Share

Bab 21 : Cemburu?

Author: Iris Moonvale
last update Huling Na-update: 2025-08-18 16:24:36

“Apa dia orangnya?”

Pertanyaan yang dilontarkan wanita berambut pirang itu kepada Leonhart membuat Nadine sedikit bingung. Apa sebenarnya maksud dari wanita di depannya ini?

Nadine menoleh ke arah Leonhart, seakan bertanya lewat tatapan matanya, kenapa ia dipanggil ke sini?

“Ya, dialah yang membuat ide proyek ini,” ucap Leonhart, memperkenalkan Nadine kepada investor wanita itu.

“Oh, perkenalkan, saya Lisanna. Saya yang berinvestasi untuk proyek Intershow ini,” ucap Lisanna berdiri sambil menjabat tangan Nadine.

Nadine mengangguk pelan dan membalas jabatan tangan Lisanna.

“Halo, perkenalkan, saya Nadine Armand. Saya yang bertanggung jawab untuk ide proyek Intershow,” ucapnya sopan sambil membungkukkan sedikit badannya.

“Armand?” Lisanna mengulang dengan nada heran.

“Ya, Nadine Armand,” jawab Nadine singkat.

Mereka pun duduk di tempat masing-masing. Nadine mengambil kursi di samping Leonhart, sementara Lisanna duduk tepat di hadapannya.

Leonhart yang melihat Lisanna kebingungan akhirny
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Menikahi Pamannya Tunanganku   Bab 30 : Datang Bulan

    “Baiklah, aku pergi dulu.”Leonhart berpamitan kepada Nadine untuk berangkat ke kantor. Namun, entah mengapa Nadine justru merasa sedih. Hampir saja air matanya tumpah.Dari jendela apartemen, Nadine memperhatikan mobil Leonhart yang melaju pergi. Begitu ia benar-benar menghilang dari pandangan, Nadine tak kuasa menahan tangis.Selama lima menit ia hanya bisa menangisi kepergian Leonhart, meski keputusan itu berasal darinya sendiri.“Apa ini memang yang terbaik?” tanyanya pada diri sendiri.Nadine menghapus air matanya, merapikan riasannya, lalu berangkat ke kantor dengan taksi.Sesampainya di kantor, langkah Nadine tampak lesu, seakan ia kehilangan semangat bekerja.Dari kejauhan, seseorang memanggilnya.“Nadine!” panggil suara itu sambil melambaikan tangan.Nadine menoleh.“Revan dan ... Mira?” gumamnya pelan.Keduanya berlari kecil menghampirinya yang tengah berdiri menunggu di dekat lift.“Kamu sakit?” tanya Mira khawatir, melihat wajah Nadine yang pucat.Nadine hanya tersenyum t

  • Menikahi Pamannya Tunanganku   Bab 29 : Alasan

    “Ini untukmu.”Nadine terkejut saat Revan memberinya hadiah di mobil setelah mereka mengantar pulang Mira dari karaoke bersama.“Apa ini?” tanya Nadine heran.“Hadiah untukmu,” jawab Revan santai.Nadine bingung, karena ia sedang tidak berulang tahun.“Tapi aku tidak sedang berulang tahun,” ucapnya.“Aku tahu. Anggap saja hadiah persahabatan. Aku harap kau mau menerimanya,” kata Revan sedikit memelas.Nadine sempat sungkan. Bukan apa-apa, ia merasa belum pantas mendapat hadiah itu, apalagi mereka belum lama saling mengenal.Namun, karena Revan bersikeras, akhirnya ia menerimanya.“Boleh aku buka sekarang?” tanya Nadine.Revan mengangguk pelan.Nadine membuka paper bag tersebut. Matanya melebar saat melihat isinya, isi paper bag itu adalah baju yang tadi ia coba di butik.“Ini …” ucapnya terhenti karena terkejut. Ia mengangkat baju itu dan menatap Revan.“Bukankah ini baju yang kucoba tadi?” tanyanya memastikan.Revan mengangguk.“Ya, memang.”Nadine masih heran dengan maksud Revan.“K

