekspresi yang mulai terlihat tenang. "Apa kau perlu bantuan?"

"Mungkin kau yang butuh menghirup udara segar untuk membersihkan asap hitam di kepalamu." Zaffya turun dari ranjang dan berjalan perlahan menuju pintu kamar mandi.

"Dia pasti hamil dan ingin menyembunyikan kehamilannya dari Dewa," bisik Vynno pada Ryffa.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Khanza Jia
vino vino. lucu ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status