  • Menikahi Pamannya Tunanganku   Bab 28 : Ketahuan

    “Bukankah itu istrimu?”Suara manja dan menyebalkan itu akhirnya terdengar. Nadine, yang sejak tadi hanya diam ketika Leonhart memanggilnya, langsung berbalik.“Oh, hai,” sapa Nadine dengan kikuk.Revan yang berdiri di samping Nadine ikut memberi salam.“Siang, Pak Leonhart, Bu Lisanna,” ucapnya sambil membungkuk sopan.Leonhart dan Lisanna membalas dengan senyum tipis. Nadine merasa seperti mata-mata yang ketahuan saat mengintip suaminya bersama selingkuhannya. Wajahnya panas, tubuhnya kaku.“Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Leonhart, nada suaranya datar namun tajam.Nadine tersenyum terpaksa, berusaha menutupi rasa malunya yang bercampur kesal.“Aku … ya, aku sedang survei ke butik. Pihak Bu Lisanna meminta dua desain baju proyeknya diganti,” jelasnya.Leonhart masih tampak ragu.“Kenapa harus survei? Bukankah kau bisa mencari referensi dari internet?” tanyanya lagi, ekspresinya sulit ditebak.“Karena pihak Bu Lisanna yang memintaku langsung survei,” jawab Nadine, mencoba terden

  • Menikahi Pamannya Tunanganku   Bab 27 : Jaga Jarak

    “Maaf, hari ini aku tak bisa mengantarmu ke kantor.”Entah kenapa, ucapan Leonhart itu membuat hati Nadine sakit. Padahal hal itu sepele, tapi ia merasa perlu tahu alasannya agar tenang.“Kenapa?” tanya Nadine berusaha tenang.Saat ingin menjawab pertanyaan Nadine, tiba-tiba Leonhart mendapat telepon. Nadine bisa mendengar samar-samar siapa yang menelpon Leonhart. Ya, itu suara Lisanna.“Ya, aku baru akan jalan. Tunggu saja,” ucap Leonhart pada Lisanna.Mendengar itu, hati Nadine semakin sakit. Walaupun mungkin hanya urusan bisnis, tetap saja ia sulit menerimanya.Saat Nadine termenung, panggilan Leonhart menyadarkannya.“Biar Rissa yang mengantarmu ke kantor.”Nadine hanya tersenyum tipis dan mengangguk pelan.“Ayo, kita turun. Lebih baik kau menunggu di lobi,” lanjut Leonhart.Namun Nadine menolak halus. Ia sedang tidak ingin berada di dekat Leonhart.“Kau duluan saja, ada barang yang harus kucari di kamar,” jawab Nadine lalu masuk ke kamarnya.Saat Nadine menutup pintu, terdengar s

  • Menikahi Pamannya Tunanganku   Bab 26 : Salah Paham

    “Kalung itu sangat cocok denganmu.”Ucapan Leonhart membuat Nadine merasa malu. Ia langsung mengenakan kalung yang diberikan Leonhart tadi malam. Kalung itu tampak simpel namun elegan, dengan liontin kecil berbentuk bintang.“Terima kasih,” jawab Nadine sambil tersipu malu.Mereka turun dari lift dan menaiki mobil menuju kantor. Sepanjang jalan, Nadine tersenyum kecil sambil memegangi kalung itu.“Kau benar-benar menyukainya?” tanya Leonhart membuka percakapan.Nadine yang merasa terpergoki langsung terdiam, lalu menurunkan tangannya dari liontin.“Tidak. Aku hanya membersihkannya, tadi terlihat berdebu,” ucap Nadine sambil mengalihkan pandangan ke jendela mobil.Dari pantulan kaca, Nadine melihat Leonhart tersenyum kecil.Sesampainya di kantor, tanpa diduga Lisanna juga datang bersamaan dengan mereka.Saat turun dari mobil, Lisanna menghampiri dan sempat melirik sekilas ke arah leher Nadine dengan tatapan tajam.“Selamat pagi,” sapa Lisanna ramah, meski tatapannya tertuju pada Leonha

  • Menikahi Pamannya Tunanganku   Bab 25 : Tegang

    “Terima kasih sudah menyempatkan diri datang ke sini.” ucap Lisanna sambil bangkit dari duduknya dan sedikit membungkukkan badan pada Leonhart dan Nadine.Mereka pun duduk bersama di ruang privat restoran bintang lima yang letaknya tidak jauh dari kantor InterTech.Jamuan makan malam itu hanya dihadiri enam orang, empat dari pihak Lisanna, ditambah Leonhart dan Nadine.Saat menunggu makanan datang, Lisanna tiba-tiba membuka percakapan dengan Nadine.“Nadine, bagaimana perkembangan ide untuk proyek Intershow?” tanyanya.“Idenya sudah jadi. Desain busananya juga sudah selesai. Nanti akan saya kirim ke email,” jawab Nadine tenang.Namun Lisanna tidak berhenti sampai di situ. Ia terus melontarkan pertanyaan, mulai dari latar pendidikan, pengalaman kerja, hingga kehidupan pribadi Nadine.“Oh ya, kamu lulusan universitas mana?” tanya Lisanna lagi.“Esmod Jakarta,” jawab Nadine singkat.Nadine sempat mengira Lisanna akan berhenti bertanya setelah makanan datang. Nyatanya, perempuan itu just

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status